Chapter5

25 4 0
                                    


"Loh kalian berdua jadi ikut, udah enggak berantem lagi?" Ucap Lion Baputra.

"Hmmm" jawab mereka dua kompak

"Kalau gini kan enak ademmm..." Jawab balik Lion.

"Ya ampun Canva bangun dong please, buka matamu" panik Grizela.

"Kalian semua emang ceroboh ya main bola kok enggak lihat-lihat terus itu, ini kan bukan waktun untuk jamnya olahraga kalau pak Yanto tahu kalian bisa di hukum!" Tegas Grizela.

"Santai aja kali toh dia masih bernafas kok, kan cuma pingsan lagian itu anak jalan enggak lihat-lihat, lebay amat pakai acara pingsan segala , namanya juga main bola ya pasti enggak lihat-lihat dong"
ucap Gael.

"Loh aku kenapa bisa sini la?
Tanya Canva sudah sadar dari pingsan dengan penglihatan yang masih kabur-kabur kurang jelas.

"Noh kan udah sadar, jadi urusan kita-kita sudah kelar".

Ucap Geal lalu pergi begitu saja dengan ketiga temannya itu tanpa minta maaf kepada Canva.

"Mereka siapa la? Tanya Canva.

"Sudah-sudah enggak usah di pikir, yang terpenting kamu udah sadar. Itu kepala masih sakit atau perlu kita ke dokter?"

"Ihk lebay deh, memang sih masih sakit hehe tapi aku masih kuat nahannya kok, lebih baik kita ke kelas yuk lima menit lagi bel berbunyi" 
Ucap Canva tersenyum.

***

"Nah ini dia anak si pembawa sial sudah pulang ternyata, sebagai hukumannya karena kamu udah memecahkan vas bunga kesayangan saya. Kamu pel lantai rumah ini sampai bersih, terus itu kamu enggak akan saya kasih makan seminggu. Dan selama sebulan uang jajan saya Potong dari rekening kamu. Enggak ada bantahan, oiya satu lagi jika suami ku sampai tahu dengan hukuman ini, lihat apa yang akan saya lakukan kepada kamu"  ucap Manda sambil menjambak kuat rambut Canva.

"Hiks hiks sakit Bu kepala Canva" ucapnya merintih.

Lalu ia berlari ke kamarnya untuk mengganti pakaian, setelah itu baru melaksanakan perintah yang di berikan ibunya tadi.

"Akhirnya sudah selesai juga, lapar... Mau makan tapi ibu ngelarang aku enggak boleh makan selama seminggu belum lagi uang jajan yang di potong selama sebulan dari rekening aku"

Canva berlari ke kamarnya sambil memegang perutnya yang dari tadi pagi belum di isi sama sekali. Waktu di sekolah ia tidak makan karena ia lupa membawa uang jajan lalu ia beralasan kepada Ela kalau ia tidak lapar, apalagi ibu yang menampar dan mencakar wajah cantiknya itu.

"Obat, obat ku  mana ya Tuhan, kepala ku semakin hari semakin sakit belum lagi ini hidung mengeluarkan darah banyak yang begitu kental, obat ku mana?, Hiks hiks. Tinggal satu lagi?, Oh tidak aku harus membelinya".

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, dengan cepat dan tangan yang gemetar Canva langsung memakan obat itu dan akhirnya rasa sakit pada kepalanya itu sudah berkurang jika masalah darah yang sedari tadi keluar dengan deras masih bisa ia bersihkan dengan tissue.

"Aku harus segera ke rumah sakit untuk menebus obat ku lagi" ucapnya.

***

"Lama sudah tidak bertemu Canva. kamu kemana saja, obat mu habis?"
Tanya pak dokter.

"Iya dok"

"Canva mau sampai kapan kamu terus ketergantungan sama obat-obatan, itu hanyalah bersifat sementara, dan itu tidak akan menyelesaikan masalahmu, sebaiknya kamu melakukan terapi saja Canva"

"Enggak dok semuanya sudah terlambat. Enggak ada harapan lagi buat aku hidup hiks hiks"

"Iya aku tahu itu Canva, tapi kenapa di saat seperti ini kamu tidak menikmati masa hidup mu yang sudah tidak lama lagi. Buatlah dirimu bahagia walaupun dunia mu sedang hancur" 
Ucap pak dokter seraya memberikan semangat.

"Jika pak dokter tidak mau memberikan ku obat sebaiknya aku pergi saja" ucap Canva sambil menahan air matanya supaya tidak jatuh.

"Baiklah, aku akan memberikan obat itu. Tapi Satu hal yang perlu kau tahu Canva, sehancur apa pun diri mu tetaplah tersenyum karena kau..

wajah pak dokter semakin serius dan membuat Canva penasaran kalimat apa yang akan di keluarkan pak dokter itu.

tampak jelek sekali jika seperti itu orang-orang akan lari terbirit-birit melihat wajah mu yang tampak seperti badut hahaha"

Tawa pak dokter ngakak hingga membuat Canva cemberut lalu mencubit perut pak dokter dan meninggalkannya sendiri yang masih tertawa lepas. tanpa sadar pak dokter sudah tidak melihat Canva di ruangannya lagi.

SESAMPAI DI RUMAH

"Bagus dari mana saja kamu?,  anak perempuan keluar rumah tidak pamit sama orang tuanya mau jadi jalang kamu di luar sana?!"

Teriak Surya yang sudah di selimuti dengan amarah, karena Manda sang ibu sudah menghasutnya.

"Saya yakin mas anak pembawa sial dan anak tidak tahu diri ini pasti pergi ke club buktinya dia Bawak obat di tangannya"

Tanpa berfikir panjang surya langsung mengambil sebuah rotan di tangannya lalu melibas, menendang, memukul dan menginjak perut Canva sampai ia pucat. Bibir sudah membiru darah segar keluar dari mulutnya.

"A ay ah am pun, su su'dah sakit hiks hiks. Canva enggak dari club' a ayah Canva ju ju r yah" jawab Canva terbata-bata.

"Hentikan ayah, di mana hati nurani mu dia ini anak dari darah daging mu sendiri dan kau membabi buta dia" ucap Haidar.

"Hiks hiks sakit bang" ucap Canva.

I am CanvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang