Chapter11

23 3 0
                                    

Aku lapar di rumah ini enggak ada makanan dan ibu juga tidak memasak, bagaimana ini?, jika aku keluar rumah di luar gang sangat sepi aku takut hemm.

Tok tok tok

"Abang, Canva boleh masuk?"  
          
Ia tetap masuk walaupun sang pemilik kamar belum mempersilahkannya.

"Bang Canva lapar"

"Abang ngantuk de, kalau lapar kan tinggal makan"

Sebenarnya Manda sudah masak untuk makan malam, cuman sedikit dan hanya cukup untuk dua orang saja.

Mereka memakannya sampai habis tanpa memikirkan yang lain.

"Canva permisi dulu ya bang"

"Hemm, pintunya jangan lupa di tutup" ucap Haidar.

Aduh perut ku lapar, dan aku enggak tahu haru mengadu ke siapa lagi.
Kalau aku keluarkan mobil Abang untuk beli makanan nanti ibu marah dan ibu akan memukul ku, aku takut jika itu terjadi.

Mau tidak mau aku terpaksa harus berjalan kaki, sebenarnya tidak terlalu jauh sih tinggal keluar dari gang, belok ke kanan dan tinggal lurus ke depan.

Minimarket adalah tujuan ku sekarang kalau pedagang kaki lima mungkin sudah tutup di karenakan ini sudah larut malam atau mungkin jualannya pasti sudah habis.

Berjalan terus dan menghilangkan semua pikiran yang negatif yang ada di kepala, dan dengan terkejutnya ia terkejut di karenakan suara gonggongan anjing yang begitu menyeramkan seperti melihat sesuatu yang tidak biasa.

Oh Tuhan inilah yang aku takuti dan akhirnya terjadi juga, oke Canva tetap positive thinking aku hampir sampai fokus pada tujuan.

Dengan segala syukur dan kelegahan yang ia rasakan karena sudah sampai tujuan, tapi ini belum berakhir ia harus melewati jalan itu lagi untuk pulang.

Ia sengaja memborong makanan tersebut hingga sang kasir bingung dengan semua makanan sebanyak ini.

"Total semua belanjanya Rp: 589.500"

Kemudian Canva mengeluarkan enam lembar uang seratus yang berwarna merah muda itu.

"Terimakasih, semoga anda puas dengan pelayanan kami" ucap sang kasir.

Lalu di balas Canva dengan senyuman.

Apa aku harus melewati jalan itu kembali?, Oh tidak apa aku berani?
Bagaimana jika terjadi sesuatu kepada ku dan tidak ada  seorang pun yang bisa menolong ku di karenakan orang-orang sudah berada di alam mimpi mereka masing-masing.

Belum lagi suara gonggongan anjing yang mengerikan itu tadi masih terngiang-ngiang di kepala ku, siapapun tolonglah aku.

Terus berfikir positive jauhkan hal hal yang berbau negatif jalan terus jangan hiraukan suara suara mengerikan itu.

Dan suara itu semakin terdengar, keringat dingin kini sudah membasahi kening dan baju Canva mulai basah akibat rasa takutnya setengah mati dan tiba tiba.

Dugh

"Huwaa...!! Jangan ganggu aku, ku mohon pergilah" teriak Canva

"Hey hey ku mohon tenanglah aku manusia dan aku tidak akan memakan mu hidup-hidup, sadarlah dan buka matamu"

"Gael?" Tanya Canva memastikan apa kah itu benar-benar dirinya.

"Iya ini aku Gael, kenapa kamu jam segini malah keluyuran enggak jelas?, Apa lagi kamu perempuan jika terjadi sesuatu kepada mu bagaimana haa?!"

Tanya Gael emosi dan secara tidak sengaja rasa khawatirnya pada seorang wanita di depannya.

"Huwaa... Makasih kamu udah datang dan aku takut hiks hiks"

"Jawab pertanyaan ku tadi"

"Iya iya aku keluar karna aku lapar dan aku terpaksa harus keluar jam segini buat nyari makanan dan kamu lihat kan aku memborong banyak sekali makanan dari minimarket sampai- sampai embak-embak tadi bingung untuk apa makanan sebanyak ini tapi aku cuek".

Jelas Canva panjang kali lebar dan tidak ada titik komanya hingga membuat Gael yang tadinya di penuhi rasa khawatir yang enggak jelas tiba-tiba tersenyum manis kepadanya, sebab iya merasa saat ini Canva sangat imut, lucu dan cantik.

Dan Canva mengetahui nama laki-laki yang sempat mengantarnya pulang dari badge yang ada di bajunya.

"Cantik" ucap Gael tiba tiba.

"Kamu ngomong apa tadi?" Tanya Canva

"E e... Aku ngomong apa emang tadi?"

"Yasudah lupakan saja, emm apa kau tidak berniat untuk mengantar ku pulang?"

"Ya sebenarnya aku ingin mengantar mu pulang dan sekarang naiklah"

Terimakasih Tuhan kau telah mengirimkan seorang malaikat untuk menolong ku. Dan aku sangat berterimakasih untuk malaikat yang ada di depan ku saat ini.

Mungkin ini hanya sebuah kebetulan bagi diri semua orang, lain hal dengan Canva yang menganggap ini adalah sebuah pelindung.

***

"Terima kasih banyak sudah mau menolong dan memberi tumpangan kepada ku. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan mu"

"Suatu hari nanti pasti aku akan membutuhkan bantuan mu dan mungkin enggak sekarang,
Kalau begitu aku pamit dulu, udah jam segini enggak enak sama orang tua kamu" pamit Gael.

"Hati-hati" jawab Canva sambil tersenyum.

Ada apa dengan ku, kenapa aku sangat senang ketika bertemu dengannya apalagi waktu aku di bonceng olehnya. Oh tidak tidak, mungkin aku terlalu baper oke Canva jangan terlalu di bawak ke hati mungkin dia kasihan atau apalah itu.



I am CanvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang