Let it go

1.9K 116 35
                                    

Mereka terlahir ke dunia bersama.

Melihat indah nya dunia bersama.

Tumbuh, bercanda dan tertawa pun bersama.

Namun, walaupun sama mereka tetap lah berbeda. Sebuah perbedaan yang terlihat sangat jelas, hingga menimbulkan keretakan. Saling merendahkan, bahkan tak lagi menyayangi.

Tapi mereka tetap memiliki satu jiwa. Dan jika separuh jiwanya telah pergi. Maka kehidupan akan terasa hampa. Akan ada ruang kosong yang tak dapat diisi oleh siapapun. Rasa kehilangan yang menyeruak, seakan tak dapat diobati.

"Aku bertemu dengan nya. Adira, adikku." Ucapan itu mampu membungkam seluruh keluarga Raveena. Mereka tampak menatap Arisha tak percaya.

Gadis dengan surai hitam di atas bahu itu melihat satu persatu keluarga nya. Hanya dalam sekali tatap, ia tahu bahwa mereka tak akan percaya dengan apa yang ia katakan.

"Apa... Maksud mu?" Anak laki-laki yang sedari tadi hanya diam itupun kini bersuara. Menatap adiknya jengah, merasa bahwa apa yang dikatakan Arisha hanyalah omong kosong.

"Aku bertemu dengan Adira. Dia mengatakan padaku bahwa---"

"Jangan bicara omong kosong Arisha!" Gadis itu tersentak mendengar suara berat kakaknya yang meninggi.

"Kau sengaja mengatakan itu agar kami tenang, hah? Kau pikir kami bodoh?" Arisha menggeram mendengar kalimat Adit yang seakan merendahkan nya. Gadis itu mengepal kedua tangannya.

"Arisha mengatakan yang sebenarnya! Untuk apa juga Arisha berbohong pada kalian?"

Suara Arisha yang meninggi terdengar memecahkan keheningan. Tentu hal ini membuat keluarga Raveena dan bi Izah menjadi sangat panik. Baru pertama kali bagi mereka melihat Adit dan Arisha bertengkar.

"Arisha, sudah tenang lah. Jangan seperti ini..." Gadis itu menatap ibunya jengah. Tidak menyangka bahwa sang ibu juga sama seperti kakaknya.

"Nak, kembali ke kamar mu. Masalah ini biar kami yang menyelesaikan nya." Kalimat dari sang ayah membuat Arisha terkesiap. Bahkan tak ada satupun dari mereka yang percaya dengan perkataan Arisha.

Kedua mata Arisha mulai panas karena menahan tangis. Ia masih ingat jelas bagaimana mimpi yang gadis itu alami beberapa waktu yang lalu. Bahkan sampai sekarang pun, ia masih ingat sentuhan dingin adiknya yang sangat menenangkan. Ia tidak bicara omong kosong, Arisha benar-benar mengalami mimpi itu.

"Jangan buat lelucon tidak masuk akal seperti ini lagi. Kau--"

"Aku benar-benar bertemu dengan Adira!" Dalam isak tangis, Arisha menyela ucapan Adit yang sangat menyakiti perasaan nya. Ia kembali mengepal kedua tangannya.

"Terserah kalian mau menganggap ku gila atau tidak waras! Tapi dia benar-benar datang menemui ku!" Suara serak Arisha terdengar. Ia menangis hingga sesegukan.

"Kalian pikir... Dia akan tenang jika keluarga nya hancur seperti ini?! Justru dia akan merasa sangat sedih! Dia hanya ingin kita bahagia! Bahkan setelah dia pergi pun... Hiks! Dia hanya ingin kita bahagia!" Suara lirih Arisha mampu menyayat perasaan siapapun yang mendengar nya.

Termasuk keluarga Raveena yang terdiam. Bahkan Bi Izah tak mampu lagi menahan isak tangis nya.

"Kalian pasti berpikir bahwa aku tidak waras. Ya, kan? Tapi jangan lupakan bahwa aku ini kakak nya... Aku ini kakak kembar nya. Separuh jiwanya... Dia datang meminta ku untuk mengabulkan permintaan terakhir nya..." Arisha menangis terisak. Bahkan wajahnya telah dibasahi oleh air mata.

"Arisha... Kami tidak bermaksud untuk--"

"Aku tau... Awalnya aku berpikir bahwa semua itu tidak nyata. Tapi... Aku bisa merasakan pelukan nya, ma... Hiks! Dia memelukku dan mengatakan bahwa dia sangat menyayangi kita semua... Dia mengatakan... Hiks! Bahwa dia menyayangi kita melebihi apapun... Sungguh, dia mengatakan hal itu padaku ma..." Sang ibu tak sanggup melihat putri nya yang menangis terisak. Ia menarik Arisha dalam pelukan hangat nya. Bersama terhanyut dalam tangisan.

Biarkan Aku Yang Pergi[Sequel End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang