15. Malam Pertama Ale-Sena

1K 51 0
                                    

Keesokan hari usai gagalnya makan malam bersama, Ale segera mengutarakan maksud hati pada mama papa. Dengan mantap dirinya berujar jika hendak menikahi Senandung. Tentu saja kedua orangtuanya menolak dengan tegas. Menurut  kemauan sang putra yang terlalu menggebu itu.

"Kamu masih terlalu muda untuk menikahi seorang gadis. Kuliah saja belum selesai, mau dikasih makan apa nanti istrimu?" larang Bapak Suhendra saat itu.

"Pokoknya Ale mau menikahi Sena, Pa. Ale sangat mencintai dia." Ale bersikeras.

"Kalo pun menikah, bukan dengan gadis yang tak jelas asal-usulnya seperti itu. Ayah tak punya, ibu pergi entah ke mana. Oh tidak Ale! Mama tidak setuju!" Mama Ale ikut menimpali dengan tegas.

"Jika ingin menikah muda boleh saja, asalkan dengan Syifa anak om Indra," tegas sang papa kemudian.

"Apaaa? Syifa?" Ale terkesiap mendengarnya. "Kami berteman sejak kecil. Aku sudah menganggap Syifa seperti adik sendiri, Pa. Tidak ada cinta di antara kami." Ale menolak keras keinginan sang papa.

"Ya sudah kalo begitu. Hentikan keinginan tidak masuk akalmu!" Bapak Suhendra menatap putra semata wayangnya dengan tajam.

"Tidak." Ale menggeleng cepat, "aku akan tetap menikahi Sena, walaupun tidak mendapat restu dari kalian." Ale balas menatap papanya. Pemuda itu tetap keras kepala.

"Sekali kamu keluar dari rumah ini, kamu sudah kuanggap bukan anakku lagi, Ale," ancam Bapak Suhendra tidak kalah keras. Anak dan Bapak itu saling bersitegang. Tidak ada yang mau mengalah.

"Jangan bicara seperti itu, Pa! Ale putra kita satu-satunya!" Bu Ambarwati, ibu dari Ale menasihati suaminya dengan sedih.

Bagaimana pun juga Ale adalah putra mereka satu-satunya. Namun, lelaki berwajah tegas itu tetap bergeming. Bapak Suhendra tetap tidak setuju jika nanti punya menantu dari kalangan rakyat jelata.

"Oke." Ale menganguk pelan, "Kalau itu kemauan Papa. Ale akan pergi sekarang juga."

Dengan langkah yang pasti, Ale meninggalkan rumah mewah itu. Mamanya sendiri segera berlari menahan langkah sang putra.

"Kumohon jangan lakukan itu, Nak! Tetaplah di sini! Kita bisa bicarakan semuanya dengan baik-baik." larang Bu Ambarwati menghiba.

Wanita itu mencoba membujuk anak kesayangan. Sayangnya sang putra dengan tegas menggeleng.

"Jika Mama tidak menyukai Senandung, berarti Mama tidak menginginkan aku tinggal di sini."

Ale melepas pegangan tangan sang mama. Kemudian dengan langkah pasti pemuda itu berlalu pergi. Meninggalkan orangtuanya yang menatap pilu padanya.

"Tolong cegah kepergian Ale, Pa!"

Sang istri memohon, tetapi suaminya hanya diam termangu dengan napas yang tersengal berat.

***

Walau tidak mendapat restu dari kedua orangtuanya, Ale bersikeras menikahi Senandung. Mereka melangsungkan pernikahan di kediaman mempelai wanita.

Upacara pernikahan mereka amat sederhana. Walaupun begitu, Senandung amat bahagia. Karena ternyata Ale serius dan tulus padanya. Bahkan pemuda itu rela meninggalkan istana mewah demi bisa mempersunting dirinya.

"Saya terima. Nikah dan kawinnya. Senandung Rembulan binti almarhum Hardian. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan sebuah cincin emas dua gram. Dibayar tunai," ucap Aleandra dengan mantap dan penuh keyakinan.

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah ...."

"Barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khair!"

Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang