9. Anna ufibukka fillah

1K 58 0
                                    

Malam itu Senandung tengah menyendiri. Gembira sang putri telah terbuai mimpi sedari awal. Wanita itu tengah terkenang pertemuan kembalinya dengan Ale. Dirinya bimbang. Ale mengaku jika tidak berniat menelantarkannya.

Teringat Ale, bayangan wajah teduh Kian juga melintas di mata. Lajang itu begitu tulus menawarkan kebahagiaan. Dia juga amat sayang dengan Gembira. 

Kemudian angan Senandung melayang ke masa delapan tahun silam. Awal pertemuannya dengan Kian juga Ale.

Flash back

Delapan tahun lalu

Senandung baru empat jam memejamkan mata, badannya sudah kembali diguncang sang bibi untuk segera bangun.

"Bangun, Na! Ingat hari ini banyak pesenan kita," perintah bi Harni setengah berteriak.

Walau tubuh masih pegal karena semalam ikut membantu membuat adonan, juga mata yang sangat terasa berat. Namun, Senandung tetap memenuhi perintah sang bibi. Dia tak mau kena omel.

Bergegas gadis itu menuju kamar mandi. Air wudhu yang dibasuhkan ke muka sedikit mengusir rasa kantuk. Senandung kembali ke kamar untuk menjalankan kewajiban dua raka'atnya. Ketika dirinya tengah khusyu berdoa, sang bibi terus saja memanggil. Terpaksa disudahi aktivitas yang mendamaikan hatinya itu.

"Lama bener sholatnya, minta apa sama Alloh? Minta biar ibumu balik? Gak bakalan! Dia udah enak jadi orang kaya. Dasar wanita jahat! Punya anak ditelantarin gini, emang gak mikir apa? Bebanku jadi tambah berat," cerocos bibi begitu Senandung menghampiri.

Gadis itu diam saja tak menyahuti omelan sang bibi. Tangannya dengan cekatan membantu memasukkan kue yang telah jadi ke box-box kertas. Karena banyak kue yang dipesan, Senandung terpaksa telat pergi ke sekolah. Padahal dia adalah siswi baru yang sedang mengikuti MOS.

Dengan berlari-lari kecil, Senandung menuju halte bus. Galuh kakak sepupunya sudah setengah jam yang lalu pergi lebih dulu. Begitu bus lewat, gadis itu segera masuk. Seperti dugaannya, dia telah terlambat. Beruntung bapak satpam mau membuka pintu gerbang untuknya. Namun, tidak dengan senior pembimbingnya. Pemuda itu menyegat langkah Senandung masuk kelas.

"Jam berapa sekarang?" tanya kakak senior sambil melotot ke Senandung.

"Maaf, Kak. Saya telat," jawab Senandung lirih dan takut. Gadis itu menunduk.

"Saya tanya jam BERAPA?" bentak senior membuat Senandung semakin takut. Karena tak juga menjawab pertanyaan maka senior itu bertanya lagi,"Tau hukuman apa yang didapat kalo telat masuk?"

"Lari keliling lapangan lima kali," jawab Senandung lirih dan masih menunduk.

"Bukan lima kali, tapi dua puluh kali!"

"Apah?" Senandung tersentak kaget. Kakak senior tersenyum melihat Senandung terkejut. Dirinya merasa telah berhasil memperdaya juniornya.

"Mau hukuman yang lebih ringan?" tawar kakak senior melunak.

"Mau."

"Ya udah ... aku ganti hukumannya. Tolong kamu minta tanda tangan ketua OSIS sama bilang pada dia 'Ana uhibbuka fillah' gitu ya! Oh ya, dia juga senior pembimbing."

Senandung diam, tak maksud dengan perintah sang kakak senior.

"Udah buruan! Kalo kamu belum berhasil mendapat tanda tangan dari dia, kamu gak boleh masuk!" ancam kakak senior membuat Senandung semakin takut.

Ketika Senandung hendak melangkah pergi, kakak senior kembali menyegatnya. Pemuda itu menyodorkan setangkai bunga mawar yang dipetik di depan kelas, sambil berujar,"Kasih bunga mawar ini juga padanya ya!"

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang