Bab 10 : (lanjut) bertengkar

34 4 0
                                    

•••

"Yang satu nungguin, yang satunya lagi sok jual mahal".

~pasangan alay ; Ezra dan Layla~

•••

______________________

Entah harus kesal, ngamuk atau bahkan bakar hidup-hidup orang yang sudah memperkerjakan nya sebagai manajer selama 2 tahun ini. Seto memijat pangkal hidungnya, pusing. Terlalu pusing melihat tingkah Ezra yang hari ini benar-benar membuatnya tua lebih cepat. Seto melangkah menuju Attha-sang photographer yang sedari tadi mengeluh karna Ezra tak melakukan pekerjaan dengan maksimal.

Seto menepuk bahu Attha, membuat Attha yang sedang melihat hasil foto hancur Ezra di kamera menoleh. "Istirahat dulu aja Ta, gua mau ngomong sama si Ezra. Gimana?".

Attha melirik Ezra yang masih diam di posisi dengan wajah kusut yang sangat terlihat. Attha menghela nafas, mengangkat sebelah tangannya kearah para kru. "Istirahat guys".

Setelah  Seto mengucapkan terimakasih, Seto mendekati Ezra dan menariknya menuju ruang ganti. Seto melepaskan tarikan tangannya setelah sampai di ruangan, mengisyaratkan dengan dagu nya untuk Ezra duduk di sofa.

Seto berkacak pinggang dengan satu tangan, satu tangannya lagi di pakai untuk mengetuk-ngetuk pelan keningnya yang rasanya ingin meledak. Seto memejamkan mata dengan pikiran yang sedang mengolah kalimat agar Ezra paham dengan apa yang akan Seto ucapkan, tak lama Seto membuka matanya dengan posisi badan tegap, matanya menatap Ezra yang justru tengah memejamkan mata, menyandar di punggung sofa.

"Ezra, sekarang gua bilang lu sebagai manajer ke artis. Lu gak bisa dan gak seharusnya bawa masalah pribadi di pekerjaan lu. Lu harus profesional! ini baru jadwal pertama lu, Zra. Selesai ini lu harus ke lokasi syuting. Gua tau lu ada masalah sama si Layla, tapi jangan di bawa-bawa saat lu lagi kerja gini. Lu gak liat dari tadi muka Attha dan para kru?".

Jika bukan demi kesejahteraan bersama, Seto tak akan pernah mau menasehati seorang Ezra Bannerick. Lebih baik memakinya seperti biasa dengan jeweran telinga yang membuat Ezra mengerang kesakitan. Tapi kali ini beda, kasusnya berkaitan dengan belahan jiwa seorang Ezra.

Ezra membuka matanya, menatap malas Seto. "Iya maaf". Ezra mengulur tangan dan mengibas-ngibas ke depan seolah-olah mencari sesuatu. "Bay, ambilin gua minuman sama handphone". Titah Ezra kepada salah satu asistennya.

Ezra menegakkan posisi duduknya, mengacak rambut yang sudah di tata rapih oleh hair stylish dengan asal yang membuat Seto gemas ingin melempar Ezra dengan sepatu fantofel yang di pakainya saat ini.

"Nih Zra". Ucap Bayu setelah sudah sampai di hadapan Ezra dengan barang yang dipinta Ezra tadi.

Ezra menyalakan handphonenya yang sedari pagi belum tersentuh. Raut wajah Ezra datar saat tak ada satu pun chatt masuk atas nama seorang yang di tunggunya, Layla. Jempol kanannya mengelus layar lockscreen, foto Layla saat di alun-alun tempo hari. Matanya tak sengaja menatap tanggal hari ini, Ezra tersenyum miris saat menyadari hari ini tanggal 14, tepat 10 bulan hubungannya dengan Layla.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Layra | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang