Jaehwa duduk di pendopo tari, yang tempatnya berada di pinggir lapangan. Sembari menyeruput jus alpukat, dan sesekali menatap lelaki yang sedang asik bermain sepak bola.
Dia larut dalam pikirannya. Pikiran yang menyesal telah menolak cinta Jaehwan.
Apakah Jaehwa harus mengungkapkan perasaannya? Tapi ... itu adalah hal yang paling Jaehwa hindari. Dia benar-benar tidak mau untuk menyatakan perasaannya terlebih dulu. Harga dirinya terlalu tinggi.
Tapi bagaimana lagi? Hati Jaehwa terasa tercabik, saat melihat Jaehwan dan Ara sedang bersama.
Egois?
"Ya, benar. Aku memang egois!" Jaehwa menunduk lesu.
"Ya tapi mau gimana lagi. Aku terlalu takut kehilangan Jaehwan." Jaehwa menghela napasnya kasar. Lalu beranjak pergi menuju perpustakaan.
Dengan langkah gontai, Jaehwa berjalan menyusuri lorong yang terlihat lenggang sore ini.
Kalau dipikir-pikir ... Jaehwa ini sebenernya bimbang untuk menerima cinta Jaehwan. Karena Jimin masih sering menghubungi dirinya. Jaehwa takut, jika dia berpacaran dengan Jaehwan, akan menghancurkan persahabatan Jimin dan Jaehwan.
Banyak hal yang membuat Jaehwa bimbang. Karena banyak resiko yang harus Jaehwa terima nantinya.
"Jee, lu ngapain?" tanya Woojin yang entah kapan ada di depan Jaehwa.
"Hah?"
"Lo ini mau ngapain? Kok bengong di sini?"
"Oh, mau ke perpustakaan."
"Terus ngapain lo bengong di sini? Kayak orang bego." Woojin memegang kening Jaehwa. Berniat memeriksa suhu badannya.
"Lo kira gue sakit apa?" Jaehwa menyingkirkan tangan Woojin dari keningnya.
"Lo kayak orang bego yang lagi sakit sih," ujar Woojin santai.
"Emang laknat lo jadi temen." Jaehwa berjalan meninggalkan Woojin.
"Eh eh ... Gue ada informasi penting nih." Woojin mengejar Jaehwa.
"Bodo amat! Informasi yang lu kasih selalu gak penting!" Jaehwa mempercepat langkah kakinya.
"Ini tentang Jaehwan." Langkah kaki Jaehwa seketika terhenti.
"Apaan?" tanya Jaehwa. "Gak jelas, gue gampar lo!"
"Serius gue, Jee." Woojin memasang tampang seriusnya. Jaehwa bersiap mendengarkan informasi Woojin dengan seksama.
"Jaehwan ... Jaehwan sangat suka mie kuah yang ditaburi banyak cabai," ujar Woojin dengan cepat seperti orang nge-rapp. Kemudian lari meninggalkan Jaehwa yang cengo dengan apa yang diucapkan Woojin.
"Emang gesrek! Gue udah tau dari dulu setan!" pekik Jaehwa sangat kesal. Ia menghentakkan kakinya menuju perpustakaan.
Setelah sampai di perpustakaan. Jaehwa langsung membongkar isi tasnya. Mengambil 2 buku besar, yang biasa ia tulis untuk merangkai setiap gerakan tari, yang ia buat.
Demi apapun, Jaehwa sangat tidak suka dengan tugas merangkai ini. Lebih baik, dia menari seharian daripada merangkai kata-kata untuk menjelaskan gerakan tarinya.
Otaknya tidak cocok sekali untuk merangkai sebuah kata-kata. Jadilah dia menyalin tugas Seulgi.
Tiba-tiba saja, ponsel Jaehwa berdering cukup keras. Membuat semua orang yang berada di sana protes, karena ponselnya tidak disenyapkan.
Jaehwa pun buru-buru keluar untuk mengangkat telpon dari Jaehwan.
"Apaan sih lu," gerutu Jaehwa
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaehwan&Jaehwa || Kim jaehwan [END]
FanficJaehwan dan Jaehwa, mereka adalah dua orang remaja yang sudah bersahabat sejak dulu. Ke mana pun Jaehwa pergi, di sana pasti ada Jaehwan, sampai tidak sedikit orang berpikir bahwa mereka sedang berpacaran. Nyatanya, Jaehwa memiliki kekasih, dia adal...