Part 22. Amarah Aleandra

1.4K 105 7
                                    

Usai berpamitan pada Senandung, Ale bergegas melajukan mobilnya ke arah rumah. Di sepanjang perjalanan pulang, cerita Senandung perihal pengusiran dirinya oleh mamanya terus saja terngiang di telinga.

Ale mendengkus kasar. Rasa kesal menguasai jiwa. Selama ini dia pikir Senandung tiba-tiba meninggalkan dia tanpa alasan yang jelas. Sama sekali tidak pernah terpikir olehnya jika dalang dari perpisahan dirinya dengan Senandung adalah orang tua kandungnya sendiri.

Ditinggal pas sayang-sayangnya. Ale merasa sedih. Dirinya tidak dapat membayangkan kehidupan Senandung yang amat terlunta selepas berpisah dengannya. Tidak ada sanak saudara yang wanita itu miliki.

Satu-satunya Bibi yang ia punya juga mendapat ancaman dari mamanya. Dan anehnya dulu Senandung bagai ditelan bumi. Berbulan dia mencari ke mana-mana. Namun, Senandung tidak pernah ia temukan. Sampai akhirnya orang tuanya mengirim ke Singapura untuk kembali kuliah. Lalu menikahi Syifa.

Syifa. Sejak kecil Ale berteman dengannya. Tidak pernah sekalipun ia menaruh hati. Walau dia sendiri tahu, jika adik Kian itu menyukainya dari remaja. Ale terpaksa menikahi gadis itu karena mendapatkan tekanan dari orang tuanya.

Tidak terasa mobil Ale telah tiba di hunian mewahnya. Seorang petugas keamanan rumah langsung berlari membukakan pintu pagar besi rumahnya. Ale yang masih dikuasai emosi sembarangan memarkirkan mobil.

Kakinya berjalan lesu menuju pintu rumah, lantas, mendorong pintu setinggi dua meter itu untuk masuk. Mukanya kusut melangkah gontai. Lelaki berhidung bangir itu bergegas menuju kamar.

Langkahnya terhenti di ruang keluarga. Seluruh keluarganya seperti mama, papa, juga sang istri tampak asyik menonton drama televisi. Mendengar sejalan dari Ale, sontak ketiga orang dalam satu sofa itu menatap heran.

"Kenapa dengan mukamu, Ale?" tanya Bu Ambarwati perhatian. Wanita itu membuka kaca mata berframe emas yang bertengger di hidungnya. "Kamu habis berantem, Nak?" tebaknya kemudian.

Syifa sendiri bergegas bangkit dari duduk. Wanita itu mendekati suaminya, lalu dengan penuh kelembutan dia mengusap pipi lebam Ale.

"Akhh!" Ale mengerang pelan ketika jemari telunjuk Syifa menekannya pelan.

"Iya. Kenapa babak belur begini?" Syifa ikut menimpali.

"Jatuh dari motor," sahut Ale asal.

"Motor?" Mama dan papa saling berpandangan. Mereka semakin heran. "Tapi kok kayak habis ditonjok orang, Le." Kali ini Bapak Hendra yang menduga.

"Enggak!" Ale menyangkal lagi, "tadi aku diajak naik motor sama teman-teman."

Ale terpaksa berdusta untuk menjawab keheranan pada wajah orangtuanya. Karena sudah lama dia tidak pernah naik motor kembali. Wajar jika Mama dan papanya tidak percaya.

Ale lantas mengendorkan dasi yang terasa menyekik leher. Selanjutnya lelaki bermanik hitam teduh itu menaiki anak tangga. Kakinya menuju kamar sendiri. Syifa sang istri mengikuti di belakang.

Begitu tiba di kamar, Ale segera menghempaskan tubuh penatnya pada ranjang empuk berukuran king size. Pria itu memejam. Wajah imut Gembira melintas. Rasa rindu menyeruak. Dia ingin tinggal bersama putri kandungnya. Detik berikutnya, wajah sendu na ayu Senandung menggoda pikiran. Ale mendesah. Dia masih sangat mencintai wanita itu.

"Kamu habis berantem, ya?" duga Syifa masih penasaran.

Kembali wanita berlesung pipit itu mengusap lebam pada pipi Ale. Sayangnya dia malah mendapat balasan buruk dari sang suami.

Ale menepis kasar tangannya. "Sudah kubilang, aku itu jatuh dari motor" sungutnya ketus, "sudah sana ambil air buat kompres lebam ini!" lanjutnya memerintah.

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang