3. Tuan Pengawal

2.3K 219 22
                                    

3. Tuan Pengawal

"Gilaaaaa cakep benerr!!" Dion berseru. "Nah gini dong, Mas Cak! Rapi! Ganteng! No gembel, no kumal! Hahaha!"

Ares hanya geleng-geleng kepala. Markus di sebelahnya menepuk bahu. "Good luck, bro!"

Ares sendiri tidak mengerti. Se'pangling' itukah dirinya? Sampai dua kawan sakleknya berdecak dan tak henti menggoda? Ares melihat sekilas pantulan dirinya di kaca jendela. Jaket lusuhnya terganti jas licin berkemeja putih. Rambut kusutnya berubah rapi. Wajah keruhnya jauh lebih segar. Waw.

"Alia tau?" Dion bertanya.

"Enggak. Gak perlu dikasih tau."

"Halah alamat gue yang dicecar lagi ini!"

Dua jam berikutnya, Ares berdiri di depan pintu sebuah ruangan kantor SEA Label. Sebelumnya telah di-briefing oleh Romeo perkara tugas menjaga salah satu artisnya. Dan saat itu pula Ares diberitahu, bahwa Trivanya lah artis itu. Lalu seolah enggan menunggu, tugas 'menjaga' itu seketika merongrong minta pembuktian. Kumpulan wartawan dan beberapa fans telah berkumpul di depan lobi, berteriak gaduh memanggil nama-

"Jadi elo si Mister Bodyguard itu?"

Ares menoleh. Sosok berkaki jenjang terbungkus stilleto itu baru keluar dari ruangan, berdiri dan bersedekap angkuh menatapnya. Lalu-

"Woah!" Netra Trivanya membulat begitu kacamatanya dia lepas, menatap shock pada Ares. "Lo manusia?"

Dua alis Ares tertaut.

"Kok cakep banget!" seru Riv. "Familiar pula. Vibes-nya mirip siapa ya?" Matanya bergulir ke atas sambil mengetuk dagu. "Hem ...."

Ares mengamati dalam bungkam. Sosok Trivanya sudah cukup sering dia lihat dari billboard yang berhadapan dengan flatnya. Tapi yang ini sedikit berbeda. Mungkin karena Ares melihatnya secara langsung. Tidak ada kamera, tidak ada akting, apalagi senyum mempesona yang selama ini Ares rasa palsu. Namun ada satu yang sama persis seperti pengamatannya, yakni dua bola mata Trivanya yang sungguh jernih dan cemerlang, juga menunjukkan kepercayaan diri yang besar. Rambut Riv dibuat bergelombang, berwarna hitam berkilau dengan highlight keperakan. Dan kulitnya berwarna putih, bening bersih, begitu kontras dengan gaun biru sapir yang dia kenakan.

"Aha!" Riv berseru dan menjentikkan jari. "Gue tahu lo mirip siapa!" Senyumnya merekah sempurna. "Claude de Alger Obelia."

"..."

"Cakep, dingin, dan savageeeee! Eh! Gak deh! Belum, belum! Ke-savage-an elo masih harus diuji."

Suara gaduh di depan lobi kembali terdengar. Riv melirik sekilas ke arah sana, dan itu tidak luput dari pengamatan Ares.

"Hey! Tuan pengawal! Eh enggak-enggak!" Riv menggeleng. "Jangan tuan pengawal, mmm, apa harus gue panggil claude juga? Tapi dia kan Yang Mulia ya? Masa gue harus manggil elo Yang Mulia sih!? Hemmm ..."

Selagi Riv menimbang-nimbang panggilan yang cocok untuknya, Ares menyaku dua lengan pada saku. Sedikit ajaib, karena perkiraannya meleset, mengingat banyak kabar simpang siur yang beredar, yang katanya ; seorang Trivanya sombongnya keterlaluan, songongnya patut ditenggelamkan.

"Lo gak bisu, kan, Polar?"

Dua alis Ares naik lagi. Tadi Claude de Alger, sekarang Polar. Siapa sih mereka?

"Yes!" Riv mengepal yakin. "Polar! Cocok! Soalnya sama-sama kutub! Yeah, meski Polar bear imut lucu dan empuk kalo dipeluk. Plus nyeremin juga sih haha! Tapi tapi tapi kayaknya lo juga serem kalo diliat sekilas, terus lo hmm-"

[✓] Private BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang