Chapter7

22 4 0
                                    


Ya Tuhan sakit di badan ku ini tak kuncung hilang, tidak mungkin aku hari ini tidak masuk sekolah. Baru sehari aku absen untuk  mengistirahatkan tubuh ku yang tak berdaya ini justru malah bertambah buruk.

Aku enggak boleh mengeluh penyakit ini anugrah semangat buat hari yang cerah ini.

Canva memberi semangat untuk dirinya sendiri.

***

"Astoge my baby hany sweety kemana aja semalam kok enggak masuk sekolah aku takut tahu kamu itu kenapa-kenapa. Kamu masih ingat sama aku kan? Kamu enggak amnesiakan?, Itu muka kenapa kok setiap hari aku liat makin hancur aja".

Berbagai macam pertanyaan yang di ajukan Ela kepada Canva.

"Hem emang kamu enggak kangen aku atau mau nanyak terus?"

"Kangen tahu" peluk Ela lalu ia balas.

Mereka berdua jalan seperti sepasang kekasih yang sangat posesif semua orang menyukai pertemanan yang seperti ini jika salah satu dari mereka menghilang tanpa kabar maka yang satunya seperti induk ayam yang kehilangan anaknya berkotek kotek gak jelas.

Ya hari ini adalah hari Sabtu dimana semua murid bebas melakukan aktivitas lain sesuka hatinya namun absen tetap berjalan.

Dilapangan semua orang berteriak kegirangan ada juga yang seperti kesetanan ketika melihat Gael dan temannya bermain sangat keren dan mengagungkan, semua siswi sekolah ini sangat tergila-gila pada ketua basket yang telah mengharumkan nama sekolahnya.

Banyak di antara mereka berlomba-lomba memberi sebotol air untuk si ketua basket tapi tidak di hiraukan oleh dirinya dan melewatinya begitu saja bagai angin lalu.

"Andai aku di posisi handuk itu yang melap keringat Gael" siswi lain yang tepat di belakang.

"Rian liat deh cewek yang di samping nenek lampir itu cantik ya" kata Deni.

"Nenek lampir" ucap Brian sambil melihat sekelilingnya namun ia tidak melihat ada nenek nenek.
"Kok aku enggak ngelihat ada nenek nenek ya"

"Dasar mercun otak sekarat mata katarak, itu teman yang kena bola kemarin dia cantik ya kalau di lihat-lihat terus, sepertinya benih-benih cinta udah mulai ada di hati babang Deni deh"

"Ohh maksud lo itu Grizela nenek lampir" kata Brian

"Otak lu terbuat dari apa sih Rian lemot amat dah heran, kalau gadoh mulut lo yang paling nyinyir".

"Gini ya Den gue saranin jangan terlalu benci Ama orang dah ntar lo nya naksir baru tahu rasa"

"Eh benalu kalau gue ngomong sama lo suka meper ya gajelas bat hidup lo. Yang bilang gue benci sama itu siapa tadi namanya haa Grizela enggak ada kan" emosi Deni yang semakin memuncak.

"Lah itu kata Lo nenek lampir" balas Brian tidak terima.

"Ini untuk lo Den dan yang ini untuk Brian, nah sekarang kalian berdua baku hantam siapa yang menang gue traktir makan apa aja selama tiga bulan.  Bagaimana ada yang setuju?"

Tantang Lion yang dari tadi sudah mengeluarkan asap dari telinga nya sambil menyodorkan batu bata dan sebuah ranting kayu yang cukup tebal dan keras kepada mereka berdua.

Lalu di terima Brian dan Deni dengan tampang polosnya lalu bertatap mata seakan bertanya untuk apa benda ini.

"Ayok mulai baku hantamnya jangan cuma banyak bacot ae lu bedua. Gue kasih hadiah tambahan ntar kalau ada yang menang"

Setelah mendengar penjelasan yang di katakan Lion akhirnya mereka mengerti maksud dari benda yang di berikan kepadanya.

Lalu dengan cepat mereka buang ke sembarang tempat.

"Sekarang udah bisa diam?" Tanya Lion lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka dengan tampang tak berdosa.

"Bro kayaknya itu anak lagi kerasukan deh dia nyuruh kita buat baku hantam teman gadak akhlak kayak begitu tu"  ucap Brian lalu di setujui oleh Deni.

"Cabut bro" ujar Deni

"Eh eh itu Gael kayaknya mau ngehampiri Canva deh" 

"Oh jadi cewek cantik itu namanya Canva, cantiknya kelewatan"

"Tahu dari mana lo kalau dia namanya Canva"

"Ternyata Lo gobloknya kuadrat ya Den, emang lu kagak ingat apa itu si Grizela mangil manggil nama Canva waktu pingsan"  jelas Brian.

"Kok gue baru konek ya hehe, langsung samperin yok " ajak Deni.

I am CanvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang