Part 24. Keputusan Senandung

2.3K 78 2
                                    

Suara tegas milik Kian membuat Ale tercekat. Tiba-tiba dadanya merasa tidak nyaman. Ale menoleh. Kian sudah menjulang berdiri di belakangnya.

Ale bergegas bangkit dari duduk. Matanya menatap Kian dan Senandung bergantian. Dengan sedikit gugup dan berat lelaki itu bertanya, "Mak-sudnya apa ini?"

"Ale, Sena harus tahu semua tentang rahasia yang kamu sembunyikan ini padanya," jawab Kian datar.

Ale terdiam. Sejenak memejam untuk meyakinkan diri. Bahwa dia sanggup membuka semua rahasia buruk dari wanita yang masih sangat ia cintai.

"Oke." Ale menganguk yakin, "kalo itu yang kalian inginkan. Aku akan bercerita."

Sesaat Ale menarik napas dalam-dalam untuk mengumpulkan segenap keberanian. Setelah dirasa terkumpul segenap keberaniannya, pria itu pun mulai bertutur cerita.

"Jadi Sena, delapan tahun silam. Kian pernah menyuruhku untuk menyelidiki kamu." Ale memulai kisah.

"Menyelediki aku?" Mata Senandung memincing heran, "untuk apa?" Perempuan itu sungguh penasaran.

"Agar bisa mengenalmu lebih jauh," jawab Ale pelan. Lelaki itu kembali duduk di bangku taman. Senandung pun sama. Hanya Kian yang masih betah berdiri. "Menurut Kian kamu itu sosok gadis misterius. Gadis cantik yang amat pendiam dan tidak punya teman. Kamu terlihat dingin ke pada siapa saja. Tidak terkecuali pada Kian. Padahal dulu Kian dan aku adalah idola. Namun, kamu seolah tidak peduli. Intinya, Kian menjadikan Ale sebagai makcomblang," jujur Ale panjang.

Lalu Ale menuturkan jika dirinya ibarat pagar makan tanaman. Gadis yang seharusnya dijaga malah didekati sendiri. Ale mengaku sejak pertama kali dikenalkan dengan Senandung. Dirinya langsung jatuh hati pada sesosok gadis yang begitu lemah lembut itu.

Ale mengakui dirinya diam-diam menyuri start lebih dulu. Di belakang Kian, dia justru memacari Senandung. Bahkan, saat sang kawan pindah ke Semarang, Ale memutus kontak hubungan antara Kian dan Senandung.

Ale berbohong pada Kian dengan mengaku sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan Senandung karena sibuk kuliah. Sementara jika Kian menghubungi gadis itu sendiri, dia menyuruh sang pacar untuk tidak menanggapi.

Senandung tampak terhenyak mendengar penuturan mantan suaminya. Dia tidak pernah menyangka kalau Kian menaruh hati padanya sejak lama.

"Kenapa kamu melakukan itu, Ale?" sesal Senandung kemudian.

"Ya ... itu karena aku sangat mencintaimu, Sena. Aku takut kalo kamu lebih memilih Kian," jawab Ale pelan. Dirinya menunduk merasa bersalah.

"Dasar tukang tikung!" Kian mengumpat pelan. "Harusnya kita bersaing secara sehat untuk mendapatkan Sena. Bukannya malah menusukku dari belakang, Ale." Kian menggeleng kesal.

Kian sangat menyesalkan perbuatan curang sang kawan. Namun, ia tidak mau terpancing emosi lagi. Pria itu berusaha meredam kekesalannya dengan terdiam.

Setelah beberapa detik tidak ada yang membuka suara, Kian menatap Senandung. "Bahkan, setelah balik lagi ke Jakarta, aku masih mencarimu, Sena. Tapi, Ale masih saja bungkam mengenai keberadaanmu," ujarnya kembali kesal.

"Waktu itu aku memang tidak tahu keberadaan Sena, Kian." Ale menyela cepat. "Karena kita baru saja berpisah," dalih Ale atas ucapan Kian pada Senandung.

"Terus kenapa tidak jujur padaku bahwa kamu telah menikahi Sena?" Kian pun mengajukan protes pada Ale dengan gemas.

"Sudah ... sudah! Hentikan perdebatan ini!" Senandung menengahi perdebatan kakak dan adik ipar itu.

"Oke. Ambillah keputusan, Sena! Sekarang kamu sudah tahu, bahwa akulah yang lebih dulu mencintaimu dibanding Ale."

Kian memegang pundak Senandung. Menatap lekat mata bulat wanita yang selalu hadir dalam setiap lamunannya itu. Dia berharap Senandung dapat mengambil keputusan yang tepat.

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang