Dream

1.8K 130 29
                                    

Arisha mengerjapkan kedua matanya. Terbangun ketika hembusan angin menyentuh lembut wajahnya. Ia terduduk sambil mengusap kedua matanya yang masih terasa panas. Menyipitkan mata melihat keadaan yang terasa aneh.

Gadis dengan surai hitam di atas bahu itu tampak tertegun. Melihat hamparan padang hijau dan bunga yang memanjakan mata. Cahaya matahari yang redup, tak terlalu terang karena dihalangi oleh pohon besar dengan Arisha yang duduk dibawah nya.

"Sudah bangun?"

Arisha hampir saja memekik karena terkejut. Melihat lekat-lekat wajah seorang gadis yang tertutup sebagian oleh surai hitam legam yang panjang karena hembusan angin.

Karena risih, gadis dengan surai hitam panjang itu menyelipkan rambut nya ditelinga dan kembali tersenyum. Membuat Arisha tak kuasa menahan rasa terkejut nya hingga ia berdiri dengan wajah pucat.

"Ada apa? Kenapa terkejut begitu?"

"Ka-kau?! Kau Adira!"

Gadis yang dipanggil dengan nama Adira itu tersenyum hangat. Tidak dengan Arisha yang gemetar karena takut. Apa dia sedang bermimpi? Kenapa tiba-tiba dia bertemu dengan... Adira?

"Bagaimana kabar mu, kak?" Adira duduk sambil menekuk lutut nya. Kembali menatap Arisha dengan tersenyum.

"Mendengar mu memekik seperti itu... Sepertinya kakak sehat, syukur lah. " Arisha benar-benar tidak dapat mengatakan apapun. Suaranya seakan tersekat di tenggorokan. Menatap jengah seorang perempuan yang sangat mirip dengan adiknya. Bukan, dia benar-benar Adira saudari kembarnya.

"Papa, mama, bibi dan kak Adit sepertinya juga sehat. Tapi kenapa mereka terlihat tidak bahagia?" Arisha berusaha untuk tenang. Jika yang dia alami ini mimpi, kenapa dia bisa merasakan hembusan angin yang sejuk?

Arisha pun memilih duduk di samping Adira. Hanya disinilah, ia dapat berbicara dan mendengar suara lembut adiknya. Disinilah ia bisa melihat tatapan teduh dari Adira. Dan hanya disini. Ia bisa melihat senyum manis dari saudari kembarnya. Mencoba menghilangkan rasa takut, hingga ia merasa nyaman setelah duduk di sampingnya.

"Mereka merindukan mu. Begitu juga dengan ku." Adira kembali menatap wajah kakaknya yang terlihat lesu. Kemudian ia kembali tersenyum.

"Adira sangat senang karena kalian merindukan ku." Arisha menoleh kearah adiknya. Menatap nya lekat karena takut jika ini semua hanya mimpi dan ia harus kembali disadarkan oleh kenyataan.

"Adira.. Kenapa kau rela mengorbankan nyawamu hanya untuk anak seperti ku?" Suara Arisha terdengar parau. Membuat Adira yang duduk di samping nya merasa sedih. Ia mendekatkan dirinya pada Arisha dan memeluknya erat. Membuat Arisha terkejut karena pelukan ini terasa sangat dingin, namun dapat menenangkan perasaan nya.

"Tentu saja karena Aku menyayangi mu, kak." Suara lembut Adira seakan mencubit perasaan Arisha hingga membuatnya sesak.

"Adira tidak ingin melihat mu terus merasakan sakit. Adira hanya ingin kakak bahagia." Ucapan gadis dengan surai hitam legam nan panjang mampu membuat isak tangis Arisha menjadi.

Ia tak kuasa membendung air matanya, hingga Arisha menangis di pelukan sang adik yang begitu dingin.

"Sebesar itukah rasa sayang mu pada seorang kakak yang bahkan tak pernah mengakui keberadaan mu, Adira?" Suara serak kakaknya membuat Adira sedih. Ia mengusap pelan punggung Arisha dengan penuh kasih sayang.

Pertama kalinya, ia dapat merasakan pelukan dari seorang kakak. Ia begitu mendambakan nya, hingga Adira mendapatkan nya. Walau ia tidak dapat merasakan kehangatan, namun pelukan Arisha dapat menenangkan.

Biarkan Aku Yang Pergi[Sequel End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang