***
"Semuanya akan baik-baik saja".
***
______________________Kalau di ibaratkan, bagai berjemur di bawah terik matahari siang dengan bertelanjang. Panas, gerah. Sama seperti Layla yang panas dan gerah melihat kelakuan Ezra yang sama sekali tidak menunjukkan dirinya bersalah sama sekali.
Layla menggulingkan tubuhnya ke sisi kiri kasur. Mukanya masih cemberut tanda kesal dan bete di waktu bersamaan. Ezra kampret, anak nyebelin, batin Layla sedari tadi. Volume ringtone handphone nya sengaja sampai full, tapi tak ada satupun tanda-tanda kehidupan Ezra di handphone nya.
Layla jadi malas untuk bersiap-siap pergi menuju kediaman Ezra. Mamah dan papahnya sudah lebih dulu datang kesana karna alasan 'mau menyiapkan untuk acara malam ini'. Dan Layla di tinggal sendiri di rumah. Cih, sebenarnya ini acara perayaan ke sepuluh bulan Ezra dan Layla pacaran, atau acara para lansia sih?. Oke, Layla terlalu jahat menganggap orangtuanya itu lansia.
Layla memukul kasurnya dengan kekuatan super. Bete, bete, bete. Layla menengadah kepalanya, menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam. Persetanan!
Tlingg
Kepala Layla langsung ke posisi setengah lengan lencang kanan, menyerong ke arah handphonenya yang tengah berdering nyaring. Layla langsung merampas handphone nya.
Ibu Ezra is calling.
Dengan ogah-ogahan, Layla mengangkat panggilan tersebut.
"Hallo bu".
"Hallo sayang, asisten Ezra yang jemput kamu ya. Kamu udah siap-siap kan?".
Layla memejamkan matanya, perasaan kecewa seketika menguasai relung hatinya. Layla menghela nafas, entah dengan apa mewakili perasaan nya kini.
"Kenapa harus asisten nya bu?". Bisik Layla yang masih dapat terdengar di panggilan telpon.
"Ezra jemput Seto di apartemen nya, soalnya mobil Seto lagi di bengkel". Jawab ibu Ezra di sebrang sana. "Yah, tolong itu balik ayamnya". Seru Ibu Ezra yang sepertinya tengah menyuruh ayah Ezra.
"Oh gitu ya bu. Yaudah Layla turun ke bawah, takutnya udah di jemput".
"Ah iya sayang. Hati-hati ya nak. Sampai ketemu".
Dan Layla ditampar oleh kenyataan, bahwa ekspektasi tidak seindah realita.
•••
"Harus banget kalian yang jemput gua?". Tanya Layla saat mereka sudah di perjalanan.
Hasan, Fino dan Bayu. Ketiga asisten Ezra benar-benar menjemputnya. Perasaan kecewa lagi, lagi dan lagi memenuhi hatinya, Layla fikir hanya akal-akalan saja dan Ezra akan benar-benar menjemputnya. Layla tersenyum miris, mengharapkan manusia macam Ezra sama aja bohong.
"Tuan bos yang merintah kita jemput mba Layla". Jawab Bayu yang tengah memakan coki-coki.
Layla melirik Bayu lewat kaca spion, menghembuskan nafas kesal saat jawaban itu terlontar dengan mulus tanpa lola. Liat saja, nanti saat ketemu di rumah. Jangan harap Layla akan menganggap Ezra ada di muka bumi ini. Liat!
"Gak usah panggil embel-embel mba. Gua bukan mba lu". Semprot Layla karna perasaan jengkel kepada Ezra dan kepada ketiga asistennya yang tidak pernah lepas memanggil namanya dengan embel-embel 'mba' di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layra | Doyoung
FanfictionLayla Tamalia, benar-benar tak bisa mendeskripsikan bagaimana rasanya memiliki pacar seorang aktor ternama ibu kota yang punya fans segudang, Ezra Bannerick. Kejadian demi kejadian terus mewarnai perjalanan percintaan mereka berdua. Tapi, apakah Lay...