Hari sudah menunjukan pukul 21.46
Dan Hans masih berdiri di balkon kamarnya dengan angin malam yang dingin menghembus tubuhnya.
Hans melirik teleskop yang ada di sampingnya lalu ia gunakan untuk melihat salah satu bintang, walaupun malam ini hanya ada sedikit bintang dan juga agak mendung.
"Cantik"
Ucap Hans saat melihat bintang-bintang itu dari teleskopnya.Tiba-tiba saja memori itu terputar kembali. Hans mengingat bagaimana ia waktu kecil dulu melihat bintang bersama papa dan mamanya. Tapi, sekarang ia hanya melihat keindahan bintang itu sendiri. Tak ada yang menemaninya.
"Mama kenapa pergi?"
Hans berdiri dari jongkoknya selepas melihat bintang.
"Aku kesepian Ma, aku kangen. Kangen dimarahin Mama, kangen main bareng sama Papa, kangen sama makanan buatan Mama, aku kangen Ma Pa" lanjut Hans yang mengingat masa-masa kecilnya dulu bersama kedua orang tuanya. Memang terlihat sangat cengeng untuk seusia Hans, namun bagaimanapun Hans hanyalah seorang anak yang meri dukan orang tuanya.Hans berusaha menahan tangisnya. Air matanya sudah sampai di pelupuk matanya. Rasanya ia ingin sekali menjatuhkanya dan melepaskan semua beban penderitaan tapi tak bisa. Apa yang harus ia lakukan dengan semua in?
Setelah beberapa detik berusaha untuk tegar dan tidak menumpahkan air mata, akhirnya pertahanan yang Hans buat pun hancur. Terpaksa Hans menangis dalam diam sambil terisak mengingat kenangan indah bersama orang tuanya dulu.
Hans mendudukan dirinya perlahan diatas lantai dengan bersender ke pagar balkonya lalu ia tumpahkan semua sesak yang ada di dadanya selama ini. Memang Hans terkesan seperti sadboy dan agak cengeng , tapi sebenarnya Hans adalah laki-laki tangguh yang mampu memikul semua beban deritanya tanpa menyusahkan orang lain. Di luar Hans memang tampak baik-baik saja, namun sebenarnya Hans itu hancur. Sangat-sangat hancur.
Setelah beberapa menit menumpahkan air mata, Hans kembali masuk kekamarnya dan meminum obat yang diberikan oleh dokternya.
Hans menidurkan badanya di atas kasur dan perlahan mulai memejamkan mata. Sampai suara ketukan pintu berbunyi
Tok! tok! tok!
"Hans nenek boleh masuk kan?"
Ucap wanita itu dari balik pintu."Masuk aja Nek!"
Teriak Hans yang baru saja terbangun dari tidur singkatnya.Lovina melangkahkan kakinya menuju ke kasur Hans berada.
"Loh kamu kenapa Hans? Matanya kok merah?"
Ujarnya saat melihat mata Hans yang sembab dan sedikit memerah."Gpp kok nek. Tadi Hans kelilipan"
Bohong Hans."Kamu yakin gapapa?"
"iya nek"
Ujar Hans
"Tuh Hans gpp kan?"
Lanjutnya lagi setelah menyunggingkan senyumanya."Yasudah kalo kamu gak kenapa-napa. Nenek kesini cuma mau mastiin aja"
"Yaampun nek. Lain kali nenek gak usah khawatirin Hans. Hans gpp kok Nek. Hans juga udah minum obat kok"
Ucap Hans yang sudah mengerti maksud dari kedatangan neneknya."Yasudah... Yang penting kamu baik-baik aja dan selalu minum obatnya. Nenek juga ikut seneng dengarnya"
Ucap nenek Hans lalu tersenyum
"Nenek pergi dulu ya. Kamu istirahat gih, jangan begadang!"
Kemudian lovina pun pergi meninggalkan kamar Hans."Nenek juga istirahat ya!"
Teriak Hans saat neneknya sudah melangkah pergi.🌻🌻🌻
Sekolah.
Siswa/i SMA Bagaskhara sudah memulai pelajaran sedari tadi.
Namun, pagi ini kelas XI IPA 1 akan melakukan oahraga di lapangan."Semuanya silahkan ganti baju lalu berbaris di lapangan dalam waktu 10 menit ya"
Ucap guru olahraga itu kepada seluruh murid IPA 1."Baik pak..."
Jawab mereka serempak.10 menit berlu.
Semuanya sudah berbaris dilapangan.
Guru olahraga menerangkan sedikit pelajaran sesudah dilaksanakanya pemanasan."Baiklah kali ini kalian akan belajar bagaimana teknik bermain basket yang baik dan benar. Sebelum kita mulai prakteknya ada yang ingin bertanya?"
"Pak! Kita kan udah bisa main kenapa di ajarin lagi sih?"
Ucap Ryan sambil mengangkat tanganya."Kalau begitu saya tidak perlu lagi menjelaskanya panjang lebar kalian boleh main bebas sekarang"
Kebanyakan guru disini memang memakan gaji buta, karena yang membayarnya adalah murid mereka sendiri.
"Nah gitu dong pak"
Ucap Ryan dan siswa lainya yang merasa senang.Sekarang semuanya sudah mulai berolahraga sesuai dengan keinginanya masing-masing. Guru yang mengajar pun juga tidak terlalu peduli bahkan meninggalkan lapangan dan membiarkan murid yang seharusnya di terangkan pelajaran bermain sesuka hati di lapangan.
Beragam aktivitas yang dilakukan murid IPA 1 saat ini. Ada yang main tenis meja, badminton bahkan juga ada yang cuma duduk doang sambil olahraga mulut (makan), tapi kebanyakan dari mereka bermain basket bersama, namun di pisahkan antara laki-laki dan perempuan.
"Woi gue disini. Oper kesini woi!"
Teriak Ryan yang meminta bola disaat Dev sedang mendrible nya."Eh lo kira lagi main sepak bola apa? main oper-oper aja!"
Timpal Dev yang masih saja mendribing bola basket di tanganya."Bacot sih! Ayo buruan biar gue masukin ke gawang"
Ucap Ryan yang belum diberi kesempatan untuk ngeshot bola."Anjirt goblog banget deh! Temen siapa sih? Lo kalo mau main bola kaki di sono noh tempatnya, bukan disini goblok!"
Dev bicara dan menunjuk ke arah tempat dimana lapangan futsal berada setelah ia selesai memasukan bola ke ring basket."Ye ribet amat sih!"
Sekarang giliran Hans yang mendribing bola dan menunjukan skill mainya. Memasukan bola ke ring dan mencetak poin. Dan ya! Hampir saja bola nya masuk ke ring, namun tembakan Hans kali ini meleset dan otomatis bolanya memantul kembali, namun bukan ke arah Hans maupun temanya, melainkan jatuh tepat di kepala Zhela.
Dug!!
Zhella yang merasakan ada sesuatu yang menimpa kepalanya pun langsung tersentak kaget sekaligus menahan sakit. Zhella pun ambruk jatuh ke lantai.
"Zhella!"
Teriak Vissa saat melihat Zhella yang jatuh pingsan di lantai.Semuanya berlari menuju Zhella kecuali Bianca dan antik-antiknya.
"Zhella kenapa Vis?"
Tanya Lean khawatir saat sampai di tempat dimana Zhella pingsan."buruan bawa Zhella ke UKS!"
ucap Yera setelahnya."Gue ambil tandu dulu ya!"
Ujar Nindi yang merasa panik"Hans gegara lo tuh dia sampe pingsan. Gue kagak ikut loh ya"
Ucap Ryan."Gue gak sengaja. Lagian gue mana tau bola nya bakal kena lepala dia!"
Serkas Hans.Baru saja Nindi hendak melangkah pergi untuk mengambil tandu, namun langkahnya terhenti saat Hans menceganya.
"Tunggu! gak usah ambil tandu. Ini salah gue, jadi gue yang harus tanggung jawab!"
Ucap Hans lalu melangkah menyibak kerumunan yang dibuat banyak orang.Hans mendekati Zhella, berjongkok, lalu menggendongnya ala bridal style. Para cewek disana pun yang melihat fenomena langkah itu langsung berteriak gak jelas.
"Cih, anak baru palingan cuma akting buat cari muka doang! Dasar gak tau malu!"
Ucap Bianca saat melihat Hans menggendong Zhella."Iya Bi. Lo aja gak pernah tuh di gendong sama Hans. Masa lo kalah sih sama si anak baru?"
Ucap Salma memanasinya."Diem lo!"
Bianca sudah merasa panas dan cemburu melihat Hans yang membawa Zhella ke UKS.'liat aja! Lo bakal gue kasih pelajaran!"
Batin Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanszhella
JugendliteraturKenangan, masa depan & mimpi. 3 hal yang terus menghantui seorang HANS EYRENS. Hidup tanpa kedua orang tua di temani dengan masa lalu yang kelam, terkadang membuatnya merasa frustasi. Ditambah lagi dengan masa depan yang suram datang di dalam mimpin...