1. A Perfect Morning..

1.1K 101 1
                                    

"pagi ma!" sapa Jevan saat mendapati istri tercintanya itu tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecil mereka, jangan lupakan balita berusia 2 tahun yang kini tengah duduk di kursi tinggi kesayangannya menemani sang bunda yang tengah sibuk itu.

"pagi juga pa, tea or coffe?" tanya Gigi yang kini berkutat dengan 2 cangkir milik mereka. "tea please. Sarapan apa hari ini?"

"your favorite, american style." Sahut Gigi sambil menyiapkan teh untuknya dan juga suaminya itu. Setelah siap mereka bertiga akhirnya duduk di meja makan, Jevan meraih tangan kedua perempuan terpenting dalam hidupnya itu dan memulai doa pagi mereka sebelum sarapan.

"amin."

"anin!" seru si kecil Caca menirukan ucapan ayahnya pagi itu dan membuat suasana pagi itu terasa sangat hangat dan ceria. Sesekali balita cantik itu tertawa saat melihat ayahnya melakukan hal-hal bodoh yang membuatnya terhibur.

"hari ini ke kantor pa?" tanya Gigi setelah menyesap tehnya Jevan menggeleng pelan sebelum berdiri dan menggendong putri sematawayangnya itu. "gak, aku mau ambil libur dulu, kangen kalian berdua." Jawab lelaki bertubuh tinggi itu sambil menciumi pipi gembil putrinya itu. Gigi yang mendapatkan pemandangan indah dipagi itu tentu saja senang, mengingat beberapa hari lalu sang putri sempat jatuh sakit sehingga ia harus mengambil jatah cuti selama beberapa hari untuk mengurus Caca.

"kamu masih cuti kan?" kali ini Jevan yang bertanya pada istrinya itu. "masih kok, kakak kan belom sehat bener." Gigi mendekat dan membersihkan sisa remahan roti yang ada diwajah bayinya itu.

Kalau ditanya bagimana kehidupan seorang Jevan setelah menikah tentunya semakin sempurna, ia terus saja mendapatkan perkara yang membuatnya buku tabungan milik keluarga mereka selalu terisi, belum lagi dengan kehadiran calon anak kedua mereka yang kini tengah ada di rahim Gigi. Sungguh, Jevan hanya bisa mengucap syukur atas apa yang ia miliki saat ini.

"ppapa! Bum bum!" seru Caca ketika melihat iklan mobil yang terputar ditelevisi pagi ini, sontak Jevan menoleh dan ikut melihat iklan itu bersama dengan sang putri. "iya teh bum bum, teteh mau ndak jalan-jalan sama papa mama naik bum bum?" tanya nya, jangan salah diusianya yang baru menginjak 2 tahun, Caca sudah bisa mengerti apa yang diucapkan oleh kedua orang tua dan juga orang-orang disekelilingnya. "jayan? Bum bum? Au!" gadis kecil itu memamerkan deretan giginya yang mungilnya itu yang membuat siapapun yang melihatnya tentu saja akan merasa gemas padanya, belum lagi mata sipit dan kulit putih nya, sungguh cetakan seorang Jevan versi perempuan. "okay! Nanti kita jalan-jalan, sekarang teteh ikut papa berjemur dulu yuk." Gigi yang melihat interaksi itu diam-diam tersenyum ketika ia sudah selesai membereskan peralatan sarapan mereka yang kini hanya tinggal 2 cangkir miliknya dan juga sang suami diatas meja. Tentu saja tidak ada kehidupan yang paling sempurna bagi wanita itu selain kehidupannya sekarang, walaupun setelah menikah ia harus angkat kaki dari kantor suaminya dan akhirnya bekerja disebuah perusahaan multi-nasional sebagai Head office Legal departement tapi ia tetap merasa bahagia, karena bagi wanita itu kebahagiaannya itu terletak pada sang suami dan juga buah hati mereka.

"ma, sini yuk ikut papa sama teteh berjemur, asik lho." Ajak Jevan yang kini tengah duduk dihalaman belakang rumah mereka bersama dengan Caca, tentu saja ajakkan itu diterima oleh Gigi.

"gimana si dedek?" tanya lelaki jangkung itu sambil mengelus perut Gigi yang masih rata. "dedek sehat kok pa, tenang aja. Gimana kerjaan papa?" Jevan tersenyum sampai matanya menjadi kecil, persis seperti Caca. "everything is fine bae, perkara kemaren pun udah selesai tinggal nunggu cair aja." Jawabnya.

"jangan capek-capek ya pa, mama sama teteh sedih nanti kalo papa sakit." Gigi mengelus wajah Jevan penuh sayang, ia khawatir lelakinya itu jatuh sakit karena pernah sekali Jevan jatuh sakit sampai harus dirawat beberapa hari dirumah sakit dan itu membuat hati Gigi tersayat melihat belahan jiwanya itu terbaring lemah.

"iya mama sayang ututu sini papa kasih hadiah dulu." Jevan menarik Gigi untuk lebih dekat padanya dan memberikan sebuah kecupuan manis di bibir istirnya itu. "makasih ya mama."

"ih papa, ada teteh, nanti kalo dia ikut-ikutan bahaya." Lagi-lagi mata lelaki itu menyipit lalu kembali mencium pipi istrinya itu. "gak apa, nanti aku kasih tau kalo itu namanya kasih sayang." Mendengar jawaban Jevan, wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya namun dengan senyuman yang cerah secerah mentari pagi dan suasana rumah mereka yang hangat pagi ini.


====

[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang