step 17

886 161 15
                                    

suara daun kering yang diinjak mengiringi langkah soobin menuju kantin kampus. jantungnya berdetak tak karuan. ia sungguh berharap yeonjun memberikan penjelasan yang masuk akal.

soobin mengedarkan pandangannya, menahan senyum saat melihat yeonjun sedang duduk di salah satu meja. mencoba menetralisir ekspresinya, soobin menghampiri yeonjun.

"gue gak suka basa basi, jadi langsung aja," ujar soobin begitu pantatnya mendarat diatas bangku. yeonjun menatap sejenak wajah marah soobin. jujur, bukannya ngeri, malah gemes.

yeonjun berdiri, "ikut aku, ya?"

"kemana?" tanya soobin. yeonjun menarik tangan yang lebih muda sampai dia berdiri. "ikut aja, nanti aku jelasin."

soobin menghempas tangannya, melepaskan genggaman yeonjun. "gak mau, jelasin aja disini apa susahnya," katanya. yeonjun menghela napas. "yaudah kalo kamu maunya gitu, aku panggil aja orangnya."

yeonjun mengeluarkan ponselnya, menggulir beberapa kali sebelum menempelkannya ke telinga. terdengar beberapa nada panggil sebelum akhirnya diangkat. "ji, lo kesini deh, soobinnya gak mau diajak."

terdengar suara dengan nada agak kesal diujung sana. yeonjun terkekeh, "ya maap, udah deh kesini sebelum soobin kabur."

soobin mengernyit. apa ini? yeonjun tertawa bersama si gadis dihadapan soobin? ah, seandainya membunuh itu tidak ilegal.

"kak!"

suara feminim membuat soobin menoleh. gadis itu, gadis berkuncir tinggi itu. dari dekat, soobin bisa melihat wajahnya dengan jelas. kulit putih, mata kucing, senyum manis, hidung lucu, tubuh kecil. ah, cantik sekali. soobin kan jadi minder.

"soobin," panggil yeonjun, membuat sang empu kembali menatap lawan bicaranya. "kenalin, ini hwang yeji, sepupu gue."

.....what?

"hehe, halo soobin," gadis bernama yeji itu melambaikan tangannya. "gue denger lo ada masalah sama yeonjun gara-gara gue ya? maaf banget, gue gak sengaja!"

soobin tidak bisa memproses semua ini. "hah... jadi... maksudnyaㅡ"

"yeji barusan putus dari pacarnya, namanya yohan," yeonjun memulai penjelasan, "yeji ditipu dan dicuri uangnya, padahal itu uang hasil kerja keras yeji. yang waktu kamu lihat dia nangis itu dia minta bantuan ke aku."

"dan alasan kak yeonjun mengabaikan lo adalah karena dia sibuk bantuin gue, bukan apa-apa. tapi gue minta maaf karena menimbulkan kesalah pahaman begini."

soobin menatap yeji dan yeonjun bergantian. "jadi... kalian gak ada apa-apa?"

yeonjun tersenyum gemas, tangannya refleks mencubit pipi pujaannya itu. "nggak, sayaaang. kami cuman kerja sama buat bales dendam."

yeji mengangguk. "eh, gue duluan ya? udah ditungguin si dobleh. dah kak yeonjun, soobin!"

yeji berlari meninggalkan dua sejoli yang menatapnya pergi. soobin menatap yeonjun, matanya penuh amarah. "jadi kakak selama ini bantuin yeji dan nggak ngasih tau aku?"

yeonjun mengangguk. "maafin aku, masalahnya yohan nih licin kayak belut jadi susah ditangkep. tapi akhirnya berhasil dapetin duitnya yeji kembali kok," kelakarnya. "jadi... kamu maafin kakak kan?"

soobin tidak menjawab, melainkan menaruh tangannya ditengkuk yeonjun, menariknya mendekat.

satu kecupan. "itu, karena nyuekin aku."

dua kecupan. "itu, karena buat aku emosi."

tiga kecupan. "itu, karena selalu buat aku gak bisa berfungsi dengan normal."

terakhir bukan hanya kecupan singkat. soobin melumat bibir tebal milik yeonjun, mengejutkan yang lebih tua. nekat, yeonjun mengeluarkan lidahnya. soobin membelah bilahnya, memberikan akses masuk.

yeonjun menarik tengkuk soobin, memperdalam ciuman mereka. pemuda rubah itu menggerakkan lidahnya, menyusuri tiap bagian mulut soobin. yang lebih muda tidak mau kalah, memindah posisi kepalanya agar lebih nyaman.

perang lidah mereka bertahan selama tiga menit sebelum soobin memutus tautan mereka.

"kalo yang itu...hah... hadiah... karena kakak mau menjelaskan," soobin terengah. yeonjun tersenyum jahil. "lagi boleh gak?"

"gak! capek tau!"

"loh, yang nyium duluan siapa?"

"kakak yang ngeluarin lidah duluan."

"kamu yang mempersilahkan masuk."

wajah soobin, yang awalnya emang udah merah, tambah merah. yeonjun terkekeh, "nah, karena udah dimaafin," ia merogoh kantongnya, mengeluarkanㅡyes, kodok kertas.

"apa lagi ini?" tanya soobin, menerima kodok kertas tersebut. "buka aja," suruh yeonjun. soobin membuka lipatan kertas berwarna merah itu. soobin tidak dapat menahan senyum saat membaca isi kertasnya.

dear, choi soobin.

aku nulis ini seandainya aku dimaafkan. jadi kalau gak dimaafkan, surat ini percuma dong :(

nah, kalau kamu baca surat ini berarti udah dimaafin kan? hehe udah dong pastinya. karena udah dimaafin, aku mau ngomong sesuatu.

choi soobin, sejak awal aku bertemu kamu saat ospek, aku langsung jatuh cinta. dari senyum kelinci, lesung pipi, sampai ketawamu, semuanya bikin gemes. butuh dua tahun untukku berani mengungkapkan perasaan ini dan sampai sekarang, perasaanku tidak berubah.

oleh karena itu, choi soobin, matahariku, mau gak jadi pacarku?

soobin berhambur kedalam pelukan hangat yeonjun. "so... is that a yes?" tanya yeonjun. soobin mengangguk cepat, "yes, it's a yes, silly."

yeonjun terkekeh, mengeratkan pelukannya. "i love you," bisiknya.

"i love you, too," balas soobin

{♧}

eye, power couple kita gengs. maap author ga jago bikin intimate scene >.< semoga nggak canggung ya hehe. btw ini terlalu cheesy gak sih? please tell me kalau kalian gak nyaman ^^

©voleenyaw

kodok kertas || yeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang