Kehilangan sosok malaikat

245 18 6
                                    

Pagi harinya Leon kembali menuju gudang untuk mencari adiknya, setelah ia melihat di gudang ternyata tidak ada siapa-siapa Leon kembali mengecek tempat di sebelahnya.

Brakk

Leon mendobrak pintu kamar mandi, lalu ia menemukan Naya dengan kondisi yang tidak baik-baik saja. Leon mendekat dan segera menggendong Naya yang sudah sangat basah kuyup, banyak bekas tamparan dan cambukan di sekitar tubuhnya yang membuat dada Leon sesak. Ia merasa tidak pantas menjadi seorang abang untuk Naya. Harusnya seorang abang melindungi adiknya bukan membiarkan apa yang terjadi menimpa adiknya. Hati Leon benar-benar sakit, ia berlari keluar rumah, memasukkan Naya ke dalam mobil dan segera meminta supir untuk mengantarnya ke rumah sakit.

Sepanjang jalan Leon memikirkan keadaan Naya dan Mela. Dua wanita yang sangat berarti dan berharga dari siapapun dan apapun. Leon keluar dari mobil dan memanggil dua orang suster untuk segera mengambil brankar dan mendorongnya menuju sebuah ruangan.

Sembari menunggu Naya di periksa oleh Dokter, Leon kembali menuju ruangan untuk melihat keadaan sang mamah. Hari ini Leon tidak masuk sekolah, ia sudah membuat surat izin dibantu oleh Anggara.

"Leon, apa kamu sudah menemukan Naya?" Tanya Anggara.

Leon mengangguk dan menceritakan apa yang terjadi kepada Naya. Anggara menggeram, ini tidak bisa dibiarkan. Bagaimanapun juga Angga tidak boleh bersikap seperti itu kepada Naya. "Om akan melaporkan tindakan ini kepada pihak yang berwajib,"

Leon tak menjawab apa-apa, pandangan matanya hanya menatap Mela yang juga masih belum bereaksi apa-apa. "Permisi," ucap seorang suster memasuki ruangan.

"Ya, ada apa sus?" Tanya Anggara.

"Kami akan mengecek keadaan ibu Mela, dimohon untuk meninggalkan ruangan,"

Anggara dan Leon keluar, mereka menunggu di kursi depan ruangan sembari berharap Mela akan baik-baik saja. Setengah jam berlalu keluarlah seorang dokter dan memberi tahukan bahwa Mela mempunyai penyakit kanker dan sudah memasuki stadium 4. Tentu saja Leon yang mendengarnya sudah pasti terkejut, ia menjatuhkan tubuhnya diatas lantai tak menyangka bahwa sang mamah yang merupakan perempuan ceria, dan kuat ternyata memiliki penyakit yang akan merenggut nyawanya kapan saja.

"Leon kamu harus sabar nak, kamu harus kuat, kamu harus bisa menerima apa yang terjadi."

"Bagaimana caranya Leon memberi tahu ini kepada Naya om? Kondisi Naya belum baik-baik aja, gimana kalo Naya mendengar ini terus-"

"Leon. Kita gak ada waktu buat menunggu, mamahmu sudah memasuki kanker stadium 4 yang berarti hidupnya tidak akan lama. Apapun yang terjadi kita harus menerimanya."

Bagaikan tersambar petir Naya yang sudah sadar dan diperiksa dokter tak sengaja keluar ruangan untuk mencari keadaan Leon, lalu ia melihat Leon sedang berbicara dengan seseorang yang mirip dengan ayahnya. Naya masih takut untuk bertemu ayahnya akibat kejadian kemarin, sebab itu ia lebih memilih mendengarkan percakapan sembari bersembunyi dibalik dinding. Naya menahan air matanya yang memdesak ingin keluar.

"Non Naya sedang apa disini?" Tanya seorang suster yang kebetulan lewat dan melihat Naya. Mendengar nama Naya, Leon dan Anggara sama-sama menoleh dan terkejut melihat Naya yang berada tak jauh dari mereka. Mereka yakin pasti Naya mendengar semuanya.

"Naya," panggil Leon.

Naya berlari melewati Leon dan memasuki ruangan Mela. Ia mendekap mamahnya erat-erat seperti tak akan pernah melepasnya.

"Mah... Bangun mah... Ini Naya...," Ucap Naya parau.

Tak lama terbukalah kelopak mata Mela. Ia melihat anak gadisnya sedang tersenyum melihatnya. Mela mengerti kenapa Naya memeluknya erat seperti ini, pasti Naya sudah tahu apa yang terjadi kepadanya.

|falling In Love With You|✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang