Kasus terselesaikan. Pihak kepolisian mulai bertindak tegas terhadap pencapaian terburuk ADA ini.
Seminggu setelah kasus terselesaikam, Agen Detektif Angkasa diminta menghadiri pertemuan khusus dengan pihak kepolisian. Tiga perwakilan, Bagas, Rudi, dan Indah siap untuk menghadiri rapat itu.
"Jadi, langsung saja saya putuskan. Saya sebagai Kapolda Angkasa, bersama jajaran staf petinggi lain telah memutuskan. Setelah kejadian satu minggu yang lalu, ADA telah mencatatkan sejarah terburuk sepanjang berdirinya ADA. Kami sebelumnya telah percaya pada ADA, kami serahkan tugas penyelidikan ke ADA. Namun, kepercayaan kami seolah lenyap, kejadian itu sangat berpengaruh besar ke kami kepolisian juga. Meski itu hanya karena kesalahpahaman belaka, tapi kepolisian juga dibuat repot dengan pertanyaan sana sini yang membingungkan. Kami telah memutuskan untuk ...." Penjelasan dari Kapolda tentang nasib ADA selanjutnya membuat suasana rapat menjadi tegang sejenak.
Apapun keputusannya, aku siap menerima, batin Rudi.
Pak Kapolda lanjut menjelaskan, "Kami memutuskan untuk membubarkan Agen Detektif Angkasa, mulai hari ini. Namun, kami beri kalian keringanan, kami beri kesempatan untuk bergabung dengan kepolisian, menjadi bagian penyelidikan. Bagaimana, Saudara Rudi?"
Rudi berdiri lalu menanggapi, "Saya sangat menghargai keputusan Anda. Mungkin memang ini yang terbaik untuk kami. Terkait penawaran Anda untuk bergabung dengan kepolisian, saya akan mendiskusikannya bersama anggota lain. Terima kasih banyak Pak Kapolda, juga staff kepolisian yang lain."
Rudi lalu duduk kembali. Keputusan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, baik kepolisian maupun dari perwakilan ADA. Dengan begitu, palu tanda sahnya sebuah keputusan pun di pukul.ke meja.
"Terima kasih atas kedatangannya, para anggota ADA sekalian. Semoga kedepannya kalian dapat menentukan nasib kalian dan jadi lebih baik lagi. Kejadian di masa lalu, apapun itu jadikan pelajaran, jangan dijadikan sebagai ajang balas dendam. Saling memaafkan satu sama lain dapat mempererat tali silaturahmi antar kita sebagai teman atau ikatan apapun itu. Saya akhiri rapat khusus ini, kepada kedua belah pihak, terima kasih atas kerja samanya. Jika ada salah kata saya mohon maaf, wassalamualaikumm warahmatullahi wabarakatuh." Moderator menutup rapat.
Rudi dan yang lainnya kembali ke kantor untuk mendiskusikan hasil rapat. Sekitar 22 anggota tersisa di ADA duduk di ruang rapat kantor, rapat di pimpin oleh Rudi dengan Bagas di sampingnya.
"Teman-teman, ini memang berat, tapi harus diterima. Pihak kepolisisan telah memikirkan hal ini sebelumnya, dan tadi baru diputuskan," ungkap Rudi.
"Jadi, keputusannya apa, Rud?" tanya Ari.
"Agen Detektif Angkasa .... Resmi dibubarkan."
Angin senja berhembus, menyambut suasana tenang yang datang tiba-tiba. Ada yang menangis haru karena tidak rela, ada yang tetap tegar.
"Pihak kepollisian memberikan kita kesempatan untuk bergabung dengan kepolisian menjadi bagian penyelidikan. Jadi setelah ini, kalian bebas mau bergabung atau tidak, tapi aku sarankan bergabung. Nasib kalian di masa yang akan datang tergantung pilihan kalian saat ini. Rapat selesai, terima kasih." Rudi menutup rapat terakhir ADA.
Aku harus apa sekarang?, batin Rudi yang sedang berjalan pulang.
Di tengah perjalanan, Rudi melihat sebuah taman, taman yang memang biasa ia lewati ketika pulang. Sejak melihat taman itu, Rudi sama sekali tidak pernah mengunjungi taman itu dan hanya lewat. Entah kenapa langkah kaki Rudi bergerak menuju taman itu, Rudi duduk di sebuah kursi panjang, memandang senja.
Datang dari kejauhan, seseorang yang dikenalnya, Indah, "Hai Rudi!"
"Eh Indah?" tanggap Rudi kaget.
"Lah ko kaget gitu?" tanya Indah yang juga bingung.
"Bukannya rumahmu bukan lewat jalan ini ya?" tanya Rudi.
"Aku sering mampir ke taman ini, Rud. Taman yang indah, tempat yang pas untuk menenangkan pikiran, ditemani senja yang perlahan menghilang. Boleh aku duduk, Rud?" ujar Indah.
"Oh begitu, boleh boleh." Rudi mempersilakan Indah duduk.
Rudi dan Indah duduk berdua, berbincang-bincang sembari menunggu hilangnya senja.
"Sudah ada tujuan, Rud?" tanya Indah.
"Sejak tadi aku memikirkan hal itu, Ndah. Jujur saja aku menikmati pekerjaan ini, merasa sulit untuk berpaling ke pekerjaan lain, terutama dengan keadaan diriku yang seperti ini. Yah, mungkin aku akan bergabung dengan kepolisian saja, Ndah. Seperti yang aku bilang tadi, langkahku saat ini menentukan nasibku kedepannya," jelas Rudi.
"Mungkin aku juga, Rud. Pekerjaan ini serasa sudah melekat di diriku," tanggap Indah
Rudi memandang langit senja, "Kita sudah kehilangan sosok berharga bagi kita, tanpa mereka mungkin kita tidak bisa apa-apa, Ndah. Dan kau tau, aku sangat berhutang budi pada mereka, terutama ketua, aku mengaguminya semenjak masih duduk di bangku SMA. Saat ini aku ingin membuktikan bahwa aku akan bisa melalui setiap alur hidupku."
"Senja mulai menghilang, tapi tidak dengan kita. Kenapa? Karena kita masih diberi kesempatan, kesempatan untuk merubah hidup menjadi lebih baik. Senja menghilang, malam menghampiri, ditemani dengan indahnya bulan dan bintang-bintang," ungkap Indah.
Rudi berdiri, "Huahh, sepertinya aku harus mempersiapkan segala hal. Akan ada sesuatu yang baru mulai besok. Ayo pulang, Ndah!"
"Kau benar, Rud. Mari kita bersama melakukan yang terbaik untuk perdamaian kota Angkasa ini," tanggap Indah seraya berdiri juga.
"Kau kuantar ya," tawar Rudi.
"Aku bisa sendiri ko, Rud." Indah menolak.
"Sudah ayo!"-menarik tangan Indah dan berjalan ke arah rumah Indah-"aku ingin sedikit berbincang-bincang denganmu lagi."
"Hem, terserah kamu deh, Rudi," jawab Indah pasrah.
Mereka berdua berhadapan lalu saling melempar senyum.
"Katanya pulang, malah senyum-senyuman," ujar Indah yang sedikit malu-malu.
"Ehehe, iya ayo!"
***
Memulai langkah baru memang sulit. Namun, kita tidak akan tahu apakah langkah kita sekarang akan terus berdampak bagus atau malah tambah buruk. Bisa saja, satu perubahan langkah kita sekarang, merubah nasib kita di masa depan.
- END -
KAMU SEDANG MEMBACA
No Time To Life
מתח / מותחןSebuah kasus baru yang membuat para agen detektif kesulitan menyelesaikannya. Mereka menemui pilihan yang sulit, korban pun terus berjatuhan. Jika mereka lari, korban akan terus bertambah, jika mereka bertahan, hampir tidak ada kemungkinan berhasil...