Tak Berujung

29 8 2
                                    

Mobil Ando sampai di depan gerbang rumah Viola, tangis yang membasahi pipinya terus saja lihai berjatuhan selama di perjalanan. Perasaan sedih, kesal, tanya dan canggung memenuhi benak Viola selama perjalanan. Viola melepaskan safety belt dan langsung membuka pintu mobil Ando. Viola berjalan keluar dengan tatapan kosongnya.

“Viola...” Ando yang sudah turun dari mobil memanggil Viola, Ia berhenti namun tak membalikkan badannya ke Ando. “Terimakasih untuk malam ini. Kau cantik, ahh bukan, tapi sangat cantik,” ujar Ando yang masih menatap punggung Viola. “Masuklah dan beristirahat, kau sudah cukup lelah hari ini,” tambah Ando.

Setelah mendengar perkataan Ando, Viola langsung menyapu air mata yang sudah membanjiri pipinya, lalu berjalan masuk ke rumahnya. Ando masih saja memperhatikan punggung Viola memasuki rumahnya, lalu Ia segera masuk mobil dan bergegas pulang
***
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Terkadang, sesuatu yang tak diharapkan; malah menjadi takdir yang harus diterima
Terkadang, sesuatu yang ingin ditemui; malah datang tanpa pernah menyapa
Sakit tak akan pernah hilang; waktu akan terus menjadi musuhnya
Sesak yang diselimuti gelap; bersekongkol dengan sepi yang terus menerpa
Benak terus berteriak tanya tanpa henti; akankah raga; bertemu takdir yang berujung bahagia?

Viola Anastasya

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸


Tangis Viola pecah saat itu juga setelah menutup buku diary nya. Air mata Viola jatuh dengan lihai membasahi pipinya terus dan terus. Emosi dan sakit yang tertahan, kini meluap dengan hebatnya. Pertanyaan hebat masih terus saja terpatri di benaknya, mengapa dia terus saja berpapasan dengan masa lalu nya, mengapa Ia harus terus terhubung dengan masa lalunya, mengapa Ia harus bertemu dengan orang-orang yang bersangkutan dengan masa lalu nya dan mengapa rasa sakit nya tak pernah lekang oleh waktu, masih saja terus membayangi ingatannya.

Isak tangis Viola semakin kuat dan hebat, sakit dan sakit terus menyiksa batinnya. Hancur, rapuh, terus menyetubuhi hatinya. Viola tak kuat lagi menahannya. Mama Viola yang mendengar isak tangis putrinya dari luar mengetok pintu kamar Viola karena khawatir.

“Tok-tok”
“Sayang.., kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?” Masih terus mengetuk pintu kamar Viola sambil sesekali mengayuh kenop pintu untuk mencoba masuk, namun pintu kamar Viola telah terkunci. Viola tak menjawabnya, masih saja meluapkan kesedihan dalam isak tangisnya. Mama Viola kini mengerti, bahwa anaknya sedang dalam kesedihan yang mendalam. Air mata yang juga menetes di pipi Mama nya karena merasakan kesedihan putrinya kini dibasuhnya pelan, lalu beranjak pergi dari depan kamar Viola.
***

Viola tak sadar tangisnya semalam, membuatnya sangat lelah dan terlelap di alam bawah sadarnya. Jam beker di samping kasur Viola, kini sudah bernyanyi dengan deringnya membangunkan Viola. Viola membuka matanya pelan yang kini terasa berat, bengkak dan merah. Viola meraih jam nya dan langsung mematikan alarm. Viola memejamkan lagi matanya sebentar.

“Tok-tok.” Pintu kamar Viola kembali di ketok, kali ini Ferell yang mengetoknya.

“Vi.., bangun Lo, udah jam berapa nih? Lo ga ke kantor?”

‘Akhh.., Kantor,’ pekik Viola dalam hatinya.

“Vi.., woi... bangun.., kebo banget sih,” lanjut Ferell masih mengetok pintunya.

“Iya.., iyaa bawel Lo ahh, ini Gw udah bangun,” jawab Viola dengan nada malas.

“Yaudah, Gw sama Mama nunggu di bawah untuk sarapan,” ujar Ferell lagi

“Hmmm..,” gumam Viola menjawab.

Viola  menegakkan badannya. Terlihat wajah bantal, rambut acak-acakan serta mata bengkak menghiasi wajahnya. Viola membuka selimutnya dan segera turun dari kasurnya, Ia mengambil handuk, lalu bergegeas ke kamar mandi.

MELT MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang