13- Persyaratan

29 23 0
                                    

"Apa? Minggu ini kek?"
Hans kaget saat mendengar penuturan dari kakeknya yang berencana pergi ke Jerman dalam minggu ini untuk mengurus investasi kerja sama dengan salah satu perusahaan di sana.

"Iya. Nenek akan tinggal, untuk jagain kamu Hans"
Ucap Dammar

"Nenek kenapa gak ikut?"
Tanya Hans bertanya kepada Yuana, neneknya.

"Jika dia pergi siapa yang akan menemanimu disini?"
Jawab Dammar

"Engga kek. Hans gpp kalo di tinggal sendirian. Kalau nenek gak ikut, nanti yang jagain kakek disana siapa?"

"Hans! Kakek punya asisten yang akan mengurus semua keperluan kakek disana nantinya"
Damar tak mau membawa istrinya pergi, lantaran merasa khawatir akan terjadi sesuatu dengan cucu kesayanganya, Hans.

"Pokoknya nenek harus ikut nemenin kakek disana. Lagian Hans bisa tinggal di apartemen kok"
Ucap Hans tetap memaksakan kehendaknya.

Sebenarnya tak apa jika neneknya tinggal denganya. Akan tetapi, ia merasa tak enak hati karena terus saja menyusahkan Kakek dan Neneknya ini. Yuana sering kali mengalah untuk tidak ikut pergi menemani Dammar lantaran khawatir dengan Hans. Untuk itu, Hans kali ini membiarkan neneknya pergi bersama dengan Dammar, kakeknya.

Yuana hanya diam melihat perdebatan antara suami dan cucunya ini. 'serupa, tapi tak mirip' ucap Yuana dalam hatinya. Hans dan Dammar benar-benar memiliki sifat yang sama, sama-sama keras kepala dan bertanggung jawab. Sangat Berbeda dengan Ayahnya Hans yang tidak punya rasa tanggung jawab apapun terhadap anaknya. Yang dipikirkannya hanyalah harta, jabatan, dan tahta. Yuana tidak tahu bagaimana keadaan putri kesayangan nya itu sekarang. Tidak ada kabar sedikitpun, mereka bahkan telah putus kontak selama 8 tahun yang lalu.

"Hm baiklah, kakek akan membawa Nenekmu pergi bersama Kakek. Tapi,"
Dammar akhirnya membuat keputusan, ia sengaja menggantungkan kalimat terkahirnya sehingga membuat Hans dan Yuana merasa penasaran.

"Tapi apa kek?"
Tanya Hans

"Tapi, kakek punya satu syarat buat kamu"
Lanjut Dammar.

"Syarat? Syarat apa kek?"
Hans mengernyitkan keningnya lantaran tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh kakeknya ini.

"Saat Kakek dan Nenek kembali kesini, kami ingin melihat perempuan pilihanmu seperti apa. Kakek tidak mau kamu memilih perempuan sembarangan"
Ucap Dammar sambil melirik istrinya yang berdiri di sampingnya saat ini.
"Kamu punya waktu 2 minggu untuk mempersiapkan semuanya"
Lanjutnya lagi

"Apa?!"

🌻🌻🌻

Seperti biasa, hari ini semua siswa dan siswi SMA Bagaskhara sedang melakukan proses belajar mengajar di kelas.

Suasana hening menyelimuti kelas yang di tempati oleh Zhella saat ini.
Semuanya fokus memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan.

Empat jam berlalu di dalam kelas, dan tanpa terasa bel istirahat pun berbunyi.

Kriingg!!!

Sorakan para siswa/siswi pun terdengar saat suara surga itu di bunyikan.

Semuanya berhamburan keluar dari kelas dan pergi ke tempat favorit mereka yaitu kantin. Ada juga yang pergi ke perpustakaan, galeri seni, rooftop maupun taman belakang sekolah.

"Kantin gak nih?"
Tanya Ryan yang berdiri tepat diantara meja Hans dan Leo.

"Iya lah. Lo pikir jam istirahat di pake buat gali kuburan?"
Jawab Dev yang sudah berdiri dan melangkah mendekati Hans, leo dan Ryan.

"Gue ngajak Hans sama Leo. Bukan lo!"
Ucap Ryan ketus

Setelah perdebatan singkat yang terjadi antara Ryan dan Dev akhirnya ke empat pria tampan itupun memutuskan untuk pergi ke kantin.

***

Cukup dengan waktu istirahat dan dilanjutkan lagi dengan beberapa pelajaran akhirnya bel pulang pun berbunyi.

Semua murid keluar dari kelas dengan tertib.

Zhella dan teman-temannya berjalan di sepanjang koridor sekolah sesekali bercerita tentang hal-hal yang kurang penting.

Hari ini Zhella tidak akan di jemput oleh mamanya. Kara sudah memberi tahu Zhella agar hari ini pulang dengan taksi saja.

Sebelum Zhella dan teman-temannya sampai di gerbang sekolah, tiba-tiba ada seseorang yang tidak di kenal memanggil nama Zhella.

"Zhella!"
Ucap gadis yang bernama Chelsi itu sambil berlari menghampiri Zhella.
"Lo Zhella kan?"
Lanjutnya lagi saat sampai tepat di hadapan Zhella.

"Iya, ada apa?"
Zhella yang menoleh saat namanya di panggil pun menjawabnya dengan rasa penasaran.

"Lo di panggil sama Bu guru!"
Ucap Chelsi

"Dimana?"
Tanya Zhella tak mau berlama-lama.

"Disana
. Lo jalan lurus aja, nanti di kelas XI 4 lo belok kiri."
Jelas Chelsi menunjukan arah kepada Zhella yang sama sekali belum hafal dengan baik tempat yang ada di sekolah ini.

"Kenapa disana? Kenapa gak di kantor guru?"
Tanya Yera heran dengan arahan Chelsi barusan.

"Gue ga tau! Tadu Bu Fika nyuruh kesana"
Ucap Chelsi kemudian pergi meninggalkan Zhella dan teman-temannya.

"Gue temenin ya Zhel!"
Ucap Yeraa memberikan tawaran.

"Eh gue pergi dulu ya, mama udah jemput nih"
Ucap Vissa kemudian pergi di susul oleh Nindi.

"Gak usah Ver, lo pulang aja sama Lean. Gue bisa sendiri kok"
Zhella menolak tawaran yang di berikan oleh Yera.

"Lo yakin Zhel?"
Tanya Lean kali ini.

"Iya gue yakin. Udah lo berdua pulang aja!"
Ucap Zhella yang kemudian dituruti oleh Yera dan Lean.

Yera dan Lean melambaikan tanganya pertanda salam perpisahan yang juga di balas dengan hal yang sama oleh Zhella.

Zhella kemudian berjalan sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Chelsi tadi.

Zhella hampir sampai di kelas XI 4. Dengan langkah pelan Zhella berbelok ke arah kiri.

Zhella tak menemukan siapa pun disini. Hanya ada satu ruangan dengan pintu coklat yang tidak dikunci.

Zhella yang sudah dipenuhi rasa takut dan penasaran pun membuka pintu coklat itu dengan perlahan.

Sekarang Zhella sudah berada di ruangan yang dipenuhi barang-barang olahraga dan kardus-kardus tak berguna. Baru 1 menit Zhella berada disini, tiba-tiba pintu tertutup sehingga menimbulkan suara keras. Sontak Zhella terlonjak kaget.

"Loh? kok gak bisa di bukak si?!"
Ucap Zhella yang berusaha membuka pintu yang sudah dikunci dari luar. Beberapa kali Zhella memutar knop pintu itu. Namun, tak kunjung terbuka.

Zhella memukul pintu itu berusaha meminta pertolongan.

"Tolong! Siapapun bukain pintunya!"
Ucap Zhella dari dalam.

"Pintunya udah gue kunci. Sekarang lo gak bakal bisa keluar!"
Ucap seseorang dari luar sana.

"Bianca bukain!"
Teriak Zhella.

"Enak aja lo nyuruh gue!"
Ucap Bianca.
"Lo nikmatin aja hari lo disini bareng kecoa dan tikus-tikus itu ew. Gue mau pulang! Selamat Bersenang-senang AZHELLA!"
Lanjut Bianca dengan nada penuh kemenangan di kalimat terakhirnya.

"Damn! Bukain gak?!"
Umpat Zhella lalu berteriak dengan rasa panik.

Sekarang percuma saja ia berteriak sekeras apa pun. Tidak akan ada orang yang mendengarnya karena sekolah dalam keadaan kosong.

'Shit! Gue harus ngapain sekarang? Mana gue gak bawa handphone lagi!'

Tanya Zhella kepada dirinya sendiri yang sudah merasa panik.

HanszhellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang