12* Twelve

101 23 0
                                    

Dimana aku?

Kepalaku terasa sakit. Aku membuka mataku pelan, mencoba memfokuskan penglihatanku yang kabur.

Bau apa ini? Aku mencium aroma mint yang sangat kuat.

Rasanya aku baru saja terbangun dari sebuah mimpi buruk yang tidak bisa aku jabarkan kembali.

Mataku mulai kembali fokus. Aku menatap langit-langit ruangan ini. Cukup familiar. Aku sedang mencoba mengingat tentang tempat ini, dan seseorang tiba-tiba memenuhi pandanganku.

Wajahnya terlalu dekat, sampai aku bisa melihat pantulan diriku pada bola matanya yang indah. Kenapa aku baru menyadari akan keindahan mata ini? Padahal aku telah tumbuh bersamanya belasan tahun.

Sekarang kesadaranku mulai penuh. Aku akhirnya sadar bahwa seseorang yang wajahnya terlalu dekat denganku ini adalah Oh Sehun.

Aku mendorongnya kuat untuk menjauhkan wajahnya dariku. Jantungku baru saja merespon sesuatu dengan tidak normal. Aku memegangi dadaku yang tiba-tiba sesak.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Sehun terdengar cemas.

"Jam berapa sekarang?" Aku melemparinya pertanyaan tanpa berniat menjawab apa yang ia tanyakan padaku.

"Jam lima," jawab Sehun setelah ia melihat jam tangannya.

Aku langsung bangkit dari tempat tidur dengan spontan. Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal saking bingungnya harus berbuat apa.

Yang benar saja. Ini sudah jam pulang sekolah. Berapa lama aku terbaring disini? Separah itukah efek pantulan bola di kepalaku?

Aku mengedarkan pandangan mencari jika ada barang milikku. Ternyata tidak ada. Aku akhirnya melangkah dengan linglung ke arah pintu.

Tiba-tiba aku mendengar Sehun tertawa keras.

Aku sontak menghentikan langkahku.

"Kamu menipuku?" Aku melirik sangat tajam pada Sehun. Hal tersebut malah membuatnya makin terbahak. Dasar teman laknat.

"Kemarilah, kamu bahkan tidak pingsan sampai sepuluh menit." Sehun mengisyaratkan tangannya untuk memintaku kembali ke tempat tidur. Satu hal yang mengesalkan adalah, ia masih tertawa terbahak sekarang.

"Dasar makhluk titipan mars. Kamu pikir lucu? Hah!" teriakku kesal.

Sehun segera menghampiriku dan memegang tanganku. Aku sempat mengibaskannya tapi Sehun mencoba menahannya dengan kuat agar tidak lepas.

"Iya. Maafkan aku, wahai makhluk titipan surga." Sehun membalas ejekanku.

Aku mencoba menahan agar tidak tersenyum. Tapi gagal.

Entah kenapa aku merasa situasi ini tiba-tiba jadi lucu. Aku sampai tidak sadar telah mengejek Sehun dengan kalimat acak yang terlintas begitu saja di kepalaku. Tapi Sehun membalasnya dengan sesuatu yang tidak terduga. Yang Sehun katakan itu, adalah pujian bukan?

Kami berdua pun akhirnya tertawa lepas.

Sehun mencubit pipiku gemas. Well¸aku tahu aku memang menggemaskan. Hehe.

"Ayo kembali ke tempat tidur," ajak Sehun.

"Yak! Ucapanmu terlalu ambigu." Aku meneriakinya.

Sehun langsung menutupi mulutnya dengan telapak tangan. Ia menatapku dengan matanya yang terbuka lebar.

"Jung Chaeyeon, apa kamu membayangkan hal lain?" tanya Sehun. Ia tersenyum menggoda padaku.

"A-apa maksudmu?" Aku mendadak gugup.

Flowerbomb [Jaehyun~Sehun~Eunwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang