•••
"A good relationship is when you can strengthen one another".
•••
________________
Hari begitu cepat berlalu, kini Ezra sudah disibukkan dengan syuting yang sudah mengontraknya selama beberapa bulan kedepan ini. Syutingnya memang baru berjalan selama seminggu-an, tapi selama itu pula Ezra merengek kepada Layla untuk ikut menemaninya ke lokasi syuting.
Tadi subuh Ezra sudah menelponnya untuk segera bersiap-siap karena Ezra akan berangkat ke lokasi syuting, dan jelas Layla menggerutu tak terima. Layla semalam abis nge-drakor hingga pukul 2, rasa ngantuknya masih sangat terasa di subuh hari, dan Ezra malah memintanya bersiap-siap di pagi buta ini? Gak ada akhlak memang. Setelah mendengar alasan itu, Ezra yang tadinya ingin menjemput menjadi mengurungkan niatnya, dan meminta Layla untuk menyusul ke lokasi syuting pukul 9 pagi.
Tlingg
"Apa Zra?". Tanya Layla. Ini sudah telpon ke-20, dan itu di mulai semenjak subuh tadi.
"Kamu udah siap-siap? Seto jemput kamu jadi gak usah pesan ojol".
Layla menghela nafas dengan langkah gontai menuruni anak tangga. "Zra, Seto kan manajer kamu. Gak pantes kamu suruh jemput aku kaya gini". Komen Layla tak terima.
Manajer dimata Ezra menjadi tidak memiliki harga diri sama sekali, poor Seto. Layla hanya tak enak hati kalau Seto yang menjemputnya, ya meskipun Seto itu sepupu Ezra sekaligus manajer Ezra yang hanya setahun lebih tua dari Ezra, tapi tetap saja Layla memiliki hati untuk tak enak hati kepada Seto.
"Nanti aja protesnya By, itu si Seto udah nyampe kayanya".
"Iya iya, see you". Layla langsung mematikan sepihak sebelum Ezra membalas ucapannya. Biarkanlah.
"Kamu mau kemana? ". Tanya sang mamah yang baru saja keluar dari ruang dapur di dekat tangga. Layla menghampiri sang mamah dan menyaliminya.
"Mau temenin Ezra di lokasi syuting".
Mata Cia- Mamah Layla, menelisik dari ujung kaki hingga ujung kepala. Jumpsuit merah bergaris vertikal hitam dan kuning yang menjadi pilihan Layla hari ini. Sneakers Converse berwarna hitam, jam tangan hitam pemberian Ezra dan slimbag hitam menjadi pelengkapnya.
Cia mengangguk. Mengelus puncak kepala anaknya dengan sayang. "Cantik anak mamah, yaudah hati-hati di jalan". Dan Layla langsung melesat pergi.
Semenjak kejadian di mall, entah bagaimana mamahnya tak pernah lagi mengomentari hal-hal kecil yang bikin Layla ngelus dada, ya meskipun aksi scan nya masih terus di lakukan. Mungkin saja karna Layla yang mendiami Cia hingga satu minggu dan berbaikan karna Cia membuatkannya seblak kesukaan Layla.
Ah sudahlah, lebih baik langsung melesat ke lokasi syuting, sebelum sang manusia nyebelin Ezra mengamuk.
•••
Layla bukan tidak sadar bahwa setiap kedatangannya ke lokasi menjadi perbincangan beberapa fans yang melihat syuting, para kru film, artis yang ikut bermain flim dengan Ezra, serta para wartawan yang selalu datang ke lokasi. Layla hanya menutup mata dan hatinya rapat-rapat ketika menyangkut hal itu, Layla tau bahwa di media sosial dan media televisi kini hampir setiap hari memberitakan Ezra yang sedang bermain flim dan soal kedatangan Layla menjadi topik yang marak di perbincangankan.Entah sampai kapan dirinya berhenti jadi santapan publik. Sampai lu putus lah, batin Layla menyahuti.
Layla menghela nafas di single sofa yang berada di ruangan ini, sudah hampir setengah hari dan dirinya hanya berdiam diri di sini, bolak-balik buka handphone karna kegabutan, berkali-kali menguap tapi tidak bisa tidur karna ruangan bising, memakan makanan yang di belikan oleh asisten Ezra yang kini tinggal bungkus nya saja, dan liatin Ezra serta beberapa pemain yang entah sudah berapa kali bolak-balik masuk ruangan karena pergantian scene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layra | Doyoung
FanfictionLayla Tamalia, benar-benar tak bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya memiliki pacar seorang aktor ternama ibu kota yang punya fans segudang, Ezra Bannerick. Kejadian demi kejadian terus mewarnai perjalanan percintaan mereka berdua. Tapi, apakah Lay...