XII

1.2K 169 6
                                    

C H A P T E R  T W E L V E

"RAFAEL NOIR ARSEIN"

"Di hidupku, mencintaimu adalah kesalahan sekaligus anugrah terindah yang pernah ada."

.

.

Thalia memperhatikan jalan yang sedang mereka lewati. Mereka sedang berada di jalan besar yang di penuhi dengan rumah para penduduk di kedua sisinya. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu itu terlihat kokoh dan berjajar rapi sampai ujung jalan sana, tapi kenapa sepi sekali?

Ini masih pagi, harusnya banyak orang lalu lalang memulai aktivitas mereka. Atau di dunia ini berbeda?

"Mereka sedang mengungsi," ujar Alpha Mikael seakan mengerti kebingungan Thalia.

Thalia mengerjap, "Semuanya? Maksud saya, seluruh desa ini?"

"Iya," jawab Alpha Mikael. "Mereka berada di pack House sekarang."

Thalia kembali memperhatikan sekelilingnya. Meskipun Thalia menyebut tempat ini sebagai desa, tapi nyatanya tempat ini memiliki luas yang luar biasa. Sebesar apa Pack House itu sampai bisa menampung semuanya?

Alpha Mikael mengelus puncak kepala Thalia. "Kita akan ke Pack House dulu sekarang ini. Aku harus melihat kondisi disana, sekaligus menenangkan warga desa."

Thalia mengangguk kemudian kembali mengikuti sang Alpha. Mereka berjalan ke arah sebuah—tidak, sekumpulan bangunan-bangunan besar yang seakan berkumpul di lapangan yang sangat luas. Ketika Alpha Mikael berjalan mendekati bangunan paling besar disana, seseorang terlihat berlari kearahnya.

"Alpha, apa terjadi sesuatu?" tanya orang itu cepat dengan nafas yang tak beraturan. Rambut hitamnya acak-acakan dan wajahnya penuh rasa ingin tahu.

"Atur dulu nafasmu, Caius," ujar Alpha Mikael. "Tidak terjadi apa-apa. Hanya ada roh hutan yang mengamuk—mungkin akibat para rogue yang masuk tanpa izin ke wilayahnya. Bagaimana kabar disini?"

Laki-laki bernama Caius itu menghela nafas lega kemudian tersenyum, "Semuanya baik saja Alpha,"

"—tapi nona cantik ini, siapa?" lanjut Caius sembari menatap Thalia penasaran.

"Dia anggota pack kita yang baru. Namanya Thalia."

Caius sempat menyipitkan mata dan menilai gadis itu dari atas kebawah sebelum tiba-tiba mengecup punggung tangan Thalia lembut. "Saya Caius, Nona. 18 tahun, lajang, pecinta gadis cantik dan yang paling tampan di pack ini. Salam kenal."

Thalia hanya tersenyum kaku mendengar sapaan itu. "A-anu, saya Athalia."

Alpha Mikael berdehem, membuat Caius melepaskan genggaman tangan Thalia dan memusatkan fokusnya pada sang Alpha.

"Lebih baik kita masuk dan memberitahu semuanya agar jangan khawatir."

"Baik," jawab Caius kemudian membukakan pintu ganda besar di depan mereka. Terlihat sebuah aula luas yang di penuhi para warga. Ada banyak anak kecil yang bermain, para pelayan yang membagikan makanan dan para orang dewasa yang sedang berbincang ringan. Tapi semuanya langsung senyap ketika melihat Alpha Mikael ada di depan pintu.

"Alpha, anda baik-baik saja?"

"Syukurlah anda kembali dengan selamat."

"Apa terjadi sesuatu?"

HUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang