♦
C H A P T E R O N E
"HISTORIA"
♦
P
intu berwarna coklat dengan ukiran rumit itu terbuka perlahan, membuat ruangan yang sudah lama tidak mendapat cahaya itu menjadi agak terang. Aroma buku buku tua menjadi hal pertama yang dapat dicium di dalam sana.
Seorang gadis terlihat memasuki ruangan itu dengan mengendap endap. Kaki pendeknya berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara.
"Saatnya beraksi." Ujarnya pelan ketika pintu coklat itu tertutup sempurna. Segera setelahnya, gadis itu menyalakan cahaya dari handphone yang setia bertengger di sakunya. Membuat beberapa rak buku didepannya terlihat jelas.
Athalia Cellina, gadis yang diam diam melanggar aturan dengan memasuki tempat terlarang di kampusnya itu dengan semangat mencari sebuah buku yang menarik perhatiannya.
Ketika di kelas tadi, ada sebuah kelompok yang membahas buku itu dalam presentasinya. Dikatakan bahwa buku itu adalah satu satunya bukti keberadaan kaum lain selain manusia. Tentu saja itu membuat Thalia penasaran.
Dan lagi, jika ingin mencari buku keramat seperti itu bukannya perpustakaan tak terjamah di sudut kampus ini adalah kandidat terbaik?
Salahkan kelompok itu yang membuatnya penasaran sampai dianggap melanggar peraturan kampus.
"Historia, Historia.." Tangan mungil Thalia terus mengabsen buku satu persatu, mulutnya tak berhenti menggumamkan judul buku itu.
Sayangnya, tidak ada keterangan lebih lanjut tentang buku itu. Kelompok yang menerangkan hanya mengatakan kalau buku itu mungkin saja ada di kampus ini ataupun di kampus lainnya. Entah alasannya apa.
Lebih dari dua puluh menit mencari, Thalia mulai menyerah dan duduk disalah satu kursi disana. Peduli dengan rok coklat selututnya yang akan kotor karena debu, yang Thalia pedulikan sekarang hanya buku itu.
Menutup matanya, Thalia mulai mengingat kembali presentasi kelompok itu. Buku itu memang hanya dijelaskan sekilas tapi sepertinya ada yang dia lewatkan.
Tutup matamu dan dengarlah..
Thalia membuka matanya refleks. Irisnya yang berwarna hijau tosca melihat keseluruhan ruangan sempit ini. Dia berani bersumpah kalau barusan mendengar sesuatu.
Thalia menepis segala pemikiran tentang hal yang tidak tidak dipikirannya. Jam di handphone nya menunjukkan pukul 5 sore, dan di ruangan gelap ini hanya ada dia seorang diri. Ditambah ruangan ini sudah lama tidak dikunjungi manusia.
Glek.
Tidak menutup kemungkinan kalau ada makhluk lain disini bukan? "Tidak apa apa Thalia, tidak ada apa apa." Ujarnya meyakinkan diri sendiri.
Thalia kembali menutup matanya dan berhitung sampai sepuluh. Setidaknya hal itu bisa membuatnya tenang.
Lihatlah sekitarmu dan percayalah..
Kali ini, Thalia refleks berdiri sampai menjatuhkan handphone nya. Suara itu terdengar lagi, apa karena dia diam diam masuk keruangan ini tanpa permisi hingga membuat penghuni nya marah?
KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN
Werewolf[Versi lengkap tersedia di Dreame/Innovel] Kepanikan yang terjadi bukanlah hal biasa, bukan hanya di wilayah para Werewolf, tetapi seluruh dataran kaum Immortals juga merasakannya. Alpha Mikael, King of Werewolf dengan segera mengadakan The Great M...