DELAPAN BELAS

75 47 21
                                    

Vote dan komen.


Sang fajar sebentar lagi menyambut, langit akan kembali cerah. Kelompok dari kelas Bravery itu sudah selesai berkemas dan akan meneruskan perjalanannya. Peta menggambarkan, setelah melewati sungai, maka akan ada labirin. Labirin yang sudah di datangi mereka sebelumnya saat melewati tantangan.

Cukup jauh, tapi jika tanpa berhenti mungkin akan lebih cepat sampai. Sejauh ini, tidak ada yang menyerang. Entah itu binatang buas ataupun arwah arwah.

"Ken, kita nggak salah jalan kan? Rasanya kita cuma muter muter di sini deh. Banyak nyamuk lagi, ih!!" kesal Fanya, dari tadi tidak berhenti menggaruk tangannya yang gatal karena digigit nyamuk.

"Eh, bego! Namanya juga hutan! Protes sono sama nyamuk!" Arka menyahuti dari belakang dengan sinis.

"Santai aja dong! Ngegas mulu deh!"

"Udah napa sih. Kenapa nggak baku hantam aja. Lo berdua dari dulu nggak pernah akur kayaknya" Efal mulai bosan karena Arka dan Fanya terus saja adu mulut, tak ada hentinya. Jika saja dia membawa lakban, pasti akan dia bungkam mulut kedua orang itu.

"Diem lo, ngikut baee"

Srakk.

Brukk.

"Eh, Aaaa!!"

Fanya terjatuh, ke dalam lubang. Membuat semuanya kaget dan langsung bergerak mundur, kecuali Kenzo. Dia menyingkir ke depan.

"Tali, tali, tali!" Kenzo meminta tali yang telah di bawa oleh Arka, lantas dia dengan sigap mencari tali itu lalu ia lemparkan ke Kenzo.

"Aduuuh sakit! Tangan guee, kaki guee terkilir deh kayaknya. Lutut sama telapak tangan gue berdarahh!! Kotor..ih!" Fanya tak henti mengeluh dari bawah sana.

"Bawel lo! Pake talinya! Kita tarik dari atas!" Teriak Arka. Tali itu sudah di ulurkan ke bawah.

"Nggak bisa! Tangan gue sakit!!"

Tanpa memikir lama, Kenzo turun ke lubang itu. Dia mengangkat Fanya ke atas agar menggapai permukaan tanah. Dan caranya berhasil, Kenzo berusaha keluar dengan tali itu, dari atas teman temannya menariknya.

"Hah, untung nggak dalem tuh" Tangan Kenzo terasa panas karena memegangi tali itu sekuat tenaga, begitupun yang lainnya.

Luna, dia mencoba membersihkan darah yang keluar dari luka di tubuh Fanya dengan air minumnya.

Setelah itu, Efal mencari plester yang dia bawa, tak lupa juga obat. Dia memberikannya pada Anna agar mengobati luka Fanya. Sebenarnya, dia malas membantu orang itu..hanya saja dia dimintai oleh Luna, karena sahabatnya tengah mengobati luka di bagian kaki Fanya.

"Perih, pelan pelan dong" Fanya menepis tangan Anna yang tengah mengobati lukanya.

"Gue anggap itu ucapan terimakasih dari mulut lo, dasar!" selesai mengobati luka orang didepannya dengan plester. Dia memukul luka di tangan Fanya, sedikit keras.

"Akh!! Apa apaan sih lo! Sakit tau!"

Anna ber Oh saja, lalu memasang muka ejekkan pada Fanya. "Nyenyenye!."

"Luka di lutut kamu nggak cukup dengan satu plester Fan." ucap Luna.

Mendengar itu, Kenzo merobek baju bagian bawahnnya. Dan ia lilitkan di lutut Fanya, "Tahan Fan." ucapnya saat menguatkan kain itu agar tidak mudah lepas.

Fanya sedikit menahan sakitnya lalu berterima kasih pada Kenzo.

"Iya iya Kenzo mulu!!" Anna menyindir Fanya, bisa bisanya dia berterimakasih pada Kenzo sedangkan pada dirinya dan Luna yang sudah mengobati lukanya? Huh, seharusnya dia tidak pernah membantu Fanya kali ini.

❝ɢʜᴏꜱᴛ ᴘᴏʀᴛᴀʟ❞ [ᴇɴᴅ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang