Flashback time..
Tepat setelah sebuah balok kayu kembali mengenani tubuh Jevan terdengar suara dobrakan dari arah luar dan membuat preman-preman itu panik seketika dan berusaha melarikan diri, namun sayang seluruh gudang tua itu sudah dikepung oleh polisi dengan senjata lengkap, salah seorang dari mereka berusaha melawan namun naas ia menerima sebuah tembakan dibahunya, tanpa banyak perlawanan semua preman suruhan Broto sudah berhasil ditangkap dan diamankan ke kantor polisi dengan Broto yang ditangkap saat berusaha melarikan diri ke Singapura di Bandara Internasional Juanda.
Brian dan yang lainnya langsung mendekat kearah Jevan yang kini terbaring lemah ditanah, kemeja yang ia kenakan sudah benar-benar kusut dan ada beberapa noda darah dan debu disana, jangan lupakan wajah tampan ayah dua anak itu yang penuh luka lebam. Dengan susah payah ia berusaha membuka matanya, senyuman tipis mengembang diwajah penuh luka itu saat melihat sosok Brian yang tengah memangkunya, rasanya ia benar-benar lega jika Tuhan memanggilnya saat ini, setidaknya ia ditemukan oleh orang-orang yang ia sayangi dalam hidupnya.
"JEV! SADAR JEV!"
--
"akhirnya lu sadar juga Jev!" seru Vero saat Jevan membuka matanya, kini mereka tengah dalam perjalanan menuju rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan pertama pada lelaki itu. "Gigi gimana?" tanya Jevan dengan suara yang lemah.
"kata Rishi udah masuk ruang bersalin, lu tenang aja, yang penting sekarang lu dulu Jev."
"bawa gue ke rumah sakit Gigi aja Bri, gue mohon, seenggaknya gue ada disana." Air mata tidak bisa Jevan bendung lagi, ia benar-benar ingin ada didekat sang istri saat ini, bahkan jika ia harus meregang nyawa setidaknya ia ada di dekat wanita yang ia cintai seumur hidupnya itu.
"tapi Jev-." "gue mohon Bri." Akhirnya sebagai orang yang membawa mobil yang kini dalam kawalan mobil polisi yang membuat jalanan mereka bebas hambatan Juna akhirnya menuruti kemauan Jevan setelah mendapatkan persetujuan dari Raihan dengan pihak kepolisian.
"thank you guys, gue berhutang sama kalian beneran." Ujar Jevan lemas sambil berusaha menahan kelopak matanya sekuat tenaga. "Ver, kalo gue ketiduran pas nyampe sana bangunin gue ya." Pinta Jevan lalu perlahan menutup matanya, ia benar-benar lelah, lapar dan kesakitan saat ini namun ia harus bertahan setidaknya sampai ia bertemu dengan Gigi dan juga putra mereka.
"Han, mending kita cepetan sumpah gue takut." Ujar Vero, bagaimana tidak Jevan kini terlelap dibahunya, deru napas lelaki itupun mulai melemah.
Begitu berhasil tiba dirumah sakit Jevan langsung dibawa keruang gawat darurat untuk mendapatkan tindakan secepatnya, Brian dan Satria menuju ruang bersalin dilantai lainnya dirumah sakit itu untuk memeriksa bagaimana keadaan Gigi.
"gimana bun?" tanya Brian pada bundanya yang duduk bersama dengan orang tua Jevan.
"masih belom, Jevan mana mas?" tanya wanita paruh baya itu. "Jevan masih di jalan bun, tenang aja."
"anak itu kemana sih?! Istrinya lagi berjuang dia malah kerja, awas aja nanti mami jewer dia." Sahut mertua Gigi itu. Satria dan Brian berusaha untuk tidak memberitahukan keadaan Jevan yang sebenarnya saat ini, mereka tidak ingin membuat suasana menjadi semakin keruh. Tak lama berselah pintu ruang bersalin itu terbuka, nampak Rishi keluar dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya, begitu menemukan sosok yang bisa menguatkanya, Rishi mendekat dan memeluk Brian dengan erat, menumpahkan semua air matanya di dada bidang suaminya itu.
"gimana Gigi sayang?" tanya Brian tidak ada jawaban dari Rishi, jantung Brian berdegup makin kencang saat ini.
"keluarga ibu Bridgia?" semua orang yang ada di depan ruang bersalin berdiri saat dokter yang menangani Gigi keluar dari ruang bersalin.
"gimana keadaan menantu saya dok?"
"bu Bridgia sempat mengalami pendaharan namun situasi sudah berhasil kami tangani dengan baik, dan putranya sehat dan sempurna bapak ibu sekalian." Helaan napas lega terdengar disana. "ngomong-ngomong dimana suaminya?" situasi menjadi hening seketika saat dokter menayakan pertanyaan tersebut.
Ting!
"gimana kondisi istri saya dok?" suara parau Jevan yang kini tengah duduk dikursi roda yang didorong oleh Vero memecah keheningan disana, terlihat para orang tua yang terkejut dengan kondisi Jevan yang sedemikian rupa.
"Jevan kamu kenapa nak?" tanya sang mami.
"Jevan gak apa kok mi, gimana kondisi istri saya dok?" ulang Jevan, dokter pun kembali menjelaskan kondisi Gigi kepada Jevan, rasanya beban berat yang ada ditubuh Jevan terangkat, rasa sakit yang ia derita juga hilang seketika.
"saya boleh lihat istri dan anak saya pak?"
Gigi terkejut melihat Jevan yang dibawa kedalam dengan menggunakan kursi roda, wajahnya penuh luka, air mata tidak bisa dibendung lagi oleh wanita luar biasa itu, ia meraih tangan Jevan dan menciumnya dalam, ia benar-benar sedih melihat kondisi suaminya itu. "mas adek udah lahir mas." Tuturnya, Jevan juga tidak kuasa menahan air matanya, ia sudah tidak peduli dengan luka diwajahnya, ia benar-benar bahagia.
"iya sayang, makasih banyak, makasih..you are the best woman I've seen in my life sayang. I love you." Tutur Jevan, dan disaat yang mengharukan itu, suster membawa anak kedua mereka, jagoan kecil dikeluarga kecil mereka yang nantinya akan membantu Jevan menjaga dan melindungi ibu dan juga kakaknya.
"halo sayang ini papa." Bisik Jevan sambil meraih tangan kecil jagoannya itu, air matanya kembali tumpah saat tangan kecil itu menggenggam jemarinya dengan erat seolah tahu kalau ia adalah ayahnya.
"namanya siapa mas?" tanya Gigi. Jevan menatap bayi mungil itu dengan tatapan haru.
"Javier Antonio Bhaskara." Ujar Jevan. "nama adek Javier, semoga adek jadi berkah yang berguna bagi semua orang kayak namanya. Gimana sayang, bagus kan namanya?"
"iya mas, aku suka, suka banget. Semoga adek bisa tumbuh jadi laki-laki yang hebat seperti kamu mas." Ucap Gigi.
"nanti kamu sama papa tugasnya jagain mama sama teteh ya dek, maaf papa gak bisa nemenin mama pas ngelahirin kamu, papa bener-bener minta maaf sama kamu, sama mama. Maafin papa ya sayang."
"udah mas, jangan minta maaf terus aku jadi merasa bersalah juga. Kita anggep ini udah lewat ya mas, sekarang kita mulai lembaran baru sama teteh dan adek ya."
"iya sayang, pasti."
===
ps: epilog sudah, berarti sisa 2 special episode buat work ini ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)
FanfictionKehidupan Jevan Adrio Bhaskara setelah 'gugatan' nya di terima A sequel of 'Replik'