IX

1.5K 196 2
                                    

C H A P T E R N I N E

"CURSE"

"Perasaan seperti itu hanya akan semakin menumpuk jika terus ditahan. Sekarang kau memang belum merasakannya, Tapi nanti ketika kau sadar, yang kau ketahui hanya satu.

-Gadis itu, akan menjadi duniamu."

.

.

Keadaan di dunia manusia beberapa waktu yang lalu..

Mentari terlihat semakin meninggi, bahkan hampir berada di puncaknya ketika Harmony dan Raymond terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan siang. Meninggalkan Thea yang terlihat tertidur di sofa.

Menu hari ini adalah seafood dan sup ayam-dua hal yang di sukai Thalia.

"Mengenai Thalia, apa paman Reagan sudah tahu kabar darinya?" tanya Harmony.

"Belum," jawab Raymond. "Nanti saja kuberitahu."

Ayah Thalia itu pebisnis yang selalu sibuk. Dia adalah seorang workaholic garis keras yang selalu menghabiskan waktunya di kantor. Thalia bahkan lebih dekat dengan orang tua Raymond daripada ayahnya sendiri.

"Kalau polisi? Kamu pasti laporin Stephanie 'kan?"

"Percuma," Raymond menghela nafas. "Koneksi yang di miliki si cacing tanah itu terlalu luas. Di laporkan juga, dia akan tetap selamat."

Stephanie bekerja di ranah hukum. Dia yang paling tahu dan mengerti jika kasus ini dibawa kesana. Terlebih lagi koneksinya di dunia bawah juga tidak kalah banyak.

"Ibu tirinya?" celetuk Harmony. Dia mengingat beberapa hal mengenai perempuan itu. Jika Stephanie merupakan jelmaan iblis, Ibunya adalah malaikat. Dia bahkan membesarkan Thalia seperti anaknya sendiri walaupun tahu kalau Thalia adalah anak dari seorang simpanan.

"Iya iya," ucap Raymond malas. Kakaknya memang punya bakat memaksa dan akan terus melakukan hal itu sampai keinginannya tercapai. Menyebalkan.

"Nanti aku akan datang ke mansion mereka. Itupun jika si cacing masih ada di bawah tanah."

Ctakk!

Harmony memukul kepala Raymond dengan sendok kayu di tangannya. "Kamu ini kenapa sih? Thalia itu masih anak orang, jangan bersikap seakan cuma kamu yang punya tanggung jawab buat dia. Lagipula, dia besar di keluarga itu 'kan? Jadi percayalah sedikiiittt saja pada mereka."

Raymond menghela nafas, dia ingin menepis fakta itu tapi tidak bisa. Terlebih lagi masih ada kemungkinan mereka akan menutup mata-atau termakan hasutan si cacing misalnya.

Pokoknya Raymond tidak mau mengandalkan keluarga itu untuk sekarang.

"Kamu panggil Thalia sana, dia tidur terus dari tadi." Harmony berkata santai sambil mematikan kompor. Menyudahi kegiatan memasaknya.

Raymond yang mendengar itu langsung mengangguk dan melepas apron bergambar kucing yang dipakainya. Kemudian dengan segera menapaki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

HUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang