10.Perkenalan Ale-Sena

906 50 1
                                    

Aleandra tengah menepi sendiri di balkon kamar. Semenjak perjumpaan kembali dengan Senandung beberapa hari lalu, pikirannya selalu saja tertuju pada wanita itu. Dirinya tidak menyangka jika perempuan yang ia pikir telah hilang ditelan bumi itu akan muncul lagi menyapa hidupnya.

Hati Aleandra merasa amat terluka saat mendengar penuturan getir dari bibir sang mantan. Apalagi Senandung menuduh jika dirinya begitu jahat. Karena telah tega pergi menjauh di saat wanita itu tengah mengandung buah hatinya. Senandung bahkan menuduh Aleandra sengaja menelantarkan anak dan istrinya.

Pikirannya menerawang jauh ke masa delapan tahun silam, saat dirinya masih berusia delapan belas tahun lebih tua dua tahun dari Senandung.

FLASH BACK DELAPAN TAHUN YANG LALU

Aleandra tengah asyik bercanda dengan kedua temannya yang bernama Dio dan Anton. Ketika mereka tengah menikmati bakso waktu istrinya siang di kantin sekolah. Tiba-tiba Kian datang. Pemuda jangkung berambut cepak itu langsung menarik lengan Ale ke luar kantin.

"Mau ke mana sih, Yan?" tanya Ale bersungut karena bakso yang ia pesan baru disentuh sedikit. Cowok dengan wajah sedikit oriental itu langsung melepas pegangan Kian pada tangan.

"Udah ikut aja!" suruh Kian santai.

Pemuda berkulit cokelat bersih itu berjalan tenang menuju taman sekolah. Meninggalkan Ale yang masih terpekur diam.

Melihat sang sahabat yang terlihat serius saat menyuruh,aku tidak mau Ale penasaran juga. Walau malas Ale mengikuti langkah Kian juga.

Langkah Kian berhenti di taman sekolah yang siang itu terlihat lumayan sepi. Hanya ada satu dua siswa yang duduk di bangku taman. Ada pula duduk di bawah pohon untuk sekedar berbicara dengan temannya.atau membaca buku.

Dari kejauhan Kian menunjuk seorang gadis berambut panjang hitam legam sepinggang pada Ale. Gadis yang tengah menyembunyikan wajah pada sebuah pohon.

"Ayo sini!" Kian menarik kembali lengan Ale agar mau mendekati sang cewek.

"Siapa sih?" tanya Ale kian kepo.

Kian hanya melirik Ale sekilas. Perlahan dia maju untuk mengikis jarak. "Eum ... Sena, sedang apa kamu di sini?" tanya Kian hati-hati.

Merasa ada yang bertanya, gadis yang bersangkutan perlahan membalikkan badan untuk melihat siapa yang menyapa. Menyadari siapa yang datang gadis itu terlihat sedikit terkejut. Pemuda bertubuh cukup semampai itu lekas menghapus air matanya dengan punggung tangan.

"Sena, kenapa kamu menangis di sini? Ada apa?" tanya Kian perhatian. Pemuda itu sudah mengenal lajang cantik ini dia bulan lalu, saat masa orientasi siswa. Pernyataan cinta yang ke luar dari bibirnya pun masih Kian ingat. Walau tahu itu sekedar main-main. Karena memang Sena tengah mendapat hukuman dari teman-temannya selaku senior pembimbing.

Gadis bermata bulat sendu yang berna Sena itu tidak lekas menjawab pertanyaan Kian. Perawan berhidung bangkit mincis itu hanya menggeleng lemah.

Ale sendiri langsung yang terpana melihat kecantikan gadis yang berdiri di hadapan. Paras manis dengan bibir yang tipis nan merah alami membuat mata Alea terpaku terus pada wajahnya. Suaranya yang amat lembut dan merdu seakan menggelitik telinga Ale. Aroma parfum bayi yang menguat dari tubuh sang gadis membuat Ale ingin selalu dekat.

Dengan kata lain, Ale langsung terpikat pada teman Kian ini. Cowok itu gegas menyenggol lengan Kian. Dengan matanya ia minta untuk dikenalkan pada cewek berbulu mata lentik itu.

"Oh ya, Sena. Kenalkan ini teman sebangku aku. Namanya Ale." Kian memperkenalkan Ale pada gadis itu yang tampak sangat kalem itu.

Begitu dikenalkan, Ale langsung mengulurkan tangan. Bibirnya memasang senyum manis. Berharap sang gadis akan tertawan. Pasalnya banyak cewek-cewek yang langsung jatuh hati padanya setelah melihat ia tersenyum. Ale merasa kedua ceruk pada pipinya menambah kesan lutut pada wajahnya.

Namun, gadis yang dihadapinya itu justru tampak ragu-ragu ketika akan membalas uluran tangan Ale. Membiarkan tangan Ale menggantung di udara.

Merasa diabaikan, Ale tidak putus asa. Dia meraih jemari gadis tersebut. Menjabatnya pelan. Seketika Ale dapat merasakan betapa lembut telapak gadis kalem ini.

"Aku Aleandra. Cowok terpintar dan terkece di sekolah ini." Ale memperkenalkan diri dengan percaya diri. Dirinya meringis memperlihatkan deretan giginya yang kebetulan tertata rapi. Di sebelahnya Kian berdecih sebal. Karena melihat Ale yang langsung agresif itu.

"Senandung," balas sang cewek kalem.

"Widiih ... namanya cantik, secantik orangnya," celetuk Ale ringan. "Pasti kalo di rumah dipanggilnya Dudung ya?" Ale mencoba berkelakar, tapi dia tidak juga mau melepas jabatan tangan pada Senandung.

Membuat wajah Senandung terlihat kikuk serta malu. Kian sendiri gemas melihatnya. Pemuda itu mencopot paksa pegangan tangan Ale pada Senandung.

Tidak begitu lama, tiba-tiba datang seorang cowok berperawakan sedang. Pemuda yang belum pernah terlihat oleh Ale dan Kian itu langsung melotot tajam pada keduanya. Lalu bertambah geram saat menatap Senandung. Tidak di sangka ia menyentak kasar tangan Senandung.

"Ngapain kamu di sini? Ayo masuk kelas!" hardiknya keras.

Senandung sedikit terhuyung karena lengannya ditarik paksa oleh cowok tadi. Kian dan Ale hanya mampu terbengong melihat itu. Sesaat Senandung tampak menoleh pada mereka. Gadis itu seakan ingin meminta tolong pada keduanya. Namun, gadis itu hanya mampu membisu mengikuti langkah cowok yang menarik lengannya.

"Siapa cowok tadi, Yan?" tanya Ale penasaran. Matanya terus menatap kepergian pemuda dan pemuda tadi hingga hilang ditelan dinding sekolah.

Kian mendengkus napas perlahan. Bibirnya berkeriput malas. Dengan lemah dia menggeleng. "Itu dia, Le. Makanya, aku mau kamu nyelidikin siapa dia!"

Ale mengerutkan dahi mendengar permintaan sang kawan. Aneh
Pasalnya Kian terkenal cuek pada gadis-gadis. Walau banyak yang mengejar, tetapi Kian tidak peduli. Sahabat kecilnya itu terlalu fokus dalam belajar.

Berbekal rasa hati yang tergelitik, Ale akhirnya mengajukan pertanyaan," Emang Senandung siapanya kamu, Yan? Pake minta aku nyelidikin dia segala?"

Seketika terlihat semburat merah pada pipi Kian. Pemuda itu terlihat tersipu malu. Kian tidak pernah seperti itu sebelumnya. Dan itu membuat hati Ale sedikit cemas kalau Kian dengan cewek tadi ada hubungan. Namun, saat Kian menggeleng lemah, kecemasan itu mulai sirna dari hati Ale.

"Dia bukan siapa-siapanya aku, Le," jawab Kian jujur. Pemuda itu mendesah berat. "Hanya sebatas teman, itu pun tidak akrab. Cewek itu terlampau pendiam. Sulit untuk didekati. Dia junior kita yang baru masuk."

Dalam hati, Ale bersorak riang. Seketika rasa ketertarikan pada Senandung semakin membuncah, mendengar pengakuan Kian, bahwa cewek itu dengan sang kawan tidak ada hubungan.

"Aku penasaran sama dia, Le. Cewek itu selalu terlihat murung dan terkesan misterius. Nah, kamu kan terkenal jago ngedeketin cewek tuh. Siapa tahu sama kamu, Sena mau terbuka."

Ale tersenyum geli mendengar ujaran Kian, lalu dengan mantap dan menepuk bahu sang kawan Ale menyahut," Oke. Aku akan coba menyelediki siapa cewek misterius itu."

Dengan berkacak pinggang dan memegang dagu, Ale berlagak bak detektif. Kian yang melihat tingkah konyol itu, hanya bisa terkekeh geli. Selanjutnya mereka pun bertoast ria sebelum masuk kelas.

***

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang