Bab 8 : Buang sial, berujung nambah sial

22 8 0
                                    

•••

"Ada yang tau tempat pembuangan sial?".

~Layla, si pejuang pembuang sial~

•••

____________________

Katanya kalau mau buang sial itu kita harus mengorbankan sesuatu yang berharga untuk di lepas dari si yang sial. Meski dengan perasaan tak rela, tapi tak ingin terus ketimpa kesialan yang baru saja kemarin di rasakan hingga double sial. Shit, Layla kesal mengingat hari itu.

Layla kini tersenyum begitu cerah, secerah cuaca hari ini yang begitu mendukungnya untuk memulai hari baru dengan rambut baru. Yeay, Layla memotong rambutnya hingga menyisakan sepanjang 4 jari di bawah telinga. Model Bob.

Layla mengibas-ngibas pelan rambutnya sambil menatap penampilan rambutnya di pantulan cermin salon dengan bahagia. Kepalanya terasa meringan seperti perasaannya yang juga ikut meringan karna Ezra hari ini tak mengganggunya. Apa ini keajaiban membuang sial?

Ezra sedang berada di luar kota. Syutingnya kali ini hingga mengharuskan Ezra pulang pergi dari kota satu ke kota yang lain. Layla memang mengkhawatirkan Ezra, karna bisa saja sewaktu-waktu manusia kadal itu jatuh sakit. But, persetanan dengan itu. Sekarang yang paling penting kesialannya menghilang mulai hari ini. Jiwa raganya tentram.

"Makasih ya mba". Layla langsung melesat pergi dari salon tersebut dengan berjalan bak model terkenal. Rambutnya yang sesekali di kibas manja dengan penuh percaya diri.

Aksinya terhenti saat dari samping ada yang mencekal pergelangan tangannya. Layla menoleh. Jasmine, teman satu SMA nya yang tadi mencekal tanganya.

Jasmine dan Layla saling melempar senyuman sebelum saling berpelukan melepas rasa rindunya. Jasmine, gadis yang tingkahnya sebelas dua belas dengan Layla. Berambut biru terang di bagian dalam, muka yang terlihat dewasa dari anak seusianya karna terlahir sebagai anak blasteran, serta tinggi yang cukup ideal.

"Akhir ketemu lu La, lu kemana aja sih. Kaya di telan bumi tau ga? Mana di grup kelas sider banget".

Layla meringis. Entah bagaimana harus menjelaskan ke Jasmine bahwa dirinya telah menjadi budak Ezra yang harus selalu di sampingnya. Gak! Gak mungkin juga bilang begitu, jangankan Jasmine, mamahnya saja tidak akan percaya jika Layla berkata begitu.

Layla tertawa canggung sambil menepuk pelan bahu Jasmine. "Berlebihan lu ah, Min". Layla memicing matanya menatap Jasmine. "Btw, ngapain lu ke mall daerah sini. Bukannya daerah lu juga ada mall?".

Jika rumah Layla berada di bagian barat, maka rumah Jasmine berada di selatan. Cukup kurang kerjaan bagi seorang yang gak punya kerjaan, mau-maunya pergi ke tempat yang ada di daerah sendiri tapi justru ke daerah tetangga.

Jasmine tiba-tiba menarik Layla memasuki salah satu restoran. "Gua udah feeling, pasti info reunian lu gak tau. Makanya lain kali gak boleh sider".

Dan berhentilah mereka di meja yang cukup panjang, penuh dengan orang yang Layla hafal wajahnya. Yakni teman sekelasnya, lebih tepatnya gerombolan bar-bar saat di kelas dulu. Benak seketika mengingat seseorang, Kamil. Ah, by the way bagaimana kabar Kamil ya, sahabat karibnya?

"Guys. Liat siapa yang datang?" . Ucap Jasmine dengan girang.

Mereka yang sedang makan dengan tertib sontak menoleh dan langsung melempar senyuman ke Layla.

"Yaampun Layla. Gadis bar-bar kita yang pacaran sama aktor ganteng". Itu Milea. Bukan Milea nya Dylan. Tapi Caramilea, si gadis pintar tapi bobrok. Yang punya wajah kecil imut minta di bawa pulang.

Layra | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang