Chapter 13

25 1 0
                                    

Memakai gaun senada dengan sepatu berwarna hitam mungkin tidak masalah, aku suka warna ini karena menggambarkan kehidupan ku yang gelap tidak ada warna warni sama sekali di dalamnya.

Mempoles make up dengan tipis memberi gincu pada bibir. Waktu menunjukkan pukul tujuh tiga puluh acara di mulai pukul delapan teng masih ada waktu setengah jam lagi.

"Canva kamu di mana aku sudah di depan gang kompleks nih, kalau gimana aku langsung otw ke rumah kamu aja ya" telepon Grizela.

"Gak usah La aku lagi di jalan kok ntar lagi kita ketemu, tunggu aja ya lima menit lagi nyampe kok kan gak jauh" dan memutuskan percakapan tadi dengan sepihak.

Tak lama kemudian.

"Ini kamu Va? Ya ampun aku pikir tadi siapa cantik banget unyu unyu. Apa sih resepnya jadi cantik aku tuh iri sama kamu mau di Spain juga tetap cantik dan hanya orang bodoh yang tidak langsung terpanah sama kecantikan yang kamu miliki" ungkap Grizela jujur.

Andai kamu tahu La, mungkin aku memang cantik di mata mu atau pun di mata orang lain tapi jika di banding dengan diri mu lebih baik aku memilih jadi seperti mu bisa selalu tersenyum ceria dan tertawa sesuka hati. Dan mungkin aku memang menang di fisik namun kalah di kebahagiaan.

Mereka mengira jika menjadi cantik pasti hidupnya bahagia, tapi mereka salah, fisik bukan penentu kebahagiaan seseorang. Itu hanya kelebihan dari kekurangan yang ia dapatkan.

CANVA ALBIERO kebahagiaan dan cinta dari keluarga adalah nomor satu bagi dirinya.

"Hei kok malah melamun sih, waktu terus berjalan Canva ntar kita telat kan malu sama Deni" ups anjir kok aku bawak bawak nama Deni sih dasar mulut gadak akhlak.

"Deni? Maksudnya apa La? Tanya Canva.

"Ee... Anu sudahlah jangan dipikirkan"

Ini adalah hasil karya dari kami semua begitu indah ruangan yang tadinya sangat mewah kini menjadi elegan dan menjadi pusat perhatian.

Berjalan melewati para tamu undangan, mencari keberadaan Gael dan teman-temannya jujur saja di sini tidak ada yang mereka kenal. mungkin ini orang penting semua, di lihat dari style yang mereka pakai sudah membuktikan mereka orang berada kelas atas.

"Bray lihat cewek yang dua itu. kayaknya lagi tersesat deh"

"Iya bro gue juga lihat sepertinya mereka itu bidadari kayangan yang terdampar ke tempat ini"

"Kalau begitu cepat cari selendangnya lalu sembunyiin jangan sampai dia tahu, supaya dia enggak bisa pulang ke asalnya bro"

"Kalau gue mah yang di sampingnya tuh, dia cantik dan kayak ada manis manisnya gitu buat hati babang lion meleleh deh"

Mereka adalah Brian dan Lion dua manusia buas yang sedang lapar ketika melihat yang bening bening dan tanpa sadar yang mereka bicarakan tadi adalah Grizela dan Canva.

Berjalan mendekati dua makhluk bidadari yang mereka anggap tersesat kini sudah ada di hadapannya, walaupun dari jauh tapi mereka yakin bahwa ini adalah makhluk bidadari tadi.

"Nenek lampir!!" ucap mereka kompak dengan tampang yang tak biasa.

"Lah buset mimpi apa semalam gue bray, ternyata ini sih nenek lampir musuh bebuyutan gue semenjak masuk SMA Dirgahayu"

"Itu sih elo, yang bilang dia cantik bray kayak ada manis manisnya gitu. Dan ternyata itu si Grizela huwa hahaha" bisik Brian sambil tertawa keras.

"Ehh ada Canva, dah lama di sini?" Tanya Lion

"Baru aja ion, tadi kita bingung nyari kalian di mana dan untung kalian langsung nyamperin kita, iyakan La"

"Iya ion, apa lagi di sini orangnya gadak yang kita kenal selain kalian" jawab Grizela.

"Itu si badak bercula satu kenapa kayak cacing kepanasan" tanya Grizela risih dengan Lion yang dari tadi gak bisa diam sambil tutup muka segala.

"Pffft"

"Kalau lo berani ngasih tahu, pulang jalan kaki!" ucap Lion, takut jika Brian memberitahu kebenaran pada Grizela tentang dirinya.

"Canva Grizela udah lama datang?" Tiba tiba Deni datang dengan baju lepis navy yang begitu cocok dan gagah di pakai bolehnya, apakah aku boleh menjerit sekuat tenaga? Melihat ciptaan Tuhan yang begitu sempurna di mata setiap hawa.

Lalu di susul dengan Gael dengan kemeja putih polos dengan lengan panjang yang di gulung setengah.

Matanya tertuju pada Canva yang begitu cantik nan anggun namun terlihat elegan.

"Canva cantik"
Tanpa sadar kata kata itu keluar dari mulut Gael yang cukup terdengar jelas oleh kawan kawannya.

Canva tersipu malu untuk pertama kalinya seorang Canva merasakan sesak napas wajah memerah dan saat ini hati nya sedangkan berdisko karena kegirangan.

Spontan Geal mengucapkan kata kata yang mampuh membuat iman Canva goyah.

"Tunggu apalagi mari duduk" ujar Gael.

"Bro sih Gael ***..." Ucap Brian terputus.

"Gosip menggosip aja terus, ceritain gue sesuka hati lo, nanti kalau udah saatnya gue sate baru tahu rasa"

Ucap Gael yang sudah tidam tahan dengan kedua dajal di depannya ini tiada hari tanpa gosip. Setiap hari selalu ada aja yang di gosip heran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I am CanvaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang