8. Old Enemy, New Problem

333 57 4
                                    

Gigi sengaja datang ke kantor suaminya itu hari ini padahal ia tahu sang suami kini tengah berada diluar kota untuk urusan persidangan, ia bertamu kesana untuk memberikan kejutan pada Juna yang kebetulan berulang tahun hari ini, sebagai mantan rekan kerja dan sebagai istri bos yang baik Gigi datang tidak dengan tangan kosong, ia membawa beberapa kotak makan dari sebuah restoran mahal dan juga beberapa gelas kopi dari kedai kopi langganannya dan Jevan.

"bu, pak Juna lagi diajak keluar sama mas Deni bu." Sambungan telepon Gigi dengan sekertaris kantor itu terdengar bersamaan dengan sosok Juna yang lewat di depan taxi yang ditumpangi oleh Gigi bersama dengan Deni, salah seorang calon pengacara yang kebetulan magang dikantor suaminya itu. Setelah dirasa Juna sudah jauh wanita itu turun dari taxinya, dibantu sang supir ia menurunkan semua belajannya dan membawanya kedalam sebuah ruang rapat yang ada dikantor itu.

"ya ampun Gi, ati-ati kamu tuh lagi hamil." Tegur Raihan sembari membantu Gigi menata kue dan juga makanan lainnya dimeja. "ehlah segini doang Han."

"segini doang tapi kamunya kayak cacing kepanasan ya sama aja oneng! Kalo mas Jevan ada udah diiket kali kamu tuh biar gak pecicilan." Ledek Raihan.

"enak aja, eh punya korek gak?"

"korek ku ketinggalan di ruangan laki mu Gi, tadi aja minjem punya Deni."

"kebiasaan dah." Gigi sama sekali tidak merasa asing kalau ada korek api diruangan suaminya itu, kadang Jevan merokok dikantornya, Gigi tahu itu dan ia tidak marah karena Jevan termasuk lelaki yang tahu batasan, ia hanya akan merokok jika sedang penat saja, dan sepertinya belakangan ini suaminya sedang penat sehingga ia sering pulang dengan aroma rokok yang sedikit tercium di bajunya.

"eh amplop bank?" Gigi sedikit terkejut saat melihat sebuah amplop dari bank swasta yang ada dimeja kerja suaminya itu saat mengambil korek yang ada di dekat tumpukan amplop itu. "mungkin punya kliennya." Tampik Gigi lalu menaruh lagi amplop itu dan kembali ke ruangan rapat dimana semuanya sudah siap, tinggal menunggu Deni dan Juna kembali.

"pada-,"

"Happy birhtday Juna!!" seru semuanya saat Juna masuk keruangan itu setelah diminta oleh sekertaris lewat pesan singkat. Juna terkejut dengan kehadiran Gigi disana, ia sudah lama tidak bertemu dengan teman kerja sekaligus teman curhatnya dulu, ditambah kejutan dihari ulang tahunnya yang diprakarsai oleh Gigi membuatnya merasa sangat bahagia.

"Gi, tau gak kalo mas Jevan lagi megang kasus gede?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Juna membuat Raihan yang kebetulan duduk disamping lelaki itu melirik tajam kearah yang punya hari.

"eh? bukannya udah selesai ya?" Raihan buru-buru memberi pertanda pada Juna untuk tidak membocorkan hal itu pada Gigi. "oh iya, aduh aku lupa. Udah lama sih gak ketemu sama kamu Gi."

"halah, kamunya aja sok sibuk banget padahal Raihan sering, well gak sering sih main ke rumah, kamu mana ada, tiap hari update IG tau-tau udah di Surabaya, udah di Jakarta, terus tau-tau udah sama cewek aja!" ledek Gigi.

"hahaha maaf deh, nanti aku main ke rumah deh, sama si cewek itu." Jawab Juna.

"bener ya? Awas boong, teteh kangen sama uncle Juna nya tauk!"

Ting!

From: Rehan Rese

"Jun, lu inget kata mas Jev kan?"

"jangan sampe Gigi tau"

Juna melirik kearah Raihan begitu selesai membaca pesan itu, hampir saja ia melanggar perjanjiannya dengan Jevan beberapa hari lalu.

--

Beberapa gelas bir sudah ada diatas meja sebuah bar yang cukup ramai malam ini, disana ada tiga lelaki dewasa yang tengah menikmati makan malam mereka sambil sesekali berbagi cerita soal kehidupan mereka belakangan ini.

"si jagoan apa kabar Ver?" tanya Raihan pada sosok pria berlesung yang kini tengah menuangkan bir ke gelasnya. "good, makin hari dia makin pinter, gue jadi makin gemes sama dia." Mata Vero berbinar cerah setiap kali mengingat tingkah lucu nan pintar putranya itu.

"dia gak apa ditinggal sama nyokap lu?" tanya Juna lalu meneguk birnya.

"gak apa, nyokap gue malah seneng dia main ke rumah, so, where is the tea?" Vero meletakkan botol kosongnya ke meja setelah menuangkan sisa cairan itu ke dalam gelas. "dasar bapak-bapak ngumpul ngeteh, udah kayak ibu-ibu aja." Komentar Juna.

"eh tapi seriusan nih bini lu gak apa lu tinggal kumpul sama kita?" tanya Juna pada Raihan, lelaki tampan itu menggeleng pelan menandakan kalau wanita yang ia persunting setahun lalu tidak mempermasalahkan Raihan yang pergi bersama dengan kedua sahabatnya itu. "santai, ada adek gue dirumah jadi doi ada temennya." Juna mengangguk lalu mulai mengeluarkan ponselnya dan meletakkan benda persegi panjang itu diatas meja, Raihan dan Vero yang sudah paham dengan gerakan itu pun juga ikut melakukan hal yang sama, itu artinya akan ada pembicaraan yang cukup serius sampai mereka tidak diperkenankan untuk memegang ponsel mereka masing-masing, sebuah kebiasaan lawas sejak mereka kuliah dulu. Tak banyak yang tahu kalau ketiga lelaki tampan itu berasal dari almamater yang sama, bahkan ketiganya lulus ditahun yang sama hingga sekarang hubungan pertemanan mereka tetap terjalin.

"jadi, Ver, gue gak tau ini bakalan jadi berita baik atau buruk buat lu." Vero mengerutkan keningnya mendengar pembukaan oleh Raihan. "jadi gini, kemaren Jevan cerita ke gue sama Juna, lu tau mas Adrian kan?" lelaki berlesung itu mengangguk, tentu saja ia kenal dengan salah seorang seniornya yang terkenal sering menangani kasus korupsi dan punya harta yang sedikit tidak masuk akal untuk ukuran seorang pengacara.

"Jevan itu barengan sama mas Adrian nanganin kasusnya si buncit Broto, dan ternyata mereka udah make rencana B mereka, jadi kemaren si buncit ngirim mobil mewah dia ke rumah Jevan, terus ada buku tabungan sama kartu kredit yang kalo lu bayangin bisa lu pake buat keliling Asia-Eropa kek artis itu."

"terus?"

"Jevan gak pengen Gigi tau soal ini, padahal nih lu pikirin deh sebagai yang udah nikah duluan daripada gue, kudunya kan Jevan gak nyembunyiin ini dari Gigi, gimana menurut lu?"

Vero terdiam sambil memikirkan perkataan Raihan barusan, memang benar baginya dan mendiang sang istri tidak boleh ada rahasia diantara mereka berdua dan itu sudah menjadi kebiasan mereka sejak pacaran sehingga ia membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. "bener Han, tapi kenapa Jevan gak mau ngasi tau ke Gigi?"

"kayak gak tau Jevan aja, si bucin, dia takut Gigi kenapa-napa kalo sampe tau dia kerja bareng sama mas Adrian, taulah mas Adrian itu kan sering banget masuk tv. Dan bisa aja Gigi nyari tau soal mas Adrian lewat bang Satria atau gak lewat kita berdua." Kali ini Juna yang menyahut.

"kok bisa Jevan kayak gitu, serius gue gak nyangka. Kalian tau kan kalo mas Adrian dulu pernah ngajakin gue buat kerja bareng megang bandar narkoba gede pake nyogok jaksa dan semuanya, nah pas gue ceritain ke Manda dia langsung minta gue buat mundur dan kalian tau sendiri kan berapa banyak duit yang masuk ke rekening gue waktu awal gue mengiyakan?" Juna dan Raihan mengangguk paham. "untungnya tuh duit belom gue pake dan karena gue cerita ke Manda gue bisa terselamatkan dari hal yang selama ini gue tentang." Kenang Vero.

"nah itu dia, Jevan nih kayaknya nyari tenar biar keliatan diakui sama orang-orang organisasi, ya padahalkan dia juga gak perlu kayak gitu pun organisasi udah ngelirik dia, gak mungkin lah dia gak dipilih jadi bakal calon jajaran petinggi di DPN kalo dia punya track record yang jelek diawal." Sambung Raihan.

Juna mengangguk sembari nemeguk bir digelasnya. "tapi ya, kalian tau sendiri lah kehidupan kita sebagai seorang pengacara itu kayak gimana? Judmen mereka jelas dari strata sosial kita, like makin bagus mobil lu, makin mahal fashion lu, makin high class temen-temen lu makin diakui lu sama yang lainnya." Timpal Juna.

"iya juga sih, tapi kenapa gitu mesti mikirin omongan atau penilaian orang? Maksud gue kelasan Jevan lho, man dia kalo gak jadi pengacara juga ya pasti duit dia banyak."

Juna dan Vero hanya mendelikkan bahu mereka setelah mendengar ucapan Raihan barusan.

"Ver, cerita kita hari ini jangan sampe ada yang tau, apalagi Gigi. Gue mohon sama lu." Tutup Juna sebelum mereka kembali ke mobil mereka masing-masing.

"Jev, lu tega banget, demi apapun." 

===

[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang