7. The Truth (un)Told

363 51 11
                                    

Satu bulan sudah tanpa sepengetahuan Gigi Jevan menerima kucuran uang dalam jumlah yang beragam dalam beberapa tabungan miliknya, belum lagi beberapa barang mahal yang ia sembunyikan dikantornya. Ini semua adalah bagian dari rencana B dimana beberapa aset milik Broto yang dicurigai semua dipindah tangankan pada Adrian dan Jevan.

Pagi ini kediaman Jevan dibuat terkejut dengan kedatangan satu unit mobil sport warna hitam yang kini terparkir dihalaman rumah mereka. Jevan sudah menyiapkan jawabab terhandal dan juga telinganya jika sang istri menyerangnya dengan rentetan kalimat yang memekakkan telinga.

"kapan belinya?" tanya Gigi dingin saat mereka tengah makan siang berdua, karena Caca sudah terlelap sebelum jam makan siang. Jevan menelan makanannya dengan cepat lalu meraih tangan istrinya itu. "belom lama sih, pas kemaren menang kasus gede aku kepengen kayaknya ini aku yang ngidam bukan kamu." Dalam hati ia berharap istrinya itu percaya dengan ucapannya, mata kecilnya menatap Gigi dengan penuh keyakinan bahwa ialah yang membeli mobil yang harganya mencapai 1,5 miliyar itu.

"mas.." Jevan sudah benar-benar siap dengan konsekuensi ceramah soal keuangan oleh istrinya itu. "aku pengen jalan-jalan pake mobil itu. Sekarang!" lelaki itu sedikit terkejut dengan respon Gigi yang tidak merasa terganggu dengan hadirnya mobil mahal itu digarasi rumahnya, ia justru terlihat bersemangat saat ini.

"oke baginda ratu, mas ganti baju dulu." Beruntung hari ini ada pemantu rumah tangga harian mereka yang tengah membantu wanita itu membersihkan kediamannya sehingga pasangan itu bisa menikmati jalanan kota dengan mobil mahal itu. Jevan bisa bernapas lega saat ini karena Gigi tidak menaruh curiga apapun padanya.

"mas kenapa gak bilang sih kalo beli mobil baru?"

"maaf deh yang, aku salah gak bilang ke kamu, soalnya kalo aku bilang pasti nanti kamu bakalan marahin aku." Gigi menghembuskan napasnya berat, sebenarnya ia tidak masalah jika suaminya itu mau membeli apapun yang ia mau, hanya saja saat ini prioritas Jevan seharusnya tertuju pada Caca dan juga sang calon adik. Namun Gigi juga tidak bisa menampik kalau suaminya itu juga butuh sesuatu yang bisa menyokong pamornya sebagai salah satu pengacara terbaik di negeri ini, jadilah Gigi merasa tidak perlu menyalahkan sang suami yang dimata orang terlihat impulsif karena membeli sebuah mobil mahal ketika sang istri tengah berbadan dua.

Jauh dari senyuman yang ia tunjukkan pada Gigi, hati kecil Jevan justru meronta karena ini bukanlah sesuatu yang sesuai dengan hari nuraninya, tidak sejalan dengan apa yang sudah ditanamkan padanya sejak kecil dan yang ia yakini sebagai sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan namun bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi Jevan sudah benar-benar masuk kedalam sebuah permainan yang menuntutnya untuk melanggar semua itu dan melawan hati kecilnya itu demi masa depannya dan juga keluarganya.

"mas, aku kok kepikiran kalo si dedek ini cowok ya, soalnya kamu jadi hobi banget olahraga belakangan ini, terus mobil sport ini, belom lagi aku yang jadi lebih sering nemenin kamu nonton pertandingan olahraga ketimbang nonton drama ato infotaimen, sama-."

"sama kamu yang jadi sedikit lebih males beberapa minggu ini yang." Sambung Jevan sambil mengingat apa yang terjadi pada sang istri belakangan ini. Gigi mengangguk setuju setelah mendengat ucapan lelaki itu.

"iya sih.."

Tangan Jevan yang bebas mengelus perut sang istri dengan sayang, keduanya memang tidak ingin mengetahui jenis kelamin anak kedua mereka agar menjadi kejutan saat kelahirannya nanti. "nanti papa ajarin kamu main sepak bola, main badminton sama main game ya dek, biar papa ada saingannya nanti." Ujarnya sebelum kembali fokus menyetir demi menyenangkan hati sang ratu.

--

Pagi indah Jevan hari ini dirusak kala sang sekretaris membawakan sebuah amplop dengan lambang sebuah bank internasional ke meja kerjanya, ia sudah tahu itu pasti bagian dari rencana mereka untuk menyembunyikan kekayaan sang 'bebek' namun yang menarik surat tersebut bukanlah atas nama Jevan, hanya saja menurut penuturan sekretarisnya ada orang suruhan dari salah satu kliennya yang menitipkan ini padanya sebagai bukti untuk kasusnya. Saat ia akan menyimpan surat yang telah ia buka itu ke laci dering ponselnya membuat lelaki itu mengurungkan niatnya untuk menaruh amplop itu.

[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang