Beberapa hari kemudian
Kian merasa ada yang aneh dengan Ale. Pemuda itu melihat sang sobat tengah kasak-kusuk dengan kedua temannya, yaitu Dio dan Anton. Kawan yang lebih tepatnya adalah. anak buah. Mereka masih setia berdiam di kelas saat bel istirahat berdetang. Padahal biasanya, mereka akan langsung ngacir ke kantin.
Penasaran Kian naik ke level akut melihat Ale berbisik-bisik pada telinga kedua Dio dan Anton. Setelah itu mereka bertiga akan tertawa bersama. Dilanjutkan saling melempar tos. Ketiga cowok ganteng itu tampak begitu semringah.
Ada apa? Kian membatin.
Demi membunuh rasa penasaran tersebut Kian mendekati Ale. Sayangnya, belum juga Kian duduk membersamai, melihat kedua teman Ale justru bergegas pergi.
"Aku datang. Kok mereka malah pergi, kenapa?" tanya Kian heran. Pemuda itu memandang punggung Dio dan Anton yang kian menjauh.
"Gak papa," sahut Ale santai.
Kian lantas duduk di samping Ale. Matanya menyipit melihat Ale senyum-senyum sendiri. Rasa penasaran pada hatinya semakin membuncah.
"Ada apa sih, Le, kayaknya happy amat?" Kian bertanya dengan menaikkan alis melihat wajah semringah Ale.
"Aku udah tahu siapa cowok yang suka bentak-bentak Dudung." Ale memberi tahu dengan sok cool.
"Dudung?" Kian mengerutkan kening. Pasalnya dia merasa tidak punya teman yang bernama Dudung.
"Maksudku Senandung. Ha ... ha." Ale tergelak dengan omongannya sendiri.
"Ishhh ... gadis cantik seperti masa dipanggil Dudung. Gak etis, ah!" Kian mengajukan protes. Namun, Ale tetap tergelak ringan saja mendengarnya. "Emang cowok yang suka kasar sama Sena itu siapa, Le?" tanya Kian kemudian.
"Kakak sepupu Sena," balas Ale mulai serius. "Namanya Galuh. Dia masih kelas sepuluh juga." Ale melapor seraya memainkan pulpennya dengan jari, "barusan aku nyuruh Dio dan Anton buat ngerjain cecunguk itu."
"Ngerjain?" Kian melirik Ale dengan bingung. "Ngerjain gimana?" tanya Kian polos.
Untuk menjawab rasa penasaran Kian, Ale segera membisiki telinga pemuda itu dengan idenya.
Seketika wajah Kian terperanjat mendengar ide jahil sang kawan. Dengan tegas pemuda itu menggeleng. Dia tidak menyetujui usul konyol itu.
"Jangan lakukan, Le! Itu terlalu beresiko," larang Kian tegas.
Namun, Ale tidak menggubris. Dirinya tampak santai menanggapi larangan Kian sang sobat karib.
Membuat Kian merasa gemas sekaligus takut. "Resikonya berat, Le." Kian mengingatkan, "kamu bisa kena sangsi. Lebih parahnya kamu bisa dikeluarkan dari sekolah," lanjut Kian menatap serius Aleandra.
"Aku gak takut," balas Ale tenang dengan mengendikan bahu. Bahkan senyum tipisnya terlukis.
"Tapi Le itu berbahaya."
"Sudahlah, Yan!" Ale menyela cuek. "Kamu tinggal diam aja, ngapa! Lagian yang nyuruh aku buat nyelidikin cowok jutek itu siapa? Kamu kan?" sergah Ale bersikeras.
Kian membuang wajah. Sungguh ia tidak setuju dengan ide Ale. Serta khawatir jika rencana teman-temannya tidak berhasil. Bagaimana pun juga Ale, Dio, dan Anton adalah sahabat kentalnya. Dia tidak ingin sesuatu hal buruk menimpa pada mereka.
Ale sendiri menghela napas perlahan. Dia paham Kian menaruh rasa peduli padanya. Namun, menurutnya itu berlebihan. Ale merasa bisa menjaga diri dengan baik tanpa perlu dikhawatirkan.
Perlahan Ale menepuk bahu Kian yang masih terdiam manyun. Dirinya lantas bertutur, "Kasihan Senandung, Yan. Tiap hari dia harus membantu bibinya untuk membuat dan menjual kue, kalo gak habis gadis itu akan kena omel. Bahkan kena pukul oleh sepupu dan bibinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Lama Bersemi Kembali (Senandung)
RomanceDitinggal pas sayang-sayangnya. Ketika Senandung sudah mulai move-on dengan mau membuka hati untuk Kian, teman masa lalu. Ale sang mantan suami justru kembali menawarkan kenyamanan.