Halo happy reading💐
Jangan lupa vote dan komentar untuk mendukung💕
Selamat berekspektasi saat membaca😅Mentari mulai menggantikan gelap yang lelah dari tugasnya, burung-burung menyanyikan lagu keceriaan, tapi tak seceria hati Viola saat itu. Entah mengapa, tanda tanya besar masih terus saja mengisi benaknya. Ada rasa yang menariknya untuk keluar dari dinding-dinding kehampaan yang terus ia bangun agar tak siapapun bisa memasukinya. Namun, trauma itu terus saja menghantui dan menjebaknya dalam keraguan.
“Hem, hem hem hem hemmm.” Viola terus saja mengeluarkan nada itu dari mulutnya sambil mengenakan skincare kesayangannya dengan tatapan dan raut wajah yang datar.
“Sayang, kalau sudah selesai, jangan lupa sarapan dulu di bawah. Mama buatin nasi goreng kesukaanmu,” ucap Mama Viola yang sudah berada di depan pintu kamar Viola yang terbuka.
“Iya Ma,” balas Viola ramah yang tersenyum ke arah Mamanya.
Viola melanjutkan aktivitasnya berhias diri, dan menatap cerminnya dengan lekat, Ia terpaku memandangi wajahnya sendiri tanpa ekspresi lalu menghentikan tangannya yang mulai menghias bibirnya dan menarik napasnya dalam tersenyum, tapi bukan senyum keceriaan melainkan senyum sinis tersemat di bibirnya.
Setelah selesai berhias, Viola turun ke ruang makan yang sudah ada Mamanya, Ferell, Devan , Andrian serta Jenny yang baru saja datang. Viola menghampiri mereka yang baru mulai makan dan duduk tepat disamping Jenny. Entah mengapa suasana hening, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring. Viola mengambil nasi goreng buatan Mamanya yang menjadi favorit Viola.
Belum ada yang mengeluarkan suara untuk memulai pembicaraan hingga tiba-tiba Viola yang membuka suara memecah kesunyian. “Kapan lahiran kak?” ujar Viola yang mulai mengunyah.
Jenny mengarahkan pandangannya tepat ke arah adik iparnya. “Perkiraan dokter tanggal dua bulan depan sih.” Wanita itu mengelus perutnya dan melanjutkan makanannya, sementara Viola menyematkan senyum tipis memahami.
Suasana kembali hening, entah mengapa rasa takut dan canggung tercipta di sana. Masing-masing mereka sesekali menatap Viola, seperti ada sesuatu yang ingin diucapkan, namun takut adiknya marah dan sedih. Viola menyadari dan heran dengan gerak-gerik mereka yang janggal. “Kalian kenapa?” Viola menghentikan gerakan tangannya yang memegang sendok dan garpu.
“Ahhh, tidak apa-apa, memangnya kenapa?” Ferell menjawab berpura-pura heran. Viola melanjutkan makannya, namun mereka masih saja terus melakukan hal yang sama dan merasa risih dengan itu. Viola menghentikan tangannya lagi, Viola melirik mereka satu-persatu secara bergantian. Mulai dari Ferell yang tepat di hadapannya, lalu ke kiri melihat Andrian dan Devan, ke Mamannya yang ada di samping kanannya, terakhir ke jenny yang tepat disamping kirinya. Mereka hanya menunduk pura-pura tak memperhatikan Viola yang melirik mereka. Viola meletakkan sendok dan garpunya di atas piring.
“Tidak ada yang ingin memberitahunya?” ujar Viola dengan tatapan tajam.
“Apa? Mem-memberitahu apa? Jawab Ferell terbata-bata.
“Maa..,” Sebelum Viola bertanya pada Mamanya, abang ke dua Viola, Devan tiba-tiba bersuara. “Papa dirawat di rumah sakit tempat gw bekerja.” Yang berbicara masih terus menikmati makanannya, tanpa memandang Viola. Viola langsung memalingkan pandangannya ke Devan, lalu terdiam. Rasa Viola kembali berkecamuk marah dan sakit. Semua mata tertuju pada Devan yang dengan santai masih menikmati makanannya, kecuali mama Viola yang mulai khawatir dengan putrinya. “Vi…” Mamanya memegang bahu Viola. Air mata Viola menetes dengan sendirinya. “Sejak kapan?” tanya Viola. “Satu bulan,” sahut Devan.
“Hahh..,” ucap Viola lemas dan menatap Mamanya. Ternyata, surat kesehatan yang diberikan Mamanya tentang kondisi Papanya, ternyata dari rumah sakit Devan bekerja. Viola tak membaca nama rumah sakitnya saat itu, Ia hanya langsung membaca isinya saja yang tertulis nama Papanya, hingga membuatnya langsung sangat marah waktu itu. Viola memejamkan mata sebentar lalu menyingkirkan tangan Mamanya dengan lembut, lalu berdiri. Kini semua mata beralih melihat Viola, termasuk Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELT MY HEART
RomanceViola Anastasya adalah seorang Aktuaris di salah satu perusahaan besar di Jakarta. wanita cantik yang berusia 26 tahun ini dikenal sebagai sosok yang sangat sombong dan cuek terhadap siapapun laki-laki yang mencoba mendekatinya karena trauma yang ia...