The First Meeting

100 34 10
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 7.30 pagi tapi Vio masih saja berdiri di depan jendela kamarnya dengan raut wajah kosong tanpa arti menikmati pemandangan di samping kamanya yang asri. Hingga tiba-tiba suara itu menyadarkannya dari lamunan panjang ini.

"Sayang udah jam segini kenapa belum berangakat?" suara yang selalu membuatnya luluh dan kuat.

"Iya Ma ini juga sebentar lagi berangkat kok" jawab vio sambil menghampiri Mamanya.

"Yaudah Mama tunggu di bawah ya, mama udah siapin sarapan buat kamu".

"Hmm" jawabnya sambil tersenyum kearahnya".

Vio memperhatikan Mamanya berjalan sambil sesekali memegang kaki dan pinggangnya karna sudah mulai sakit-sakitan. Seketika air matanya menetes dengan lihainya. Ya Dialah sosok luar biasa yang dengan kasih sayangnya mampu membuat seorang viola bertahan kuat seperti sekarang, hanya Dia.

(di ruang makan).

"Kamu hari ini pulang jam berapa?"

"Kemungkinan sebelum malam sudah sampai rumah, kenapa Ma?"

Mama viola memberikan sepucuk surat padanya. "Ini apa Ma?"
"lihatlah" dengan raut wajah hampir menangis mamanya meninggalkannya ke ruang tengah. Vio membuka surat itu dan terdiam.

Entah apa yang bergumul di kepalanya, entah apa yang terasa di hatinya. Sedih sesak dan marah. Bagaimana tidak, surat yang diberi Mamanya pada Vio ternyata surat kesehatan seseorang yang dari dulu dibencinya, ya dia Papa Vio.

"Ma ini apa maksudnya? Kenapa surat ini diberi ke Mama? Kenapa Ma? Apa Anak dan Istrinya sudah muak mengurusnya?" Mamanya hanya menangis "Ma jawab"

"Vio, sudah seharusnya kita memaafkannya nak, Papamu sedang sekarat sayang. Dan mereka sudah gapunya biaya lagi nak, lagian Papa juga sudah minta maaf nak"

"Apa? memaafkan? Setelah semua yang sudah dilakukannya? Dan sekarang kita harus memaafkannya hanya karna dia sakit parah dan keluarga nya sudah tidak mampu? Enggak Ma!"

"Sayang kamu keluarganya nak, biar bagaimana pun kamu tetap darah dagingnya, kamu tidak boleh seperti ini. Dia sudah minta maaf sayang"

"Minta maaf? Baru sekarang? Hah, 20 tahun Ma! Kemana dia selama 20 tahun? Apa dia pernah memikirkan bagaimana Mama? Aku?Abang-abang? Gak sama sekali Ma!."

"Cukup sudah semua penderitaan yang dia berikan Ma!" Vio menahan air mata yang sedari tadi tertumpuk di pelupuk mata dan memeluk Mamanya.

"Sudah sangat terlambat Ma, Vio gamau liat Mama sakit dan menderita lagi ma, udah cukup bagi Vio Mama selalu disini, disamping Vio Ma, Vio gabisa maafin Dia Ma, maaf" Vio melepaskan Pelukan serta memberi ciuman tepat dikening mamanya.

" Vio berangkat dulu Ma Assalamu'alaikum" Vio mencium tangan mamanya dan berjalan menuju mobil.

...

Air mata Viola bebas terjun di pipi setelah sekian lama tertahan. Vio tak kuasa menahannya. Sudah lama Dia bangkit dari titik terlemahnya. Tapi kali ini sepertinya keadaan ini datang lagi. Ya trauma yang dirasakannya pertama kali dibuat oleh sosok yang dulu sangat dicintai dan dibanggakannya. Tapi seketika dengan sangat cepat Ia merubah semua nya menjadi kebencian yang sangat mendalam.

MELT MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang