♦
C H A P T E R T W O
"ACCIDENT"
♦
Puk!
Buku itu jatuh sesaat sebelum masuk kedalam tas. Memperlihatkan beberapa halaman yang terbuka.
Sejenak, netra hijau Thalia melebar.
Tidak mungkin. Halamannya.. Kosong?
Dengan masih tidak percaya, Thalia mengambil buku itu dan membuka beberapa halaman selanjutnya. Dan hasilnya sama. Tidak ada tulisan atau gambar apapun. Hanya ada kertas putih yang seakan siap untuk diisi.
"Eric pasti mengerjaiku kan?" Gumam Thalia pelan. Sekali lagi, ia menarik nafas. Sepertinya nanti Thalia harus mengganti password unitnya atau Eric akan terus mengerjainya seperti ini.
Menyebalkan!
***
Setelah sukses membersihkan tempatnya kemarin, hari ini Thalia berencana memberi hadiah untuk dirinya sendiri. Dan hadiahnya adalah..
Macaroon!
Netra hijau Thalia memperhatikan bulatan warna warni yang berisi aneka krim manis didalamnya itu penuh kagum. Hari ini Thalia tidak akan memusingkan berat badannya yang akan naik, pokoknya semua Macaroon ini harus masuk ke perut Thalia. Titik.
Baru hendak memasukkan salah satu bulatan itu kedalam mulutnya, gerakan Thalia terhenti. Sebuah suara berat yang mengintrupsinya.
"Gula lagi?"
Thalia mendongak. Menatap wajah seseorang yang menghentikan kegiatannya. "Minggu ini aku belum memakannya." Thalia merengut pelan.
Raymond mendengus dan ikut duduk di depan Thalia. Di tangannya terdapat kopi hitam yang masih mengepulkan asap pertanda baru dibuat.
Thalia yang tidak memperdulikan langsung memasukkan beberapa Macaroon kedalam mulutnya. Membuat Raymond yang melihat itu mengernyitkan dahi.
Kedua pipi Thalia yang memang chubby semakin membesar dengan Macaroon's itu dimulutnya. Ekpresinya berada diantara imut dan bar bar.
Malah lebih mirip tupai.
"Kau itu perempuan 'kan?" Raymond berujar datar. "Setidaknya makanlah dengan feminim seperti perempuan pada umumnya."
Ucapan Raymond tidak membuat Thalia menghentikan aktivitasnya. Mereka telah saling mengenal selama lima belas tahun lamanya, bahkan sering mandi bersama ketika mereka kecil dulu. Makan seperti ini bukan masalah 'kan?
"Elik mwana? (Eric mana)." Tanya Thalia dengan mulut penuh. Matanya menatap sekeliling mencari keberadaan pria asia itu.
"Latihan dengan band nya. Kau tau kalau mereka akan tampil sebentar lagi." Ujar Raymond dengan sesekali menyesap kopi hitamnya.
Thalia mengangguk kemudian merengut pelan. Hari ini Thalia ingin menanyakan perihal Historia. Thalia masih yakin kalau Eric yang meletakkan buku itu.
"Ada apa?" Raymond mengangkat dagu Thalia dengan jarinya. Menatap wajah yang terlihat sedang berpikir keras.
"Bukan apa apa." Ujar Thalia cepat kemudian memasukkan Macaroon berwarna merah kedalam mulutnya. Menghentikan bibirnya untuk bercerita perihal Historia.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN
Werewolf[Versi lengkap tersedia di Dreame/Innovel] Kepanikan yang terjadi bukanlah hal biasa, bukan hanya di wilayah para Werewolf, tetapi seluruh dataran kaum Immortals juga merasakannya. Alpha Mikael, King of Werewolf dengan segera mengadakan The Great M...