three

30.5K 4.5K 584
                                        

tw // selfharm

sore hari, selesai berlatih jisung memisahkan diri dari teman-temannya. dia ingin mengidentifikasi apa yang soulmate-nya makan. biasanya sekitar jam dua siang sampai delapan malam mulutnya akan berasa berbagai macam jenis kopi. entah yang sampai masuk ke perut atau hanya berada di mulutnya sekejap.

bila sepasang soulmate belum bersentuhan, mereka akan merasakan apa yang soulmate mereka makan. dan sekarang jisung panik karena belum merasakan sang soulmate memakan apapun sejak siang, dia hanya merasakan susu dan sandwich sebagai sarapan sang soulmate.

APA LO BERNIAT BUNUH DIRI PAKE CARA NGGAK MAKAN JUGA?!

jisung menuliskan kata-kata itu di lengannya kali ini. sangat besar supaya dapat dilihat langsung oleh belahan jiwanya.

gue makan tuh. lo juga nggak makan apa-apa dari pagi. jangan sok nyalahin gue kalau lo sama aja.

alis jisung tertekuk melihat jawaban yang soulmate-nya tulis.

gue juga makan. apa gue sama lo makan makanan yang sama di jam yang sama?

jisung berspekulasi begitu, bisa jadi dia tidak merasakannya karena memakan makanan yang memiliki rasa sama dengan yang soulmate-nya makan.

mungkin. gue makan batagor sekitar jam 9:25 sama gado-gado jam 11 an.

alis jisung makin tertekuk sewaktu satu pemikiran muncul di benaknya.

tapi nggak mungkin juga rasa semua batagor dan gado-gado di seluruh indonesia sama kan? lo di mana?

jisung menatap lengannya khawatir. pasti soulmate-nya tidak akan menjawab atau menolak untuk bertemu dengannya.

gue belum siap ketemu lo.

jisung memukul meja dihadapannya keras. dia tidak pernah mendengar cerita orang lain bahwa soulmate mereka menolak untuk bertemu. hanya soulmate-nya yang seperti itu.

KENAPA?!

jisung menetralkan detak jantungnya yang berpacu cepat karena emosi.

gue nggak mau bikin lo repot dengan keadaan gue yang sekarang. gue bakal ketemu sama lo saat keadaan gue udah nggak semengenaskan ini.

jisung menatap lengannya emosi. kenapa soulmate-nya seperti itu? bukannya kalau mereka bertemu sekarang jisung bisa membantunya? apa soulmate nya meremehkannya? tidak percaya akan belahan jiwanya sendiri?

jisung menatap pisau buah yang belum sempat dia singkirkan. tangannya bergerak untuk mengambilnya dan mulai menyayat lengan atas hingga lengan bawahnya. juga paha bawahnya yang tidak tertutupi celana.

"GUE JUGA KHAWATIR SAMA LO!!" teriak jisung keras. beruntung dia tinggal sendiri di apartemen. sudah habis jadi bubur jisung kalau ibunya mengetahui anaknya menyayat tubuhnya sendiri.

❄️

"aaarkhh," ringis chenle. dia langsung menjatuhkan biji kopi yang ingin dia haluskan. lengannya sangat sakit sekarang, juga pahanya. chenle langsung menjatuhkan tubuhnya karena tidak tahan dengan luka yang terasa dalam dan panjang di lengan dan pahanya.

"CHENLE?! LO NGGAK APA-APA?!" seru jeongin–salah satu barista serta sahabat chenle. "DAEHWI TOLONG KURSI!"

"sakit banget," ringis chenle.

"duduk dulu le," kata daehwi sambil membantu chenle duduk di kursi yang dia ambil tadi.

"sakit banget?" tanya jeongin sambil menyerahkan secangkir air hangat untuk chenle.

"iya. sayatannya dalem banget," ringis chenle sembari mengambil cangkir yang diserahkan jeongin.

"pertama kali lo ngerasain?" tanya daehwi.

"iya," lirih chenle. memang dirinya sering melakukan self harm pada tubuhnya. tapi sayatan yang chenle berikan pada tubuhnya tidak terlalu dalam, hanya untuk melampiaskan rasa lelah dan stress-nya. tidak sampai percobaan bunuh diri, mungkin.

"mungkin dia capek le. lo sering cutting, dia pasti khawatir sama lo. tapi lo nya nggak mau nemuin dia," kata daehwi.

"dia sering ngerasain sakit karena lo, khawatir sama lo. sedangkan lo? lo malah nggak ngejaga badan lo, cuma karena lo stress. sorry to say, tapi lo egois le. dia itu udah ditakdirin sama lo," sambung jeongin.

perlahan air mata chenle keluar dari matanya. mata yang sudah tidak pernah mengeluarkan cahaya ceria lagi.

"gue tau lo tertekan. ngebiayain hidup sendiri tanpa orangtua, pusing sama masalah kafe yang sering muncul, tapi stress nggak cuma lo yang rasain. dia pasti juga ngerasain stress, bahkan mungkin karena lo," lanjut jeongin.

perih yang chenle rasakan tiba-tiba muncul kembali. perih di luka yang sama, seperti ada obat merah yang jatuh di lukanya.

maaf.

satu kata itu muncul di nadi tangan kirinya.

"bahkan lo nggak pernah minta maaf sama dia. coba lo pikirin lagi apa yang lo lakuin," kata daehwi sambil melirik tangan kiri sahabatnya.

"lo pulang aja, istirahat dulu. kafe kita ambil alih," kata jeongin. "nanti gue sama daehwi ke apartemen lo," lanjut jeongin.

chenle mengangguk pelan dan mencoba untuk berdiri. baru satu detik berdiri dirinya kembali jatuh, tidak kuat dengan rasa sakit yang dia rasakan di paha.

"bantuin gue," kata chenle seraya memamerkan giginya.

"punya sahabat kok bodoh banget."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ice [jichen] ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang