ONE CHOICE(1)

17 1 0
                                    

Hari biasa, disekolah, aku bermain bersama sahabat sahabat ku, yaitu Rena, Nayya, Vana. Dan Zera. Saat itu jam pelajaran pertama adalah agama, dan kelasku akan digabung dengan kelas IPA 3, oh iya aku duduk dikelas IPA 1(sekedar informasi). Sebenarnya aku tak ingin ikut pelajaran agama karena aku sebetulnya malas mendengarkan ceramah, apalagi dengan guru agama yg ini, guru yang biasa masuk dikelasku sakit dan mungkin dalam jangka waktu lama tidak masuk dulu ke kelasku. Kami dikumpulkan di aula sekolah, karena ramai dan agar tidak terlalu pengap. Aku dan keempat sahabatku mengambil kursi dipaling belakang agar bisa tidur dan bisa bercerita sepuasnya. Setelah kami masuk, masuklah anak kelas IPA 3 ke aula dan aku tidak peduli akan hal itu. Tiba tiba Rena memulai pembicaraan

'' kenapa sih gw kalo lihat anak ipa 3 ini bawaannya pengen ngejek aja'' kata Rena sambil mengunyah permen karetnya

'' iya ya, risih gitu'' Nayya menanggapi sambil membuka cardigannya

'' sudahlah, gausah dipeduliin juga, dia yang jelek kita yang diem, uda simple ajakan?'' kataku yang daritadi menyenderkan tubuhku dikursi sambil mengangkat kakiku.

Lalu mereka berempat tertawa melihat gayaku yang kadang terkesan mirip lakilaki ini

'' iya ya tumben lu benar le, biasanya gak jalan tu otaknya'' Zera memukul jidatku yang membuatku merasa kesakitan

'' aduh ze udah ya, gw tuh ga goblog, otak gw cuman lagi istirahat aja'' kataku sambil mengelus jidatku

'' otaknya istirahat tiap hari, lamalama off juga tu otaknya gak pernah dipakai'' Vana tertawa dan tiba tiba masuklah guru agama. Dan pelajaran pun dimulai.

Hampir 3 jam waktu berlalu, dan pelajaran agama pun usai. Aku dan sahabat sahabat ku berniat keluar dari aula setelah yang lain berkeluaran, namun ada 1 geng anak laki laki IPA 3 yang sampai tempat itu kosong tidak keluar keluar, karena kami capek menunggunya, kami pun keluar melewati mereka, namun ada yang membuatku janggal sebab saat pelajaran agama tadi berlangsung, dia selalu melihat kearah kami, lebih tepatnya antara ke arahku atau ke arah Zera, aku tidak tau pasti. Saat melewati nya mata ku dengan mata lakilaki ini bertatapan, dan dia tersenyum, sedangkan temannya yang lain juga ikut tersenyum sambil menyenggol bahu si laki laki ini, senyumannya manis, aku langsung bingung dan akhirnya membuang tatapanku ke objek yang lain.

Hari-hari pun berlalu dan aku tidak terlalu memedulikan peristiwa di pelajaran agama itu, waktu berlalu , berminggu minggu aku dan laki laki itu satu ruangan agama, dan ya masih saja dia tetap menatap ke arah kursiku yang selalu berada dibelakang, sedangkan dia didepan. Aku taktau apakah dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu atau hanya sekedar iseng melihat ke arah ''teman temanku'' atau ke arahku. sangking bingungnya, aku bertanya kepada sahabatku

'' eh girls, kalian pada merasa ada yang aneh nggak sih''

'' aneh apa? Nggaada yang aneh le'' timpal Vana

'' aneh hantu ya?'' kata Zera dengan segala kepolosannya

'' bukan itu Zera Gabriella'' kata Nayya yang sedikit emosi melihat Zera

'' jadi jelaskan la kepadaku Nayya Evarina'' Zera menjawab

'' coba nanti sesekali kalian lihat ke arah kursi paling depan nomor 2, dibarisan itu pasti ada diantara mereka yang tiba tiba ngelihatin ke arah kita'' kataku mencoba menjelaskan

'' serius lu le, jangan jangan psikopat'' sahut Vana

Rena yang tertidur disamping Vana terkejut mendengar kata psikopat

'' mana psikopat nya mana'' kata Rena yang masih setengah tidur

Kami tiba tiba tertawa mendengarnya, dan seisi aula melihat ke arah kami. Kami pun langsung malu namun tetap tertawa pelan pelan

Suatu hari, aku dan Zera izin tidak masuk ke kelas agama dengan alasan sakit, padahal sebenarnya kami berdua malas. Vana, Rena, dan Nayya tetap berada di aula karena kami melakukan shift untuk izin agama berbeda beda, dan kebetulan hariini kami berdua dijadwalkan izin di shift itu. Aku dan Zera memutuskan untuk tidur di kelas sampai pelajaran agama usai. Saat usai, murid kelasku masuk dan aku terkejut karena Vana membangunkanku

'' leo,leo wake up!!''

'' apa van, lu ganggu gw tidur aja'' kata ku yang mencoba duduk setelah tersadar

'' ada yang nanyain lu tuh, laki laki,katanya kenapa kalian berdua ga masuk kelas tadi, dan gw jawab lu berdua tu sakit, terus mukanya langsung khawatir gitu lo leoo, gila sih, jangan jangan dia suka sama lu leo'' kata Vana begitu semangat

'' ngawur lu Van, gw jelek gaada yang mau, paling yang dia cari itu Zera, gak gw'' kataku mencoba menenangkan diri

'' iss lu tuh cuman pandenya insekyur ya, kaga ada bersukurnya'' kata Vana sambil memukul bahuku

'' kan gitu kenyataannya Van, u know that Zera more beautiful than me, so maybe he like Zera not me'' kata ku lalu pergi dari hadapan Vana, namun ditahan olehnya.

'' tapi menurut gw enggak leo, he like u, mau coba gw kenalin?'' Vana mencoba menawarkan hal bodoh yang gak akan aku lakukan.

'' nope babe, nanti Raha merusak lagi, gw pusing lihat Raha overprotektif sama gw, gw kasihan nengok cowok yang sukak sama gw pasti dia julidin teross, suka gak sadar diri tu iblis memang'' kata ku jengkel

Vana tertawa dan akhirnya melepas tangan ku yang ditahannya tadi, akupun kembali ke kursiku dan duduk termenung sambil melihat ke arah pintu kelas. Namun betapa terkejutnya aku saat dia lewat di depan kelasku dan berhenti tepat di depan pintu kelasku, tersenyum kepadaku, dan tiba tiba pergi. Seisi kelas pun tertawa dan mulai menjulidi ku.

'' wah wah Leo disenyumin cowok ganteng nih'' kata Nefa, cewek terjulid se-IPA 1

'' bagi dong tips supaya dideketin cowok ganteng gitu'' kata Stefa yang merupakan cewek yang selalu iri kepadaku

'' nanti gak bakalan kenak rusak Raha lagi kan hubungan lu sama dia, mana dia ganteng lagi, dirusak Raha mah Rahanya kagak ada akal'' tiba tiba datang Joy dari belakangku, sahabat Stefa.

Aku menimpali nya cuman dengan senyuman, karena aku malas berhadapan dengan mereka, nanti salah salah aku berantam lagi sama mereka. LAGI. Untuk ketiga kalinya. Aku bukannya kejam, hanya saja aku sekali dijulidi, akan kuhajar, ku jambak, kalau perlu kubinasakan. Sahabatku sudah wajar melihat ku begini, terlebih lagi aku yang dibesarkan dengan keluarga yang sepupu nya laki laki semua, pasti aku juga akan memiliki jiwa tomboy. Walaupun gak mengarah ke penampilan, tapi kekuatan.

Di kelas selain keempat sahabatku, aku berteman dengan laki-laki. Selebihnya hanya ku anggap angin lalu saja, karena aku tidak suka kepada mereka, jadi ya aku bodoamatin ajalah. Aku lebih sering curhat dengan laki-laki ketimbang keempat sahabatku sampai kadang mereka marah, lalu akupun meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Hal itu terus berulang dan sahabatku sudah biasa akan hal itu.

'' Leo sabar ya, mau gw kikis gak tuh lidah mereka biar mereka diem?'' Niel tiba tiba menghampiriku

''nope, gausah, gw dah biasa kok Niel, thanks uda perhatiin aku'' kata ku sambil tersenyum

'' no problem beb, nanti kalo lu butuh temen cerita, kami disini kok, ya gak guys?'' Niel berkata kepada teman temannya yg lain

'' yups u right Niel'' kata Evan, Reino, Kevin, dan masih banyak lagi yang tidak kusebutkan satu persatu.

''thank u guys, love u more'' kataku sambil tertawa

Mereka tersenyum dan kembali ke kursi mereka. Aku sangat bersyukur dipertemukan kepada mereka, teman dan sahabatku. Jika tidak ada mereka,mungkin aku akan sangat bingung menghadapi manusia julid dikelasku. Sekedar informasi, Niel itu teman dekatnya Raha, rumah Niel dahulu bersebelahan dengan rumahku,namun karena beberapa hal keluarga mereka pindah, namun tetap di kota yang sama, dan ya syukurlah aku dipertemukan lagi dengan dia disekolah ini dan berteman akrab dengannya serta temannya yang lain.

Two choice one heartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang