ten

25.1K 3.5K 724
                                    

dini hari di hari sabtu, jisung dan chenle sudah membuka kedua mata mereka, menikmati pemandangan langit yang masih gelap. itu sudah menjadi kebiasaan mereka beberapa minggu ini, memandangi langit dini hari dengan angin yang berembus pelan dari celah jendela.

semenjak mereka mengetahui kalau mereka sepasang soulmate, mereka selalu tidur bersama, hanya tidur. entah itu di apartemen jisung ataupun chenle. mereka juga sering belajar malam dan berlatih band bersama. dari bangun tidur sampai tidur lagi pasti selalu bersama. wajar, sekarang mereka sudah saling terikat, tidak ingin melewatkan setiap waktu tanpa kehadirian masing-masing individu.

"ji? apa gue harus ketemu sama orangtua lo?" tanya chenle sambil memainkan jari-jari panjang jisung.

"gue nggak maksa harus secepatnya, terserah lo siapnya kapan," balas jisung.

"lo udah ngasih tau?" tanya chenle lagi.

"udah sih, tapi mereka juga nggak maksa juga kok."

"gue takut, tapi gue pengen," kata chenle. helaan napas keluar dari mulutnya, "lo ngasih tau tentang gue suka cutting?"

jisung terkekeh, "iya. gue tipe anak yang suka curhat sama orangtua."

mata chenle terbuka lebar, terkejut akan jawaban yang dilontarkan jisung. sang dominant malah tertawa melihat reaksi chenle. itu sangat lucu, mata sipitnya dipaksa terbuka lebar.

"orangtua gue nggak galak. gue punya orangtua yang open-minded," kata jisung. jari-jari panjangnya menggenggam jari yang lebih mungil, "lagi pula lo sekarang nggak pernah cutting lagi. lo punya pelampiasan stress sekarang."

"eh, kakak lo cowok?" tanya chenle tiba-tiba.

"iya, kenapa?" balas jisung.

"celananya? dia sub?" tanya chenle lagi.

"iya."

"namanya siapa?"

"baekhyun."

❄️

"ji. gue takut," kata chenle tiba-tiba. saat ini mereka dalam perjalanan menuju rumah orang tua jisung. setelah berdiskusi beberapa menit akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi orang tua jisung di kota sebelah.

jisung dengan segera meraih salah satu tangan chenle. menggenggamnya erat, "nggak ada yang perlu ditakutin chenle. lo udah jadi takdir gue kan? mereka nggak bakal nolak lo."

"gue tau itu. tapi-"

"nggak ada tapi-tapian. sekali lihat lo pasti mereka langsung suka. lo manis," kata jisung dan setelahnya langsung mengecup bibir chenle pelan saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"lo ngomong gue manis-manis terus," cibir chenle.

"ya gimana? fakta," balas jisung.

"kakak lo udah ketemu soulmate-nya?" tanya chenle.

"udah. udah nikah hampir satu taun lalu," jawab jisung.

"gue kepo banget. mirip lo nggak?"

"kata orang sih kita kayak kembar. padahal jarak usia jauh banget."

❄️

tin! tin!

klakson mobil jisung dibunyikan saat mereka sudah sampai di depan rumah bercat merah. gerbang di depan mereka terbuka dan menampilkan sesosok laki-laki berbadan lebih mungil dari jisung.

ice [jichen] ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang