Beberapa menit sebelum kejadian di kantor bekas koperasi simpan pinjam, di kantor ADA.
"Eh ada yang tau Ardi gak? Dia gak kelihatan dari tadi pagi," tanya Ria, salah seorang anggota ADA.
"Ardi ya, si anggota baru itu kan, iya sih harusnya hari ini dia datang untuk berkumpul," jelas Dio, pemimpin ADA.
"Ketua! Aku tidak melihat buku catatan penyelidikan miliknya, harusnya itu selalu di meja, kan? Kecuali dia ambil sendiri," lapor Rudi ke Dio.
Buku catatan penyelidikan, adalah buku yang dimiliki setiap anggota ADA. Buku itu tidak boleh dibawa kemana-mana, hanya ada di meja, kecuali jika ingin menyelidiki sesuatu. Situasi saat itu, buku milik Ardi tidak ada, Dio berasumsi bahwa Ardi pergi menyelidiki sesuatu tanpa bilang dulu.
"Padahal tadi pagi waktu kita menerima laporan dari kantor perpajakan, Ardi masih terlihat di sini," ungkap Ria.
"Apa mungkin? Dia pergi sendiri?" Dio berasumsi.
"Itu mungkin saja ketua, aku kenal baik dengan Ardi, dia adalah adik kelasku waktu SMA. Kupikir, Ardi merasa dia kurang diperhatikan di sini, jadi dia mencoba hal itu, untuk membuat kita terkesan. Seperti yang dia lakukan waktu SMA dulu," pikir Rudi sebagai kakak kelas sekaligus juga satu organisasi dengan Ardi.
"Jika memang itu benar, kita harus segera menyusulnya. Tapi, kita tidak tau di mana dia sekarang. Dan menurut laporan, motif si pelaku belum juga diketahui. Kita bisa berasumsi tinggi bahwa pelaku berpindah tempat untuk mencari korban lain. Jadi kita harus menemukan Ardi secepat mungkin, sebelum terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan."
Dio mengajak Rudi dan Ria untuk mencari Ardi, sedang anggota yang lain tetap di kantor menunggu kabar.
Kembali ke waktu saat ini, di lantai 21 kantor bekas koperasi simpan pinjam.
"A-apa maksudnya ini?" Kepala Ardi serasa berputar-putar memikirkan kata itu.
Ardi mencoba menenangkan diri sejenak, lalu memikirkan jawaban-jawaban yang sudah dia dapat sebelumnya.
"Coba kita liat, ada angka 8, 14, 21, dan terakhir 18. 8-14-21-18, seperti ada yang kurang, mmm .... Nomer pintu?"–berpikir sejenak–"gawat, gawat, gawat, aku harus kembali sekarang juga!!"
Ardi telah menyadari sesuatu, ia langsung kembali ke lantai 1, ia mengkhawatirkan wanita yang terjatuh tadi. Turun dari lantai 21 ke lantai 1 itu cukup lama, ia memanfaatkan waktu itu untuk membuat sebuah pesan di bukunya.
"Aku harap aku bisa memberitahukan ini ke teman-teman, setidaknya, hanya buku ini yang sampai ke mereka," ungkap Ardi tergesa-gesa.
Setelah sampai ke lantai 1.
"Sial! Aku terlambat," ungkap Ardi penuh kekecewaan.Keluar dari lift, Ardi terdiam bingung. Wanita yang tadi jatuh tepat di depannya menghilang, hanya tinggal menyisakan darah dan sobekan bajunya. Ardi melihat ke langit-langit, ada pisau tertancap lagi.
"Jadi begitu, pisau tertancap di atas menandakan jumlah korban. Sial!" Ardi benar-benar terpuruk melihat apa yang benar-benar terjadi.
Tiba-tiba di belakang Ardi, lift terbuka.
"AARGHHH!!!"
"I-inikah akhir?"
Ardi terjatuh dengan pisau tertancap tepat di jantungnya dari belakang.
[Bersambung ke Bagian 4...]
"8-1-14-3-21-18, HANCUR. Kumohon teman-teman, segera selesaikan ini...."
Apakah teman-teman Ardi bisa menemukannya segera? Tunggu kelanjutannya ya!!
Penasaran? Harus dong 🙃, kalo gak penasaran bukan misteri namanya. Sambil menunggu, jangan lupa follow dan share ke temen" kalian biar pada penasaran :), jangan lupa juga vote & comment untuk menambah semangat si penulis 😉.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Time To Life
Tajemnica / ThrillerSebuah kasus baru yang membuat para agen detektif kesulitan menyelesaikannya. Mereka menemui pilihan yang sulit, korban pun terus berjatuhan. Jika mereka lari, korban akan terus bertambah, jika mereka bertahan, hampir tidak ada kemungkinan berhasil...