"uh.... gimana kabarmu?"
soobin mengernyit. apa-apaan?
"baik," jawab soobin singkat. "kakak gimana kabarnya?" soobin mengembalikan pertanyaan. yeonjun hanya mengangguk sebagai jawaban. ekspresinya terlihat bingung, sedikit sedih sepertinya.
"kakak... beneran baik?" soobin menyentuh tangan kiri yeonjun yang tergeletak diatas meja. yeonjun mengangguk, pandangannya beredar ke penjuru café. hari ini cukup sepi, hanya ada beberapa pelanggan dan barista. "soobin," yeonjun memanggil lagi, "keluar yuk?"
soobin mengerjap. "ngapain?" tanyanya. yeonjun menggenggam tangan soobin, menariknya perlahan keluar café. mereka berjalan, tangan bertautan diiringi suara burung senja.
entahlah, soobin merasa tidak nyaman tiba-tiba. seakan ada sesuatu yang menimpa mereka berdua, suasanya berat. "kita... mau kemana?" tanya soobin. yeonjun menoleh, memberikan senyuman yang bagi soobin agak terpaksa.
"ada deh, kamu liat aja nanti," ujarnya. soobin tidak banyak protes. mereka jarang bertemu, pertemuan ini bisa jadi pertemuan terakhir bulan ini. soobin tidak ingin merusaknya dengan mengutarakan kegelisahannya.
mereka berjalan cukup lama, tidak ada yang berbicara. nampaknya yeonjun sibuk dengan pikirannya dan soobin asik mengamati kendaraan yang berlalu-lalang. angin senja kali ini cukup dingin, untung soobin pakai sweater merahnya.
namun, yeonjun hanya mengenakan kaos putih tipis dilapisi jas baby blue. soft dan elegan, tapi pasti dingin. "kakak, gak dingin?" tanya soobin, sekalian mencairkan suasana.
yeonjun tidak menjawab. sepertinya ia sedang melamunkan sesuatu. soobin menggoyangkan tangannya yang digenggam yeonjun. "kak?"
"hah, kenapa?" yeonjun terkejut. "kakak mikirin apa sih?" soobin mulai curiga. daritadi yeonjun diam, tidak seperti biasanya yang ngoceh sana-sini. yeonjun menggeleng, senyum terpaksa itu muncul lagi. "aku gapapa, serius."
"aku tanya kakak mikirin apa, bukan apakah kakak baik-baik aja?"
oke, yeonjun kena skakmat. dia bungkam. soobin menghentikan langkahnya. otomatis, yeonjun ikut berhenti. "kenapa, kak? cerita sama aku," soobin memprovokasi.
yeonjun menggaruk tengkuknya. "ini... gak mau ke tempat tujuan kita dulu?"
soobin menggeleng. "kakak mencurigakan daritadi," katanya, "mending cerita sekarang daripada nanti-nanti."
lebih baik sakit hati sekarang daripada ditunda-tunda.
yeonjun menghela napas lelah. "yaudah, tapi cari tempat duduk dulu. jangan tengah trotoar begini."
soobin menurut, menarik lengan yeonjun menuju halte bus terdekat. mereka duduk sampingan di halte sepi tersebut. "sekarang, cerita," soobin menatap lekat-lekat kedua manik gulita yeonjun.
lagi-lagi yeonjun berdeham. "tapi... jangan kaget ya?" pesannya. soobin mengernyit, tapi tidak mempertanyakan alasan yeonjun. "iya," jawabnya singkat.
diawali hembusan napas, yeonjun menggenggam kedua tangan soobin. "soobin, aku sayang kamu. kamu tau itu kan?"
soobin mengangguk. "kamu inget apa yang aku kasih ke kamu waktu awal kita kenalan?" tanyanya kemudian.
"kodok kertas," lirih soobin. "kalau, waktu kita awal pacaran, aku kasih apa?"
"kodok kertas...."
"kita bertemu dan memulai hubungan karena sebuah figur origami sederhana. jadi," yeonjun melepas satu genggaman tangannya, meraih sesuatu dalam sakunya, "aku mau mengakhirinya dengan hal yang sama."
deg!
"....apa?"
yeonjun memberikan origami familiar tersebut, kali ini warnanya hitam. "baca, ya?" suruh yeonjun.
"gak mau!" soobin menolak, mendorong figur kertas tersebut menjauh. yeonjun mengambil tangan soobin, meletakkan kodok kertas tersebut diatasnya. "dibaca dulu, soobin."
ah, kalau sudah begini, soobin tidak bisa menolak. dengan perlahan, soobin membuka lipatan kertas itu. nostalgia memenuhi pikirannya, menyesakkan dada. ia memejamkan mata, tidak berani melihat isinya yang mungkin sebelas duabelas dengan kata 'kita putus'.
"jangan merem, dibaca dulu."
mau gak mau, soobin perlahan membuka matanya, berekspektasi melihat kalimat putus. namun, tulisan tinta putih yang dilihatnya jauh lebih mengejutkan.
dear, choi soobin, kelinciku, matahariku, my love of my life.
maaf, tapi aku gak sanggup lagi pacaran sama kamu. habisnya, pacaran aja masih banyak yang lirik kamu. aku kan orangnya mudah cemburu >:(
karena itu, aku mau mempertegas hubungan kita. so, maukah kamu jadi pendamping hidupku untuk selamanya?
"kak..." kata-kata soobin hampir terdengar seperti bisikan. "katanya mau mengakhiri hubungan?" tanya soobin lirih. yeonjun tersenyum. "iya, mengakhiri hubungan pacaran dan lanjut ke tahap berikutnya."
sepersekian detik kemudian, tangan soobin memukul dada yeonjun. "jahat banget sih kak, aku kira bakal diputusin!!" soobin merengek. benar-benar ya, choi yeonjun, kerjaannya bikin perasaan soobin gak karuan.
yeonjun tertawa, ekspresinya kembali cerah. "maaf, tadi maunya di kantin kampus biar romantis. eh, malah kamu udah curiga duluan," ujarnya. soobin merengut, "habis, kakak mencurigakan banget, pinter banget aktingnya"
yeonjun terkekeh, kembali menggenggam tangan pujaan hatinya. "so, will you marry me, choi soobin?"
soobin memajukan tubuhnya, mengikis jarak dengan si pemuda rubah. ia melumat bibir tebal itu sejenak sebelum mundur. setelah itu dia tersenyum, senyum manis favorit yeonjun.
"of course, choi yeonjun."
fin.
yeaaaaay kelar juga cerita ini!!!! makasih buat semuanya yang udah bertahan melewati kisah keju duo choi. semoga hubungan mereka tetap lancar ya^^
bagi kalian yang masih punya pertanyaan, ayo silahkan dibagi-bagi disini!
aku usahakan menjawab^^
sekian dari author, sampai jumpa di work selanjutnya!!
©voleenyaw
KAMU SEDANG MEMBACA
kodok kertas || yeonbin
Fanfictionkodok kertas dengan surat ter-keju yang pernah soobin lihat. yeonbin ft. bts and 99-00 liners (inget, ini yeonbin ya bukan soobjun.) ©voleenyaw start: june 19th 2020 end: june 21st 2020 status: completed genre: short story, fanfiction