EMPAT BELAS

109 72 50
                                    


Vote dulu :)

"Pak Jeff" panggil Efran, dia berjalan ke arah Pak Jeff lalu memeluknya erat.

Heran? Iya. Apalagi Luna, Efal, dan Anna.

"Pak Jeff adalah sepupu kakek yang menampung gue di hutan, Pak Jeff juga sering ke hutan nemuin kakek dan nanyain keadaan gue" jelas Efran.

"Sorry nih, tapi gue nggak paham" Sahut Efal.

Efran tersenyum, dia menceritakan dari awal sampai akhir.

"Yang belum kalian ketahui, Pak Jeff juga yang ngebantu gue keluar dari Highschool ini dan menitipkan pada kakek alias sepupu Pak Jeff" tambahnya.

"Ini silahkan dimakan dulu" ucap Pak Jeff sambil memberikan nampan pada ke empat anak muda tersebut.

Mereka kini bercerita sesuka hati. Bercerita sepenuhnya sampai semua paham satu sama lain.

"Jadi, Pak Jeff tau rencana ini juga?" tanya Luna.

"Bukan begitu, malahan Pak Jeff yang ngerencanain ini semua setelah kakek meninggal" Jawab Efran.

"Jadi? Rencana selanjutnya?"

"Sore ini kalian ketemu lagi di Rooftop. Tapi tanpa saya, Efran sudah paham rencana selanjutnya. Saya hanya memegang amanah untuk memberitahu rencananya pada Efran, kini giliran dia yang menjelaskan" jelas Pak Jeff.

Setelah berbincang bincang mengenai masa lalu, kini mereka beranjak untuk membersihkan ruangan itu.

"Eh, tapi itu darah siapa?" Efal masih kebingungan.

Di sisi lain, Efran masih menahan tawanya.

"Pasti lo ngerjain kita" Efal mulai menyadari gerak gerik sahabatnya.

"Hahaaa, sorry gue cuma main main kok, yaudah gue keluar dulu" Pamit Efran, lalu keluar ruangan dari arah jendela.

Lima belas menit berlalu, mereka selesai membersihkan ruangan yang katanya akan dijadikan untuk penyelesaian tahap ilusi ke -dua.

"Pak Jeff, gimana kalau Tuan Avor tau kita yang mengambil berkas itu?"

"Kalian tenang saja, saya sudah mengurusnya" jawabnya sambil tersenyum simpul.

Mereka bertiga pamit untuk keluar dan pergi ke kantin. Satu roti isi saja bagi mereka belum bisa menahan perut laparnya. Menurut Efal sarapan yang baik adalah tiga roti isi dan dua gelas susu, belum juga makan siang nanti.

-----





Hari sudah sore, semua siswa menuju kamar masing masing untuk mengerjakan tugas dan bersiap untuk tidur. Tetapi, tidak dengan ketiga orang ini..Efal, Luna dan Anna, mereka masih ada urusan dengan Efran di tempat biasa.

------

"Jadi, dalam berkas ini..portal ketiga yang akan ditutup terlebih dahulu, kemudian portal ke dua, lalu portal pertama." jelasnya lalu terjeda sesaat.

"Pertama kalian pasti tau, kita harus bawa serbuk ajaib itu seperti biasa dan jangan lupa senjata, kedua..jangan ada yang berpikiran kosong, ingat saja tujuan utama kita, di sini kita harus belajar tentang ilusi. Ketiga..ini adalah tantangan yang paling berbahaya, menutup portal pertama, jika kita tidak berhasil...portal kedua dan ketiga pun akan tetap terbuka meski kita menutupnya. Di sinilah arwah yang dikenal berbahaya akan keluar, jika tubuh kalian tidak kuat maka arwah yang akan mengambil alih tubuh kalian dan akan dibuat saling membunuh. Was - was! Hanya kalian yang bisa mempertahankan tubuh kalian masing masing!" Jelas Efran sambil menekankan kalimat terakhir.

"Disini gue yang akan pegang peta ini" ucapnya lagi. Lalu beranjak dari duduknya dan pamit untuk pulang.

-----

Saat pulang menuju ke asrama, Luna hendak pergi ke toilet, dia menyuruh Anna dan Efal kembali terlebih dahulu.

Luna berkali kali membuang nafas kasar, dia menuju wastafel hendak cuci tangan lalu membasuh mukanya. Saat keluar dia lupa meninggalkan dasi nya di wastafel, lalu kembali lagi untuk mengambil itu.

Tiba- tiba lampu padam, tetapi masih ada cahaya dari celah yang masuk. Luna tak ingin panik, dia berjalan dengan meraba dinding-dinding toilet.

Sebenarnya, dari tadi Luna sudah merasa hal yang tidak enak tetapi dia tidak bisa menahannya lebih lama.

Perlahan dia melangkah, lalu mendengar suara tangisan dari kamar toilet yang berbeda. Tepatnya di depan wastafel dimana Luna berdiri tadi.

Luna tak ingin lama lama di sana, tetapi rasa ingin tau nya itu mendadak muncul.

"apa mungkin siswi lain?"

Ah! Dia kembali ke arah itu lagi, pikirnya ada salah satu temannya yang merasa sedih.

Tok tok

"Kamu kenapa? Ayo pulang." ajaknya.

Tangisan itu semakin keras, terdengar goresan kuku pada dinding toilet, bersamaan dengan itu juga lampu kembali menyala. Jadinya, Luna sedikit lega.

Masih tak ada jawaban,

Tes

Sesuatu menetes pada dahi Luna. Dia berbalik ke arah wastafel.

"Darah?" kagetnya.

Dia cepat-cepat membasuh wajahnya dan mengajak siswi itu kembali ke asrama karena sudah sore.

Brakk

Pintu di belakang Luna terbuka tiba-tiba. Dan betapa terkejutnya. Luna melihat arwah itu, seramnya tanpa kepala!.

"Aaaaaa!!!" Luna berteriak, tubuhnya tiba tiba lemas, ditambah lagi..ada kepala yang menggelinding entah darimana ke arahnya penuh dengan darah.

Dia segera keluar, berlari sekencangnya menuju asrama.

--------

Voment:)

See u next part!!

❤❤👻

❝ɢʜᴏꜱᴛ ᴘᴏʀᴛᴀʟ❞ [ᴇɴᴅ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang