🦋1

1.5K 74 113
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Selamat Membaca

Cerita You Are Mine Babe

Kring kring

Alarm berbunyi. Mengisyaratkan bahwa gadis yang tengah menggulung dirinya dengan selimut itu harus bangun untuk pergi ke sekolah.

Anni, anak itu tidak bangun-bangun kalau tidak di teriaki. Bagaimana jadinya kalau sudah mempunyai suami nanti, apakah suaminya akan dibiarkan sarapan dengan meja kosong nanti eoh?” gumam Mama nya yang bernama Im Nayeshta Adinata.

“Nayeon-ssi! Bangun! Kamu kalau gak di teriakin gak akan bangun dari tempat tidur?! Apa gaya gravitasi bumi sudah berpindah ke kasurmu eoh?!” geram Yeshta.

“Lima menit Ma,” balasnya dengan mata terpejam.

“Bangun! Mama cubit mau kamu hah?” geram Yeshta melihat sang anak yang enggan untuk bangun dari tempat tidur.

“Anak remaja kelakuannya seperti ini ck ck ck,” decak Yeshta pelan sambil menyibak selimut yang menutup wajah sang anak dan---

Byur!

Satu centong air mendarat sempurna di wajah gadis itu. Wajah gadis itu sekarang basah dan mau tidak mau, harus bangun.

“Mama! Ih, lagi mimpi ketemu sama cogan juga,” kesalnya sambil mencebikkan bibirnya.

“Lima belas menit, kalau gak siap, mama suruh papa buat ninggalin kamu supaya telat, terus dihukum lari lapangan mau kamu? Sekalian, mama potong uang jajan kamu, biar gak dapet beli album-album idol kamu itu,” ancam Yeshta di dalam hati ia sangat senang menjahili sang anak karena komuk anaknya itu sangat lucu kalau lagi kesal.

“Iya-iya, tapi jangan potong uang jajan Nana ma,” rengeknya.

Kelemahan nya itu, hal satu-satunya yang dapat membuat sifat gadis itu luluh.

“Ya makanya sana! Mandi, sarapan abis itu berangkat sekolah!” ucap Yeshta dengan penuh penekanan.

“Yaelah Mak, kagak usah nge-elpiji juga. Aku ini anak Mama lho, anak dari Im Nayeshta Adinata astaga,”

“Jadi anak kok lebay banget sih?! Mau kamu Mama potong uang jajan kamu? Dalam hitungan ke-tiga kalau kamu gak ke kamar mandi, Mama potong uang jajan kamu,” ancam Yeshta.

“Satu,” Yeshta mulai berhitung dengan pelan sambil memperhatikan pergerakan putrinya.

“Dua,” sudah hitungan kedua tapi Nayeon tidak bergerak bangkit dari tempat tidur.

“Dua setengah,” masih dengan posisi yang sama.

“Tiii,” hitungannya terhenti karena anak itu sudah masuk ke dalam kamar mandi.

“Tuhan! Anak dara macam dia, mau gimana nanti kalau punya suami?”

“Masa iya setiap hari suaminya harus bangunin dulu istrinya,” dramatis sekali ibu-ibu beranak satu ini. Membayangkan sang anak yang sudah menikah.

Dan putrinya tidak mengurus suaminya. Lalu suaminya mencari perempuan lain, yang lebih memperhatikan dirinya. Oh tidak, pemikiran macam apa ini yang terlintas di kepala sang Mama.

“Mama! Jangan bayangin Nayeon nikah mulu! Kasian, kalau Nayeon udah nikah, gak ada yang siram Nayeon buat bangun!” teriak Nayeon dari kamar mandi. Bak seorang cenayang, yang bisa mengetahui isi pikiran seseorang.

“Kamu titisan cenayang Na? Kok kamu tau pikiran Mama? Kalau Mama sedang membayangkan kamu menikah?” ucap Yeshta terheran-heran.

“Bukan cenayang Ma! Tapi Mama selalu aja mikirin hal sama, setiap hari malah,” balas anak itu dari dalam kamar mandi.

You Are Mine Babe[End]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang