Hope

2.1K 158 19
                                    

Langit yang awalnya cerah kini berubah menjadi gelap. Deru angin kencang datang pertanda akan turunnya hujan. Beberapa minggu terakhir ini memang keadaan cuaca tidak bisa diprediksi. Hingga banyak diantara siswa yang mulai panik karena takut terkurung hujan.

Siswa dan siswi tampak berjalan menelusuri koridor. Jam pulang telah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Hingga mereka berhamburan keluar kelas dan segera pulang ke rumah masing-masing. Ditengah-tengah keramaian dan desakan siswa dan siswi, tampak seorang siswi yang hanya berdiri diam sambil menatap punggung temannya yang berlalu pergi tanpa menoleh kebelakang sedikitpun. Ia kembali mengingat pertengkaran yang terjadi diantara mereka saat berada diruang kesehatan.

"Hah... Ini salah lo sendiri, Arisha. Gara-gara lo, Zani menjadi acuh tak acuh seperti itu." Arisha menghela napasnya kasar. Ia merutuki dirinya sendiri karena membuat hubungan nya dengan Zani semakin renggang. Padahal selama ini, Zani adalah teman dekat nya. Dia selalu peduli dan mendukung dirinya meski anak-anak lain mulai menjauhi Arisha.

Sebenarnya, Arisha ingin meluruskan segala kesalahpahaman antara dia dan Zani. Namun Arisha menjadi takut setelah mengingat apa yang ia katakan pada Zani pasti akan menyakiti perasaan nya.

Arisha pun kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Berjalan menuju kursi tunggu. Sesekali memainkan ponsel pintar nya untuk menelpon sang kakak karena langit tampak semakin gelap. Namun setelah mencoba menelpon beberapa kali tidak ada satupun jawaban dari sang kakak, hanya ada suara operator yang membuat Arisha jengkel.

"Kenapa gak diangkat sih?! Bagaimana kalau keburu hujan?" Arisha menggerutu kesal. Mengingat sikap kakaknya itu yang sekarang mulai berbeda dari biasanya. Tidak lagi ramah seperti dulu.

"Belum dijemput?"

Arisha terperanjat kaget karena tiba-tiba mendengar suara yang membuat jantung nya seakan keluar. Dengan cepat ia menatap seorang perempuan yang kini berdiri tepat dihadapannya.

"Cepat ikut, gue akan mengantar lo pulang." Ternyata pemilik suara yang sedikit berat itu adalah Zani. Lagi-lagi dia datang dengan timing yang tepat. Arisha menatap teman sekelasnya itu jengah karena kali ini ia masih bersikap baik padanya, padahal Arisha selalu kasar terhadap Zani.

"Tidak, lo duluan saja." Mendengar jawaban Arisha membuat Zani semakin jengkel. Baru kali ini ia merasa sangat kesal dengan teman seperjuangan nya sendiri. Duluan katanya? Yang benar saja.

"Sekarang lo jadi anak yang keras kepala banget, ya?"

"Hah?"

"Apa? Lo pikir gue gak dengar saat lo ngomel-ngomel gak jelas disini?"

Wajah Arisha tiba-tiba memerah karena malu. Apa mungkin sedari tadi Zani melihat nya ketika ia marah-marah tak jelas?

"Sudahlah, jangan sok nolak seperti itu. Ikut gue atau lo mau nunggu disini sampai berjamur?" Sambung Zani kesal. Arisha yang mendengar ucapan temannya itu hanya terkekeh kecil. Membuat Zani terkesiap karena tiba-tiba Arisha yang emosian itu kini menjadi lebih lembut. Meski agak lama Zani mendapatkan jawaban dari Arisha, akhirnya ia pun mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Terima kasih."

.
.
.

(Kediaman Raveena)

Zani memarkirkan mobilnya dihalaman rumah Arisha. Ia melirik kearah temannya itu karena selama diperjalanan mereka hanya diam saja hingga membuat suasana menjadi canggung. Karena merasa tidak ada respon apapun dari Arisha, Zani pun kembali menghela napas kasar. Mau sampai kapan mereka diam tidak bersuara seperti ini? Bahkan meski sudah sampai di rumah pun, Arisha masih duduk manis didalam mobil Zani.

Biarkan Aku Yang Pergi[Sequel End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang