4- Azhella

50 37 1
                                    

"Yes, i will!"
Ucap gadis itu sambil menahan senyuman yang merekah di wajahnya.

Ia melihat cincin yang sudah terpasang dijari manisnya. Merasa tak percaya dengan semua yang terjadi, gadis itu hanya bisa tersenyum bahagia.

Keduanya berpelukan saling menghantarkan rasa cinta satu sama lain. Senyuman bahagia pun turut dipancarkan oleh keluarga mereka.

Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Dimana proses pernikahan yang terjadi dengan sakral dilakukan oleh sepasang kekasih dengan menghadirkan orang-orang yang juga turut berbahagia melihat moment-moment seperti ini.

Ijab kabul diucapkan hanya dengan satu tarikan nafas. Semua orang merasa legah sekaligus bahagia. Tepukan dan sorakan pun terdengar saat proses ijab kabul selesai. Akhirnya mereka pun sudah sah menjadi suami istri.

Beberapa hari setelah proses pernikahanya selesai. Pasangan baru ini pun memutuskan untuk pergi berbulan madu di suatu tempat yang sudah direncenakan.

Dengan rasa bahagia mereka pun langsung pergi menuju ke bandara. Penerbangan akan dilakukan kurang lebih 1 jam lagi. Namun, ditengah perjalanan ada sebuah truk yang melaju dengan sangat kencang melewati kecepatan normal dari arah yang berlawanan dan

Bruk!!

Tepat pada hari minggu pukul 19.17 kecelakaan hebat terjadi. Suara ambulans dan mobil polisi terdengar menghiasi jalanan membuat suasana semakin kacau dan tidak tenang. Semua orang yang melihatnya merasa panik.

Keluarga Hans dan Zhella yang mendengar berita ini pun langsung pergi ketempat kejadian, berharap mereka baik-baik saja. Namun, sayang seribu sayang mereka tak bisa diselamatkan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hans membuka matanya. Ia terbangun dari tidurnya dengan nafas yang terburu dan keringat membahasi tubuhnya.

"Gak! Ini cuma mimpi!"
Ucapnya berupaya menenangkan dirinya sendiri dan menepikan pikiran negatif yang ada didalam otaknya saat ini.

🌻🌻🌻

Minggu, di sebuah meja makan.

Disana sudah ada Zhella, Dareen (Papanya) dan Kara (Ibunya).
Mereka semua menyantap sarapan masing-masing. Suasana hening, hanya ada suara gesekan piring dan sendok yang terdengar. Tak ada yang membuka suara sampai akhirnya Dareen membuka mulut untuk mengawali pembicaraan.

"Ma! Gimana? Udah ditentuin Zhella bakalan sekolah dimana?"
Tanya Dareen diselah aktivitas makanya.

"Udah. Tadi kepala sekolah nya telfon Mama. katanya, Zhella udah boleh masuk sekolah senin besok"
Jelas Kara sembari memberhentikan aktivitas makanya.

"Gimana zhel? Kamu siap kan buat pindah ke sekolah yang baru?"
Tanya Dareen kepada putri cantiknya yang hanya diam sedari tadi.

"Hm... iya Zhella siap kok Pa"
Jawab Zhella sambil menganggukkan kepalanya.

Disini hanya Dareen dan Kara saja yang sibuk mencarikan sekolah baru untuk anaknya, sedangkan Zhella sendiri hanya diam tak mau ikut campur. Ia hanya menuruti kemauan Papa dan Mamanya saja.

"Oh iya Pa, Papa hari ini mau ke kantor ya?"
Tanya Zhella beberapa saat kemudian.

"Iya sayang, kenapa?"

"Bukanya hari ini libur ya Pa?"
Tanya Zhella lagi.

"Hari ini Papa ada rapat penting"

"Emangnya kenapa Zhell?"
Tanya Kara ketika mendengar Zhella memberikan pertanyaan yang tidak biasanya.

"Gak kok ma. Zhella cuma nanya doang"
Jawab Zhella.

Flashback

"Apa?!"
Kara kaget saat mendengar penuturan dari seseorang diseberang sana. Kara menjatuhkan ponselnya. Tanganya bergetar serta air mata yang tak bisa dibendunginya mengalir begitu deras membasahi pipinya.

"Enggak!! Gak mungkin!!"
Teriak Kara menepi pikiran negatifnya.

Dareen yang mendengar jeritan istrinyapun langsung berlari ke lantai atas ditempat kamarnya berada dengan diikuti oleh Zhella yang juga keluar dari kamarnya saat mendengar teriakan mamanya.

"Ada apa?"
Tanya Dareen saat membuka pintu dan langsung menghampiri istrinya yang terduduk dilantai sambil menangis histeris.

"Mama? Mama kenapa?"
Tanya Zhella yang juga ikut panik.

"Gerald-"
Ucap Kara terputus.

"Gerald kenapa hm?"
Dareen bertanya dengan rasa penasaran yang sudah memenuhi kepalanya.

"Kakak kenapa Ma?"
Tanya Zhella yang juga ikut penasaran.

"Ge-Gerald! Gerald meninggal?!"

Dug!

Tangisan Kara kembali meledak saat menyampaikan hal itu kepada Zhella dan Dareen.

Jantung Dareen seketika berhenti berdetak kala mendengar penuturan dari istrinya. Tangan yang semula memegang bahu Kara pun turun perlahan. Zhella? Zhella saat ini hanya mematung ditempat. Ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh mamanya barusan.

"K-kamu bohong kan?!"
Ucap Dareen lirih hampir meneteskan air mata.

"Ma? Ini gak bener kan? Kakak belum meninggal kan?"
Tanya Zhella sambil berjalan mendekati Kara dan langsung memeluknya yang kini tengah menangis jejeritan.

Dareen melihat kearah ponsel yang tergeletak dilantai begitu saja.
Dareen mengecek notif pesan yang baru saja masuk. Disana tertulis tempat dimana Gerald berada sekarang. Setelah melihat dan mengetahui keberadaan Gerald, Dareen pun langsung bergegas pergi ketempat yang sudah disampaikan oleh orang yang telah mengirimkan pesan tersebut.

"Pa! Papa mau kemana?"
Tanya Zhella sedikit berteriak saat Papanya berjalan dengan terburu-buru.

"Ma? Papa mau kemana?"
Taya Zhella lagi. Kara yang melihat kepergian suaminya pun langsung menyusulnya.

"Papa!?"
Panggil Zhella sambil berlari menuruni anak tangga mengikuti Papa dan Mamanya.

Sesampainya diluar Dareen langsung masuk kemobilnya dan menancapkan gas mobilnya tanpa menghiraukan panggilan Kara.

Zhella yang melihat itupun tak hilang akal. Ia langsung memanggil supirnya untuk mengikuti mobil papanya.

"Pak! Cepat kita ikutin mobil Papa sekarang!"
Ucap Zhella sambil masuk kedalam mobilnya begitupun dengan Kara Mamanya.

Beberapa menit perjalanan akhirnya Dareen sampai dimana tempat Gerald berada. Dareen menatap gedung besar putih yang terlihat lusuh itu. Rasa ragu-ragu untuk melangkahkan kaki masuk kedalam gedung ini pun dilawanya demi menyelamatkan nyawa putranya, Gerald.

Dareen menyusuri setiap ruangan yang ada didalam gedung ini. Sesekali ia memanggil nama Gerald, namun tak ada sahutan. Sepertinya gedung ini benar-benar kosong.

Dareen terus melangkahkan kakinya
hingga ia mendapati dari kejauhan seseorang yang sudah tergeletak dilantai tepat dibawah anak tangga.

Cemas sekakigus was-was dirasakanya. Ia mempercepat ritme langkah kakinya. Senjata di tangan kananya dipegang dengan erat untuk berjaga-jaga.

Betapa kagetnya Dareen saat mengetahui orang yang tengah tergeletak dilantai ini adalah Gerald putranya. Darah segar nan kental itu terus mengalir dengan deras dari dada gerald akibat peluru yang menancap didadanya saat ini. Sontak Dareen menjatuhkan pistol yang tadinya di genggam erat.

Dareen merasa kehilangan nyawanya. Kakinya tak mampu lagi menahan badanya sendiri. Air matanya mengalir begitu saja. Dareen menjatuhkan badanya dan bertumpu dengan kedua lututnya. Sesak rasanya melihat betapa ganasnya kondisi putranya saat ini.

"Gerald!!!!!!!!!!"

Teriak Kara sambil berlari kearah putranya.

Flashback off

HanszhellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang