Aku pikir semua akan baik-baik saja... Tapi ternyata, semua hancur tanpa diduga.
.
.
."Tutup mulut kalian si*lan!!"
Deg!
"Memangnya kalian tau apa sampai mengatakan hal gak berguna seperti itu, hah?!"
Siswa dan siswi yang berada di kantin dikejutkan oleh suara bentakan dari Zani. Ia tampak berdiri di hadapan anak-anak cewek yang sedari tadi sibuk membicarakan Arisha hingga membuat emosi Zani memuncak. Wajahnya terlihat memerah karena marah, ia terus mengepal kedua tangannya mencoba untuk menahan diri.
"Apaan sih? Gak jelas banget!"
"Yang gak jelas itu kalian! Mulut kalian emang sudah terbiasa untuk membicarakan orang lain, ya?!" balas Zani kesal.
"Nih cewek udah gila, ya? Heh! Jaga mulut lo! Yang kami katakan itu memang benar! Dia cewek yang gak tau diri! Orang-orang juga pada tau dia itu anak yang seperti apa!!" balas cewek berambut pendek.
"Lo bilang apa, hah?! Dasar kalian---"
"Zani!"
"Eh?"
"Kita pergi," ucap Arisha yang sudah berdiri dari bangkunya.
"A-apa? Tidak bisa begitu! Masa kita pergi begini aja?! Lo--"
"Gue bilang pergi, cepat!"
Zani terdiam, ia menatap wajah Arisha yang juga terlihat memerah. Ia tahu, Arisha juga merasa kesal sama seperti dirinya. Tapi dia menahan diri dan memilih pergi.
(Koridor)
Arisha tampak berjalan dengan terburu-buru. Disusul oleh Zani yang mencoba untuk mengejarnya.
"Arisha! Tunggu! Arisha! Lo kenapa sih?! Orang kayak mereka itu gak bisa dibiarin! Seharusnya lo--"
"Apa?! Gue harus apa, hah?! Memukul mereka?? Menjambak rambut mereka?!"
"Setidaknya lo bisa lawan mereka, kan? Memang nya lo gak kesal? Gue yang denger nya aja udah kesal setengah mati!" balas Zani masih emosi.
"Tentu saja gue kesal!"
"Lah terus? Kenapa lo diam aja, hah? Kan lo bisa jawab semua omong kosong mereka!"
"Itu bukan omong kosong!"
Arisha menghentikan langkahnya. Zani melihat kedua tangan Arisha yang gemetar. Ia tidak dapat melihat bagaimana ekspresi Arisha saat itu karena ia membelakangi Zani. Namun ia mengetahui, bahwa saat itu. Arisha sedang menahan rasa marah, kesal dan juga sedih secara bersamaan. Ia dapat menebak dari suara Arisha yang terdengar serak seperti menahan tangis.
"Semua yang dikatakan mereka itu benar, Zan! Lo juga tau, kan?! Lo tau bagaimana perlakuan gue terhadap Adira dulu! Lo yang tau!! Lo yang tau bahwa semua yang mereka katakan memang benar!"
Deg!
"I-itu..."
"Lo kesal... Karena lo tau yang mereka katakan itu memang benar. Gue juga begitu, Zan. Tapi apa yang harus gue lakukan? Gue tidak mungkin melawan ucapan mereka yang memang benar adanya!" ucap Arisha dengar suara yang serak.
"Ma-maaf... Lo benar, gue kesal mendengar ucapan mereka... Tapi bukannya ini sudah keterlaluan? Apa lo mau diperlakukan seperti ini terus?" tanya Zani tidak terima.
Arisha menoleh kearah Zani. Matanya tampak berkaca-kaca. Ia terlihat ingin menangis namun ia coba untuk menahan nya. Zani merasa sangat sedih melihat Arisha yang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Aku Yang Pergi[Sequel End]✔
Novela JuvenilBagaimana rasanya jika kau hidup dengan penuh rasa penyesalan? Seandainya ku tahu akan berakhir seperti ini, mungkin aku tidak akan pernah menyia-nyiakan nya. Tolong maafkan aku.