13. Berkeringat!
Bola itu memantul usai menjebol ring. Riv terengah dan menjatuhkan diri, duduk di samping Ares yang sudah menetralkan napas lebih dulu.
"Lo tau sirup orson gak, Polar?"
"Tau."
"Gue mau. Di mana yang jual ya?"
Ares memutar otaknya segera. Mengingat-ingat sekiranya ada warung yang masih jualan atau tidak. Sirup itu biasa dijual di warung-warung kecil. "Gak ada yang jual, kayaknya."
"Yahhhh." Riv tengadahkan wajahnya ke langit malam. Deru napasnya mulai reda perlahan-lahan. Dan dia sungguhan ingin sirup yang dulu kerap dibelinya itu, yang harganya 500 perak, diwadahi dengan plastik. Pasti segar. "Ck."
"Beli yang lain. Mau?"
Riv menoleh. "Apa?"
Maka berikutnya, Ares membawa Riv berjalan ke luar Gor, mendatangi satu kedai kecil yang berjejer dengan warung-warung kecil lainnya.
"Abcd dua, Bu."
"Iya, Mas-Woah Neng Riv tumben mampir ke mari." Si ibu yang mulai memarut es batu tersenyum cerah pada Riv.
Ini masih kompleks kediaman rumah kedua orang tua Riv. Tentu Riv cukup dikenal baik - lebih dari sekadar selebriti - meski jarang mampir untuk sekadar membeli sirup abcd macam sekarang. Riv bahkan tidak tahu itu sirup apa.
"Hehe. Iya, Bu."
Ares memintanya duduk bersama di bangku.
"Abis olahraga malam ya?"
"Iya." Riv terkekeh menyadari pertanyaan si ibu rada ambigu. "Olahraga itu enaknya malem, ya kan, Bu? Kami sampe keringetan banyak ini."
"Loh bentar." Si ibu menjeda sejenak serutannya, mengabaikan celotehan Riv, lantas menajamkan penglihatan pada Ares. "Woalaaah ini mas pengawal yang tadi muncul di tipi itu ya?? Aduh duh kok aslinya lebih cakep."
"Ck. Ah ibu." Riv yang meladeni. "Bisaan banget. Harusnya ngeh dari awal dong, masa baru sadar sekarang."
Si ibu terkekeh. "Ya gimana. Mata ibu ini suka burem kalo liat dari jauh, harus dideket-deketin gituuuu."
Ares turut nimbrung sesekali dalam obrolan. Sebenarnya Ares pernah ke mari, tetapi yang melayani adalah suami si ibu. Sirup abcd itu sungguh ampuh menghilangkan dahaga - meski tetap air putih adalah segala-galanya.
"Gue kira ini tuh sirup abcd yang sama kayak uncle muthunya upin ipin. Enak juga ternyata." Riv bergerak kanan-kiri, khas perempuan sekali ketika memakan atau meminum sesuatu yang enak.
"Kedai ini buka sampe jam berapa, Bu?" tanya Ares pada si ibu.
"24 jam sini mah, Mas Ares. Yang jaganya ganti-gantian. Nih sebentar lagi ibu tidur, si bapak sama si kakak yang begadang."
Ares mengangguk paham.
"Ini udah tengah malam ternyata," bisik Riv, melihat arloji Ares.
"Mau pulang?"
Riv menggeleng cepat.
"Kamu harus istirahat yang cukup."
"Seharian ini gue gak ngapa-ngapain, Res. Pegel tau."
Ares menaikkan dua alis. Riv nyengir lebar. "Mau biasain manggil nama lo juga, biar kayak si ibu, ganti-gantian gituuuu."
Ares geleng-geleng kepala. Kerandoman Riv telah kembali, yang artinya nona berisiknya sudah baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Private Bodyguard
RomanceHidup Trivanya terlalu kosong melompong untuk ukuran seorang selebriti populer. Tidak punya minat, tidak tahu tujuan, dan tidak pernah bermasalah dengan siapa-siapa, bahkan haters sekalipun. Bagaimana mau bermasalah? Baca komen di medsosnya saja tid...