Sebuah kasus baru yang membuat para agen detektif kesulitan menyelesaikannya. Mereka menemui pilihan yang sulit, korban pun terus berjatuhan. Jika mereka lari, korban akan terus bertambah, jika mereka bertahan, hampir tidak ada kemungkinan berhasil...
"Apa yang harus kita lakukan Rud? Rud? Rudi? Kamu kenapa Rud?" Rudi terdiam dan terpaku setelah mendengar bisikan tadi.
Suasana tenang perlahan berubah jadi tegang. Sebuah kertas yang hanya bertuliskan angka dan lift yang terbuka lalu langsung tertutup, juga suara bisikan itu membuat Rudi seolah ketakutan. Dio datang....
"Teman-teman!! Loh Rud? Kamu kenapa?" tanya Dio. "Dia begitu setelah kejadian barusan Ketua, Rudi seolah mendengar sesuatu yang tidak kudengar tadi." Ria mencoba menjelaskan situasinya. "Itu apa? 4²?" Dio melihat kertas itu.
Kertas itu hanya bertuliskan angka empat kuadrat, membuat Ria juga Dio bingung. Setelah agak lama berpikir, Dio menyadari sesuatu, "4²? 4x4? 16.... Ria!! Cek CCTV untuk kamera depan lift tiap lantai!!"
"Sebentar Ketua, aku cek dulu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa? 6 kamera sudah mati?" Ria tidak menduganya.
"Sudah kuduga, dia sengaja memberitahu lokasinya dengan cara menghancurkan kameranya. Empat kuadrat seperti kayak panjang dan lebar. Jadi kekuatan kita makin dibutuhkan ini," jelas Dio.
"Kalau begitu, kita harus bagaimana?" tanya Ria.
Dio dan Ria berada dalam posisi terdesak, sedang Rudi masih terpaku tak berkutik sedikit pun. Hanya satu petunjuk yang saat ini mereka miliki. Walaupun kemungkinannya kecil, mereka harus tetap mencobanya. Satu-satunya tujuan mereka saat ini, menghindari jatuhnya korban dari warga tidak bersalah.
"Oke begini, Ria. Kita akan menebak di mana dia akan menghancurkan kamera berikutnya, kemungkinan dia menuju ke lantai 33, setelah itu 34 sampai 36. Berdasarkan petunjuk di kertas tadi, harusnya begitu," jelas Dio.
Ria mulai paham situasinya, "Oh iya begitu, jadi 4² itu maksudnya 4 x 4 yang bisa berarti pula sebuah persegi dengan sisi 4 satuan."
"Seperti dugaanku, kau langsung cepat menyadarinya ya, Dio...." Suara samar terdengar lagi.
Suara itu terdengar lagi di telinga Rudi, seolah Rudi memiliki pendengaran yang begitu tajam. Rudi kaget seketika.
"Siapa itu? Suara siapa itu? Suara siapa itu?" Rudi terus mengoceh.
Dio mendekatinya, "Hei Rudi, kau itu kenapa?"
"Tak tau, aku seperti mendengar sesuatu. Barusan aku mendengar lagi tapi terasa sangat jauh..." jawab Rudi.
"Aku tak tau bagaimana itu bisa terjadi, padahal harusnya dia makin naik ke atas, makin jauh," ungkap Dio.
"Me-memang, barusan s-sangat samar suaranya. Se-sebelum Ketua ke sini, terdengar begitu jelas, seperti mengisyaratkan b-bahwa kita akan tertangkap..." jelas Rudi dengan tergagap-gagap.
"Begitu ya, sekarang tenangkan dirimu terlebih dahulu, setelah ini kita akan menuju ke tempat yang harusnya menjadi titik akhir si pelaku, yaitu lantai 26. Ria.... Sudah sam-.... Ada apa Ria?" Dio kaget meliha Ria begitu syok.
"I-ini ketua, dia menuliskan sesuatu dan dia tempel ke CCTV-nya." Ria menunjukan tulisan di CCTV itu.
"Kalian semua akan gagal? Apa maksudnya itu? Sepertinya dia meremehkan kita. Rudi, Ria, kita berangkat, seperti rencana. Dia sudah sampai di lantai 34. Lift di sini hanya ada satu, jadi terpaksanya kita naik tangga, dan yang bisa kita capai hanya lantai 16, itu kemungkinan terbesar untuk keberhasilannya." Dio menjelaskan rencananya.
Tiba-tiba lift terbuka.... "Apa? Terbuka? Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi ini kesempatan kita, ayo teman-teman!" ajak Dio.
Mereka pun masuk lift dan Rudi sedari tadi masih terdiam, seolah syok setelah mendengar suara tadi.
"Sekarang ada dua kemungkinan. Pertama, dia bersembunyi di tempat yang CCTV-nya sudah mati. Kedua, dia beralih ke tangga, tapi itu tidak mungkin karena di sana juga ada CCTV. Ria, cek CCTV!" Dio menjelaskan lalu meminta Ria mengecek CCTV.
"Lantai 34 masih aman, dan tulisan itu masih ada, lantai lain selain yang sudah mati masih aman," jelas Ria.
Dio memikirkan sebuah ide, "Baiklah, sekarang aku punya ide. Kita menuju ke lantai 34 sambil mencari cara untuk menjebak orang itu -----"
Rudi merasa ada yang salah dengan telinganya, semakin lama, suara Dio menjelaskan semakin tidak terdengar.
"Ka-kalian bicara apa, a-aku tidak bisa mendeng-- " "Bruk!!"
Rudi tak sadarkan diri......
[Bersambung ke Bagian 7 . . .] "Kau? Kenapa kau ada di sini?"
Rudi bertemu seseorang di alam bawah sadarnya....
Penasaran? Harus dong 🙃, kalo gak penasaran bukan misteri namanya. Sambil menunggu, jangan lupa follow dan share ke temen" kalian biar pada penasaran juga :), jangan lupa juga vote & comment agar penulis tambah bersemangat nulisnya 😉.