"Jev! Are you insane?!" Vero menatap nyalak kearah Jevan yang kini tertunduk lemah, sudah bisa ditebak kemana arah pembicaraan kedua lelaki itu. "iya Ver. I'm done." Jevan masih terus menundukkan pandangannya, ia kecewa pada dirinya dan malu pada lawan bicaranya itu saat ini. "gila beneran kayaknya lu Jev."
"gue mohon Ver!" isakan terdengar dari lisan Jevan, Vero bisa merasakan banyak emosi dalam isakan lelaki jangkung itu dengan perlahan ia berjalan menghampiri Jevan lalu menepuk pundak yang tengah bergetar itu dengan pelan.
"Jev, sorry gue gak bisa." Jawaban Vero membuat Jevan mengangkat kepalanya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Vero. "dulu emang gue punya hati sama Gigi, tapi semuanya cuman masa lalu Jev, dan gue udah janji sama diri gue sendiri, kalo semisal ada wanita yang nantinya akan menggantiin posisi mendiang istri gue, gue gak akan nolak kecuali wanita itu Gigi, Jev."
"tapi Ver.."
"gak Jev, gue gak akan ngelanggar janji gue sekalipun lu berlutut dihadapan gue sekarang Jev."
"Gigi minta lu jadi kuasa hukum dia nanti."
"buat? Jangan bilang-."
Jevan mengangguk lemah, ia nampak seperti anak kecil yang sehabis dimarahi oleh ibunya. "harusnya dulu lu yang nikah sama Gigi, bukan gue. Harusnya dulu gue ngalah sama lu buat ngedeketin dia." Vero semakin merasa iba setelah mendengar penuturan Jevan. Sang duda itu kembali menepuk pundak Jevan memberi kekuatan pada lelaki itu secara non verbal. "gak Jev, gak ada yang harus lu sesalin, sekarang lu cepetan minta maaf ke Gigi dengan tulus, perkara kasus lu, gue harap lu bisa balik ke jalan yang bener Jev. Gue cabut dulu, anak-anak udah nyariin gue. Tenang aja Caca aman sama gue." Vero pamit meninggalkan Jevan dengan seribu pikiran di kepalanya yang mulai terasa pening sekarang.
--
Setelah 3 hari dirawat dirumah sakit akhirnya Gigi sudah bisa kembali ke rumah, dan selama 3 hari itu Gigi benar-benar menolak kehadiran Jevan diruang rawatnya, ia juga memilih untuk pulang ke rumah Brian bersama dengan Caca. Perang dingin diantara Gigi dan Jevan tentunya juga mempengaruh hubungan pertemanan Jevan dan Brian, keduanya sama sekali tidak bertegur sapa selama beberapa hari.
"dek, mas sama mbak berangkat kerja dulu ya. Kalo ada apa-apa telpon aja." Pamit Brian pada Gigi yang kini tengah bermain bersama dengan Caca, Kei dan Ken diruang keluarga. "iya mas, hati-hati ya." Balasnya dengasn senyum tipis, Brian tahu adiknya sedang tidak baik-baik saja namun ia berusaha untuk tidak mencampuri urusan rumah tangga adiknya itu.
"bi, saya titip anak-anak sebentar ya."
"baik bu."
Gigi kembali ke kamar yang sudah beberapa hari belakangan ini menjadi kamarnya bersama dengan putrinya, wanita itu duduk diranjang dan membuka ponselnya seolah menunggu sesuatu disana. Helaan napas kecewa terdengar kala Gigi menyadari tidak pesan yang masuk ke ponselnya beberapa hari ini, air mata kembali menggenang dimata indah wanita itu, ia benar-benar merindukan suaminya, namun disatu sisi ia juga masih berasa sangat kecewa pada sosok itu.
Tidak jauh berbeda dengan sang suami, Jevan juga sama kacaunya dengan Gigi, bahkan ia lebih sering dirumah ketimbang berada di kantor, mobil mahal milik Broto juga sudah musnah dari garasinya mobil itu ia lipahkan pada Adrian, sudah beberapa hari pula Jevan selalu tidur dengan baju milik Gigi disamping bantalnya dan sudah beberapa hari ini Jevan selalu terbangun dini hari dengan air mata yang menggenang dimatanya namun ia sadar mungkin ini hukuman dari Tuhan untuknya kerena sudah melanggar prinsipnya sendiri namun ia merasa hukuman ini sudah sangat menyiksanya secara fisik dan mental.
"halo?"
"..."
Lutut Jevan lemas seketika namun ia harus bangkit dan buru-buru mengambil kunci mobilnya dan bersiap untuk menerima hukuman lainnya yang mungkin saja bisa semakin membuatnya hancur.
Benar saja setibanya ia dikantor sudah ada mobil dari kepolisian disana, beruntung suasana kantor masih sangat kondusif, Jevan berdoa dalam hati semoga tidak ada berkas atau apapun yang berkaitan dengan Broto didalam kantornya.
"terima kasih pak Jevan, tapi kami tidak menemukan apa-apa soal kasus pak Broto dikantor anda, terima kasih banyak dan maaf sudah mengganggu ketenangan kantor anda." Jevan hanya mengangguk karena pikirannya benar-benar kosong sekarang bagaimana bisa? Ia ingat terakhir kali Broto mengirimkan sebuah buku tabungan, dan beberapa cek ke kantornya.
"kok bisa?" gumam Jevan, sementara seluruh stafnya langsung merapikan bekas pemeriksaan barusan dengan perasaan yang bercampur aduk.
--
"Han, Jun, please bantuin gue, anterin ini ke Adrian."
"tapi.."
"gue mohon sama kalian, ini demi Gigi."
"Ver.."
"gue mohon Han, Jun.."
"fine! Nanti gue sama Raihan ke kantor Adrian dan ngasih ini semua ke mas Adrian."
"makasih banyak, gue berhutang sama kalian."
"Ver, lu kok mau ngelakuin ini? padahal ini kesempatan emas buat lu dapetin hati Gigi."
"karena gue sayang sama Gigi, Jun. Dan gue akan ngelindungin dia dari apapun dengan sekuat tenaga gue karena cuman dengan cara itu gue bisa selalu ada disisi dia, sebagai seorang sahabat."
"gue salut sama lu Ver, istri lu pasti senyum diatas sana kalo dia tau suaminya ini sebaik itu sama orang."
--
Jevan kembali ke rumahnya yang hening, ia menyalakan semua lampu yang ada didalam rumah itu agar ia merasa tidak kesepian, ia benar-benar merindukan sosok istrinya itu tapi ia sadar pasti akan sangat sulit bagi Gigi untuk memaafkan kesalahannya itu.
"eh?" matanya menangkan tudung saji yang ada diatas meja makan, ia yakin sejak tadi tidak ada apapun diatas meja makannya, namun kini diatas meja itu lebih tepatnya dibalik tudung saji itu ada seporsi nasi goreng sosis kesukaannya dan ada sebuah catatan didekat piring tersebut.
'di kulkas ada jus jambu, sama wedang kalo kamu begadang. Dihabisin.'
Seulas senyuman terpatri diwajah lelaki itu ia tahu itu tulisan tangan Gigi, buru-buru ia berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan jus jambu dari sana sambil memeriksa sebuah termos yang ada di dalam lemari pendingin itu.
'jangan lupa berdoa sebelum makan.' Lagi-lagi Jevan menemukan sebuah catatan kecil yang tertempel dikulkasnya. Dengan hati riang Jevan melahap masakan istri yang sangat ia rindukan setelah berdoa tentunya, namun tanpa ia sadari bulir air mata justru jatuh membasahi pipinya.
"aku kangen Gi..maafin aku.." isakannya makin menjadi sekarang, sungguh ini benar-benar menyiksa Jevan. Apalagi ia teringat dengan ucapan istrinya saat dirumah sakit tempo hari.
"if I know this thing will happened to us, I'd rather to accept your law suit to divorce now mas."
Rentetankalimat yang benar-benar menyakitkan sepanjang umur Jevan, mengingatnya sajasudah membuat seluruh tubuh Jevan lemas namun inilah hukuman yang setimpal atasapa yang ia perbuat pada istrinya itu. Ya, Jevan sangat menyesal intinya.
===
ps: jangan lupa vote dan commentnya ya temen-temen ^^ dan mungkin Duplik sisa beberapa episode lagi, kalian tim mana? happy ending? atau sad ending?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Duplik (Sequel Of Replik)
FanfictionKehidupan Jevan Adrio Bhaskara setelah 'gugatan' nya di terima A sequel of 'Replik'