Part ini didedikasikan untuk deShevardnadze yang udah komen pertama kali❤ makasih banget lho😆
♦
C H A P T E R T H R E E
"HATE"
♦
"Mau jadi apapun dirimu, kau tetaplah kau. Temanku, sahabatku, orang yang kusayangi. Hal ini tidak mengubah apapun, Kau mengerti?"
.
.
Cairan berwarna coklat terlihat mendidih. Aromanya yang khas langsung memenuhi ruangan. Melihat itu, Raymond dengan cekatan menuangkan isinya kedalam gelas. Tak lupa, diberi topping beberapa wafer dan marshmellow.
"Minumlah." Ujarnya lembut pada gadis didepannya. Thalia terlihat sesegukan dengan mata kosong. Air matanya terus mengalir. Entah kapan itu berhenti padahal kedua matanya sudah benar benar merah.
Raymond yang melihat Thalia seperti itu mengepalkan tangan marah. Biasanya ketika Raymond menyajikan coklat panas kesukaan Thalia, gadis itu akan berteriak kegirangan dan meminumnya seperti unta kehausan. Meskipun setelahnya, dia akan mengeluh lidahnya kebas karena kepanasan.
Berbanding terbalik dengan sekarang.
Tidak mendapat respon apapun, Raymond duduk disamping gadis itu dan membawanya kedalam pelukan. Mengusap usap punggung Thalia dengan satu tangannya.
"Im here, Thalia. Aku tidak akan membiarkan mereka mendekatimu lagi." Ujarnya pelan.
Thalia langsung tersentak. Kemudian menangis sejadi jadinya disana.
Setelah mendengar dengkuran halus, Raymond menggendong Thalia kekamarnya. Beruntung dia membangun rumah dimana ada banyak kamar, jadi dia tidak akan kesusahan ketika ada kondisi seperti ini.
"Tidurlah." Ujar Raymond menaikkan selimut sampai leher Thalia. Tangannya menyeka cairan bening yang ada di pipi Thalia.
"Aku berjanji. Orang yang melakukan ini padamu akan menerima balasannya." Desis Raymond sambil menutup pintu.
***
Bulan sabit yang terlihat merajai malam mulai mengabur. Diiringi dengan cahaya yang terus bermunculan dari ufuk timur, Sang mentari mulai menunjukkan eksistensinya di pagi hari. Menyebabkan beberapa cahaya masuk melalui celah gorden tipis dan menyentuh lembut wajah Thalia.
Gadis itu mengerang ringan. Kemudian dengan perlahan, netra hijaunya terlihat terbuka. Menampilkan mata sembab yang kehilangan cahayanya.
Thalia kagum dia bisa tidur tadi malam. Dia kira, malam itu akan menjadi malam yang panjang untuknya.
"Kau sudah bangun?" Raymond terlihat masuk dengan membawa nampan berisi sarapan. Dari baunya, sepertinya itu bubur gandum.
"Makanlah, tubuhmu perlu asupan nutrisi." Raymond menyimpan nampan itu di atas nakas. Kemudian mengambil mangkuk berisi bubur gandum untuk diberikan kepada Thalia.
"Kau bisa makan sendiri atau mau disuapi?" Tanya Raymond. Meskipun dia tidak tersenyum, tapi wajahnya menunjukkan keramahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUMAN
Про оборотней[Versi lengkap tersedia di Dreame/Innovel] Kepanikan yang terjadi bukanlah hal biasa, bukan hanya di wilayah para Werewolf, tetapi seluruh dataran kaum Immortals juga merasakannya. Alpha Mikael, King of Werewolf dengan segera mengadakan The Great M...